Perancangan Variabel Fuzzy Perancangan Model Data

Gambar 19 Tujuh Kemungkinan Pola Dari 5 Kelas Fuzzy

4.2.5. Model Data Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan

Kepintaran JST sangat ditentukan oleh kualitas data pelatihannya yakni berupa pasangan input dan target output untuk setiap pasangan karakter. Input variabel d, i, dan T hasil fuzzifikasi untuk tiap kelas Lima kelas fungsi keanggotaan, dan target nilai output yang diinginkan BENAR1. Data pelatihan yang dipilih berasal dari nilai minimum MIN, nilai maximum MAKS, nilai median MED, nilai modus MOD, rataan aritmetik MEAN, rataan aritmetik ditambah simpangan baku MEAN+SD dan rataan aritmetik dikurangi simpangan baku MEAN-SD dari keseluruhan populasi data pasangan karakter bersesuian yang dikumpulkan untuk masing -masing pengguna. Data pelatihan yang baik haruslah mempunyai data komplemen dengan nilai target output yang berbeda SALAH0. Untuk itu disusun data komplemen dengan target output bernilai 0. Dalam percobaan juga akan dilakukan variasi penyusunan data pelatihan lain dengan penetapan target output bernilai 0,5 yang bermakna MUNGKIN. Himpunan data komplemen disusun sedemikian rupa sehingga mengacu pada 7 kemungkinan pola input yang masuk sebagai berikut. Tabel 8 Penyusunan Data Komplemen Untuk Variabel d, i Dan T Penelitian ini menggunakan dua macam model data pelatihan, sebagai berikut. 1. Model A, dengan ketentuan sebagai berikut. a. Bila MIN, MAKS, MED,MOD, MEAN, MEAN+SD,MEAN-SD, maka target sama dengan +1. b. Data komplemen, dengan ketentuan sebagai berikut. i. Bila MIN x MAKS, maka target sama dengan +1. ii. Bila x MIN atau x MAKS, maka target sama dengan 0. 2. Model B, dengan ketentuan sebagai berikut. a. Bila MIN,MAKS, maka target sama dengan 0,5. b. Bila MED,MOD,MEAN,MEAN+SD,MEAN -SD, maka target sama dengan +1. c. Data komplemen, dengan ketentuan sebagai berikut. i. Bila MIN x MEAN-SD atau MEAN+SD x MAKS, maka target sama dengan 0,5. ii. Bila x MIN atau x MAKS, maka target sama dengan 0. iii. Bila MEAN-SD x MEAN+SD, maka target sama dengan +1. Keseluruhan model data pelatihan bisa dilihat dalam lampiran 3. Model A dilatar belakangi keinginan untuk memberikan jawaban BENARSALAH bersifat tegascrispy sedangkan Model B bertujuan untuk memberikan alternatif jawaban ketiga yakni MUNGKIN BENAR bersifat berarti duaambiguity. Konsekwensi penyusunan bentuk model data pelatihan tersebut adalah adanya nilai target yang bersifat paradoks bertentangan satu dengan lainnya untuk suatu pola nilai masukan Fuzzy yang sama. Tabel 9 Contoh Nilai Target Yang Bertentangan Paradoks Data pelatihan dengan nilai target yang bertentangan paradoks pada var i = 700 kelas SL=1 dengan target = 1 dan var i =1000 kelas SL=1 dengan target = 0. Akibatnya, pada hasil verifikasi JST gambar 20 adalah suatu nilai baru di tengah nilai target yang diinginkan 0 atau 1. Ini diakibatkan bobot JST selama melakukan epoch pelatihan mengalami pergerakan naik-turun. Naik saat menerima target = 1 untuk input SL=1 dan kemudian harus turun kembali dikoreksi saat menerima target = 0 untuk input yang sama dan demikian seterusnya hingga pelatihan selesai dan bobot berada di kisaran daerah keseimbangan di tengah-tengah. Gambar 20 Hasil Verifikasi Akibat Data Pelatihan Yang Paradoks Hasil verifikasi data an oleh bobot an pelatihan A, eta = 0,1 dan epoch = 1000

4.2.6. Penentuan Parameter Jaringan Syaraf Tiruan

Berdasarkan referensi beberapa penelitian yang dilakukan oleh Sajjad Haider, Daw- Tung Lin, dan Obaidat serta studi literatur tentang jaringan syaraf tiruan, maka ditentukan sebagai berikut.