B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Beberapa kajian tentang sejarah Indonesia dengan isu kontroversi adalah seperti yang dilakukan oleh Abu Su’ud 2008, Tsabit Azinar Ahmad 2008 dan
2010. Penelitian tentang sejarah Indonesia dengan isu kontroversi yang dilakukan Abu Su’ud dengan judul “Penggunaan Isu Kontroversial dalam Kelas Sejarah di
Era Reformasi”. Penelitian dilakukan terhadap guru-guru di 16 Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Semarang, dan dua Universitas Negeri di
Semarang. Hasil penelitian menjelaskan sebagian besar pengajar sejarah telah
menaruh perhatian dan mengikuti isu-isu kontroversial. Kecenderungan guru menggunakan isu kontroversi karena topiknya actual, menarik, relevan, dan
karena sudah terbiasa. Adanya isu kontroversi dalam kelas menjadikan pembelajaran lebih kontekstual, berpotensi meningkatkan partisipasi peserta
didik, pembahasan berpotensi lebih menarik, tidak jenuh, berpotensi mengembangkan dialog. Kelemahannya dikatakan bahwa bahan ajar tidak selesai
dibahas, membutuhkan pengajar yang gemar mengikuti dialog terbuka, serta memerlukan kesabaran dan kearifan pengajar.
Penelitian ke dua dilakukan oleh Tsabit Azinar Ahmad pada tahun 2008. Penelitian berjudul “Pembelajaran Sejarah Kontroversial Di Sekolah Menengah
Atas studi Kasus Di SMA Negeri 1 Banjarnegara”. Hasil penelitian yaitu pembelajaran untuk peristiwa sejarah yang bersifat kontroversial telah diterapkan
di sekolah. Hal-hal yang mendorong pelaksanaan pembelajaran sejarah kontoversial yaitu dari aspek sekolah, kemandirian guru, dan kemampuan peserta
didik yang baik. Ada dua jenis sejarah kontroversial yang diajarkan di SMA, yakni sejarah kontroversial nonkontemporer dan sejarah kontroversial
kontemporer. Kendala-kendala yang ditemui dalam kelas sejarah secara umum yaitu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan komponen pendukung yang
disebabkan oleh dua faktor, yakni 1 faktor intern dari dalam ilmu sejarah dan 2 faktor ekstern berasal dari luar sejarah. Upaya untuk mengatasi kendala-
kendala dalam aspek perencanaan adalah guru mengembangkan silabusn yang telah disusun oleh pusat kurikulum dalam perencanaan, upaya pencarian sumber-
sumber baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, mencoba untuk tidak terpengaruh terhadap kebijakan pemerintah yang menimbulkan banyak
kebingungan, dan pembelajaran berbasis ICT. Alternatif yang dilakukan guru untuk mewujudkan kesadaran kritis
peserta didik tentang suatu peristiwa sejarah adalah melakukan perubahan dalam pendekatan, dari pendekatan konvensional menjadi pendekatan kritis. Pendekatan
menekankan pada empat aspek, yakni kausalitas, kronologi, komprehensif, dan kontinuitas.
Tsabit Azinar Ahmad juga melakukan penelitian pada tahun 2010 dengan judul “Implementasi Critical Pedagogy dalam pembelajaran Sejarah
Kontroversial di SMA Negeri Kota Semarang”. Hasil penelitian yaitu pemahaman guru terhadap critical pedagogy hanya pada aspek-aspek universal. Pemahaman
guru dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor internal dari dalam guru, dan factor eksternal berupa permasalahan historiografi Indonesia.
Pelaksanaan critical pedagogy masih berjalan setengah hati karena konsep yang dipegang guru masih berada dalam tahap refleksi. Aspek yang masih
lemah dalam pelaksanaan yaitu lemahnya aspek komprehensivitas dalam penyampaian materi, belum optimalnya metode. Implementasi crtical pedagogy
yang belum optimal disebabkan adanya kendala-kendala yaitu dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, dan faktor penunjang. Pembelajaran sejarah
kontroversial dalam perspektif critical pedagogy memiliki potensi untuk dapat menarik minat peserta didik dan melibatkan mereka aktif dalam menanggapi
berbagai permasalahan. Peserta didik memiliki apresiasi yang baik, tampak dari rasa ingin tahu yang besar terhadap peristiwa sejarah kontroversial. Akan tetapi,
apresiasi peserta didik masih sebatas apresiasi didalam kelas.
C. KERANGKA BERPIKIR