Percobaan Untuk Melihat Kemampuan Verifikasi Dengan Data Eksklusif

ABUDIMAN4-A MAHYUS2 23.41 84.46 57.20 ABUDIMAN4-B MAHYUS2 0.85 54.73 37.13 JST bobot Abudiman4 dengan model pelatihan A dan B epoch=1000, batas 0.75 masing-masing digunakan untuk menguji data Wningsih4 atas dan Mahyus2 bawah yang diambil pada perangkat yang sama nx6125. Model pelatihan B memberikan hasil berupa penurunan FAR sebesar 20 hingga 30. Studi literatur menjelaskan bahwa FAR digunakan untuk mengukur kemampuan identifikasi dan membuktikan bahwa Biometrik penekanan kunci ini memang belum cocok digunakan untuk sistem identifikasi hanya cocok untuk sistem verifikasi. 5.5 Percobaan Untuk Melihat Pengaruh Model Data Pelatihan A dan B – Uji Penyusupan FRR = 1 - FAR Percobaan ini pada dasarnya sama dengan percobaan 5.4 hanya dilihat dari sisi nilai FRR. Dalam hal ini, sistem verifikasi harus bisa mencek apakah seseorang yang mengaku menyusup sebagai X adalah benar si X. Dalam uji penyusupan, berlaku hubungan FRR = 1-FAR. Percobaan ini membandingkan hasil yang diberikan oleh JST bila menguji data pengguna yang benar dengan hasil yang diberikan bila menguji data pengguna lain dalam nilai FRR. Tabel 20 Ringkasan Hasil Uji Penyusupan Dengan JST Model Pelatihan A PerangkatData FRR – Var d FRR – Var i FRR – Var T ABUDIMAN4-A ABUDIMAN3 2.67 2.00 1.63 ABUDIMAN4-A MAHYUS2 76.59 1-23.41 15.54 1-84.46 42.80 1-57.20 ABUDIMAN4-A WNINGSIH4 7.33 1-92.67 17.95 1-82.05 14.47 1-85.53 JST bobot Abudiman4 model pelatihan A, epoch=1000, eta=0,1 , batas 0.75 digunakan untuk menguji data abudiman3 berbeda waktu pengambilan dan pada perangkat yang sama dan dibandingkan hasilnya dengan data hasil uji Mahyus2 dan Wningsih4 yang diambil pada perangkat yang sama nx6125. Jadi Mahyus dan Wningsih seolah-olah sebagai penyusup yang mengaku sebagai Abudiman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ABUDIMAN4-A MAHYUS2 menghasilkan lonjakan FRR 7X sedangkan ABUDIMAN4-A WNINGSIH4 menghasilkan lonjakan FRR 2.7X variabel d dan 8.9X variabel i dan T. Kesimpulan yang diperoleh bahwa cara efektif mengetahui telah terjadinya penyusupan adalah dengan melihat lonjakan FRR yang diterima dengan FRR yang seharusnya. Jadi bukan melihat pada batas ambang keputusan yang digunakan. Hasil selanjutnya pada JST model pelatihan B sebagai berikut. Tabel 21 Ringkasan Hasil Uji Penyusupan Dengan JST Model Pelatihan B PerangkatData FRR – Var d FRR – Var i FRR – Var T ABUDIMAN4-B ABUDIMAN3 8.46 2.87 2.99 ABUDIMAN4-B MAHYUS2 90.41 1-9.59 22.42 1-77.58 48.98 1-51.02 ABUDIMAN4-B WNINGSIH4 9.59 1-90.15 27.96 1-72.04 51.02 1-76.48 JST bobot Abudiman4 dengan model pelatihan B epoch=1000, eta=0,1, namun menggunakan batas ambang keputusan = 0,5. ABUDIMAN4-B MAHYUS2 menghasilkan lonjakan FRR 7X sedangkan ABUDIMAN4-B WNINGSIH4 menghasilkan Lonjakan FRR 1.1X variabel d dan 9.7X variabel i, dan T. Model pelatihan B memerlukan batas ambang keputusan yang lebih rendah untuk menghasilkan lonjakan FRR yang sama dengan model pelatihan A. Variabel i, dan T paling layak digunakan sebagai indikasi terjadi nya penyusupan. Pembahasan : 1. Jika dikaitkan dengan FRR = 1-FAR, maka dalam percobaan ini terlihat adanya lonjakan FRR pada saat terjadinya penyusupan. Variabel yang penting sebagai indikasi adalah variabel i dan T daripada variabel d. 2. Keputusan untuk menyatakan verifikasi benar atau salah terjadinya penyusupan bukan ditentukan oleh nilai ambang keputusan melainkan harus dilihat dari lonjakan FRR. Sistem harus menyimpan nilai FRR yang semestinya dan membandingkan dengan FRR yang didapat dari pengukuran.