86
Berdasarkan pada hasil perhitungan lampiran 6 diperoleh koefisien korelasi R sebesar 0.745 lebih besar dari r tabel sebesar 0.195 pada taraf signifikansi 5
yang berarti antara variabel kredit usaha BMT X dengan pendapatan usaha mikro Y terdapat hubungan yang positip dan signifikan.
Nilai koefisien korelasi tersebut jika dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r lihat lampiran 2 termasuk dalam kategori cukup kuat.
b Uji signifikansi dari pada r significance test for r
Untuk pengujian ini dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan pada hasil perhitungan lampiran 3 diperoleh nilai r
z
= 0.200 lebih kecil dari r = 0.745. karena r = 0.745 r
z
= 0.200 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara kredit usaha BMT dengan pendapatan usaha mikro di
Kabupaten Tegal. c
Sumbangan Efektif Berdasarkan lampiran 6 diperoleh koefisien determinan R square sebesar
0.555 menunjukkan bahwa variabel bebasnya kredit usaha BMT dapat memberikan kontribusi atau sumbangan efektif terhadap pendapatan usaha
mikro di Kabupaten Tegal sebesar 55.5, sedangkan sisanya sebesar 45.5 dipengaruhi oleh variabel selain kredit usaha BMT yang tidak diungkap dalam
penelitian ini.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Kredit Usaha BMT
Kredit usaha BMT di Kabupaten Tegal berdasarkan analisis deskriptif persentase telah diperoleh sebesar 67.46. Hal ini menunjukkan bahwa kredit
87
usaha BMT di Kabupaten Tegal termasuk dalam kategori baik. Tetapi persentasenya masih belum yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kecilnya
persentase yang dihasilkan oleh indikator besarnya kredit dan indikator pembinaan masing-masing besarnya 58.38 dan 57.99. Kecilnya persentase
indikator besarnya kredit menunjukkan sikap kehati-hatian BMT dalam menyalurkan dananya ke pengusaha mikro dan memang dana yang disalurkan ke
usaha mikro masih kecil karena sebatas jenis usaha mikro yang hanya membutuhkan dana yang kecil dalam kegiatan usahanya. Sedangkan kecilnya
indikator pembinaan disebabkan belum adanya program pembinaan secara profesional mengenai pengelolaan usaha di tingkat mikro oleh BMT di Kabupaten
Tegal. Sebagai indikasinya BMT tidak tahu menahu tentang penggunaan pinjaman yang diberikan oleh BMT apakah kurang besarnya dana yang diberikan
atau tidak untuk melancarkan kegiatan usaha mikro yang penting kelancaran financiilnya untuk kelangsungan hidup BMT itu sendiri.
Kecilnya persentase indikator besarnya kredit yang diberikan BMTmengindikasikan bahwa pinjaman yang dilakukan usaha mikro mayoritas
tidaklah besar. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 sejumlah pinjaman yang dilakukan oleh usaha mikro yang berkisar antara Rp 200.000,- sampai Rp
1.650.000,- sebesar 56.70 sedangkan yang paling besar berkisar antara Rp 11.995.000,- sampai Rp 13.680.000,-. Ini menunjukkan pinjaman-pinjaman murah
yang dilakukan oleh BMT hanya bertujuan untuk menjangkau pengusaha mikro dalam memenuhi kekurangan modal yang dibutuhkan untuk meningkatkan
pendapatan usaha mikro. Menurut Martokoesoemo 1995:3 penyediaan
88
pinjaman-pinjaman murah kepada para pengusaha mikro merupakan strategi yang sangat efektif dalam meningkatkan penghasilan pengusaha mikro.
Aktivitas BMT dalam memberikan pinjaman modal kepada usaha ekonomi lemah untuk membiayai usaha produktif atau untuk memperoleh sarana produksi
secara terus menerus mampu memberikan kontribusi yang riil dalam meningkatkan pendapatan usaha mikro Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia tahun 2005:1-2. Aktivitas BMT di Kabupaten Tegal ternyata mampu memberikan pinjaman modal kepada usaha ekonomi lemah
untuk membiayai usaha produktif atau untuk memperoleh sarana produksi secara terus menerus sehingga mampu memberikan kontribusi yang riil dalam
meningkatkan pendapatan usaha mikro di Kabupaten Tegal. Hal ini terbukti dengan besarnya kredit yang diberikan BMT kepada usaha mikro sangat murah.
Pinjaman yang murah kepada usaha mikro di kabupaten tegal berkisara antara Rp 200.000,- sampai dengan Rp 1.885.000,- memiliki persentase terbesar yaitu
56.70 tabel 4.6.
4.2.2 Pendapatan Usaha Mikro