Definisi Pembiayaan atau Kredit Usaha BMT Jenis-jenis pembiayaan atau kredit usaha BMT

30

2.2.4.1 Definisi Pembiayaan atau Kredit Usaha BMT

Pengertian pembiayaan atau kredit usaha BMT sesuai prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan. Hal ini sesuai pasal 1 peraturan pemerintah no. 9 tahun 1995, tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam. Manfaat pembiayaan bagi anggota BMT a. Menambah modal yang dapat digunakan untuk membiayai usaha produktif. b. Memperkuat usaha yang telah ada untuk membentuk usaha baru. c. Memperoleh sarana produksi secara terus menerus d. Meningkatkan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat tambahan modal dalam usaha produktifnya. Manfaat pembiayaan bagi BMT a. Merupakan sumber pembentukan kekayaan dan pendapatan yang dapat menjamin kelangsungan kegiatan usaha BMT. b. Memungkinkan BMT untuk memiliki usaha produktif sesuai dengan kebutuhan anggota. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2005:1-2.

2.2.4.2 Jenis-jenis pembiayaan atau kredit usaha BMT

Berdasarkan tujuan penggunaan pembiayaan, dibedakan dalam: 31 a. Pembiayaan Modal Kerja, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk memberikan modal usaha antara lain pembelian bahan baku atau barang yang akan diperdagangkan. b. Pembiayaan Investasi, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk modal usaha pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian barang modal berupa aktiva tetapinventaris. c. Pembiayaan Konsumtif, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan perseorangan pribadi. Penelitian ini, penulis menggunakan pembiayaan modal kerja yakni pembiayaan atau kredit usaha BMT yang ditujukan untuk memberikan modal usaha antara lain pembelian bahan baku atau barang yang akan diperdagangkan. Berdasarkan cara pembayaranAngsuran bagi hasil, dibedakan dalam: a. Pembiayaan dengan angsuran pokok dan bagi hasil periodik, yakni angsuran untuk jenis pokok dan bagi hasil dibayardiangsur tiap periodik yang telah ditentukan misalnya bulanan. b. Pembiayaan dengan angsuran pokok peiodik dan bagi hasil akhir, yakni untuk pokok dibayardiangsur tiap periodik sedangkan bagi hasil dibayar sepenuhnya pada saat akhir jangka waktu angsuran. c. Pembiayaan dengan angsuran pokok dan bagi hasil akhir, yakni untuk pokok dan bagi hasil dibayar pada saat akhir jangka waktu pembayaran. 32 Metode hitung angsuran yang akan digunakan. Ada tiga metode yang ditawarkan yaitu: a. Efektif, yakni angsuran yang dibayarkan selama periode angsuran mengikuti prinsip Time Value of Money, yaitu nilai angsuran akan berpijak pada nilai uang yang berlaku saat ini. Tipe ini angsuran pokok pinjaman menurun dan bagi hasil naik. b. Flat, yakni angsuran pokok dan bagi hasil merata untuk setiap periode. c. Sliding, yakni angsuran pokok pinjaman tetap dn bagi hasilnya menurun mengikuti sisa pinjaman outstanding. Berdasarkan jangka waktu pemberian pembiayaankredit usaha, dibedakan dalam: a. Pembiayaan dengan jangka waktu pendek umumnya dibawah 1 tahun. b. Pembiayaan dengan jangka waktu menengah umumnya sama dengan 1 tahun. c. Pembiayaan dengan jangka waktu panjang, umumnya diatas 1 tahun sampai dengan 3 tahun. Berdasarkan sektor usaha yang dibiayai a. Pembiayaan sektor perdagangan contoh: pasar, toko kelontong, warung sembako dll. b. Pembiayaan sektor industri contoh: konveksi sepatu. c. Pembiayaan sektor riil contoh: elektronik, kebutuhan pelatihan dll. d. Leasing contoh: motor, mobil dll. e. Pertanian dan nelayan. 33 Pembiayaan berdasarkan syari’ah islam a. Jual Beli. ™ Al-Murobahah MBA ™ Al-Ba’i Salam BS ™ Al-Ijarah b. Bagi Hasil. ™ Mudharabah ™ Musyarakah c. Qordhul Hasan Dana penyertaan DPU melalui BMT ™ Dana Produktif ekonomi ™ Dana Kebajikan. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2005:2-4.

2.3 BMT Baitul Maal Wattamwil

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Dan Kecil Di Kota Bukittinggi (Studi Pada Bank Nagari Cabang Bukittinggi)

24 429 116

Analisis Koperasi Bitul Maal Wa Tamwil (BMT) dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) Di Kota Jakarta.

1 73 98

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

3 46 80

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

3 13 18

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

0 4 18

Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul Hasan Pada Sejumlah Bmt

2 18 109

Efektivitas Program Pembiayaan Usaha Kecil Mikro BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Usaha Mulya di Kelurahan Kota Baru Bekasi Barat

3 20 89

STRATEGI PEMASARAN PRODUK MURABAHAH DI KOPERASI SERBA USAHA BAITUL MAAL WATTAMWIL MARHABAN Strategi Pemasaran Produk Murabahah Di Koperasi Serba Usaha Baitul Maal Wattamwil Marhaban Rembang Purbalingga.

2 14 17

STRATEGI PEMASARAN PRODUK MURABAHAH DI KOPERASI SERBA USAHA BAITUL MAAL WATTAMWIL MARHABAN Strategi Pemasaran Produk Murabahah Di Koperasi Serba Usaha Baitul Maal Wattamwil Marhaban Rembang Purbalingga.

0 2 14

Hubungan Kredit Usaha Baitul Maal Wattamwil (BMT) Dengan Pendapatan Usaha Mikro Di Kabupaten Tegal.

0 0 2