BAB I. PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG
Minyak cengkeh merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang dapat dihasilkan dari penyulingan bunga, gagang, dan daun cengkeh.
Pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar dunia cukup besar yaitu lebih dari 60 persen kebutuhan dunia. Pada tahun 2000, dari 2,080 ton minyak
cengkeh yang dipasarkan, Indonesia memasok 1,317 ton. Saat ini usaha penyulingan minyak cengkeh dilakukan oleh rakyat dengan alat yang
masih sederhana di sentra-sentra produksi cengkeh seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur dan Sulawesi Utara Deptan, 2005.
Di negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris, minyak cengkeh digunakan sebagai bahan baku
untuk membuat isolat eugenol dan derivatnya seperti isoeugenol. Mereka mengimpor bahan setengah jadi minyak cengkeh dari negara
berkembang seperti Indonesia untuk diolah menjadi barang jadi kemudian mereka mengekspornya sebagian kembali ke negara-negara lain termasuk
negara berkembang dalam bentuk barang jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Harga eugenol sebesar Rp 75 000kg, harga isoeugenol
sebesar Rp 95 000kg Indesso, 2006 sedangkan harga minyak daun cengkeh Indonesia di pasar Internasional sekitar Rp 25 000kg Deptan,
2005. Isoeugenol merupakan senyawa yang banyak digunakan sebagai
campuran dalam fragrances dan dalam produk-produk konsumsi seperti parfum, produk perawatan kulit, deodoran, sabun, shampo, deterjen serta
sebagai produk intermediet dalam produksi vanilin sintetik. European Flavour and Fragrance Association 2005 mencatat sekitar 25,600 kg
isoeugenol digunakan di Eropa setiap tahunnya. Prinsip pembuatan isoeugenol adalah reaksi isomerisasi eugenol
dimana ikatan rangkap pada grup alkenil pindah ke posisi konjugasi pada cincin benzena. Reaksi isomerisasi eugenol umumnya dilakukan dengan
cara mereaksikan eugenol dengan larutan basa KOH pada suhu tinggi.
Pada tingkatan komersial, isoeugenol juga diproduksi melalui reaksi isomerisasi eugenol dalam larutan basa berlebih seperti KOH pada suhu
yang tinggi Sharma et al., 2006. Penggunaan basa yang berlebih dapat digantikan dengan
penggunaan katalis dari kompleks logam transisi seperti Rhodium dalam jumlah yang rendah Cerveny et al., 1987 sehingga dapat mengurangi
pemakaian bahan kimia. Katalis RhCl
3
.3H
2
O yang digunakan dalam penelitian ini merupakan senyawa kompleks logam transisi yang dapat
mengkatalisis reaksi isomerisasi eugenol menggantikan penggunaan larutan basa kuat.
Lamanya waktu pemanasan pada reaksi isomerisasi eugenol 5 – 7 jam serta suhu yang tinggi Cerveny et al., 1987 dapat mengakibatkan
terjadinya overheating serta dekomposisi pada bahan dan produk. Untuk mengatasi hal tersebut, teknologi gelombang mikro diduga dapat
diaplikasikan untuk menghasilkan produk isoeugenol dengan kemurnian yang tinggi dalam waktu yang singkat. Fokus perhatian dalam aplikasi
pemanasan gelombang mikro umumnya adalah waktu pemanasan dan jumlah daya gelombang mikro per satuan massa bahan.
Penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi terhadap efiesiensi proses pada industri pengolahan minyak atsiri menjadi isolat atau
turunannya di Indonesia khususnya pengembangan industri pengolahan minyak daun cengkeh dan turunannya.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari pembuatan isoeugenol dari eugenol dengan menggunakan pemanasan gelombang
mikro sehingga dapat mempersingkat waktu proses. Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perbedaan pembuatan isoeugenol menggunakan pemanasan
konvensional dan pemanasan gelombang mikro. 2.
Mengetahui pengaruh jumlah katalis RhCl
3
.3H
2
O pada proses pembuatan isoeugenol menggunakan pemanasan gelombang mikro.
3. Mengetahui pengaruh waktu pemanasan gelombang mikro pada proses
pembuatan isoeugenol. 4.
Mengetahui pengaruh jumlah daya gelombang mikro per satuan massa bahan pada proses pembuatan isoeugenol.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.