Susut Bobot Pisang Cavendish

32

2. Susut Bobot Pisang Cavendish

33 Keterangan : 1. P2C03G3A0 : Pati singkong 2; CMC 0,3; Gliserol 3 Aplikasi hari ke-0 2. P2C03G3A1 : Pati singkong 2; CMC 0,3; Gliserol 3 Aplikasi hari ke-1 3. P2C03G3A2 : Pati singkong 2; CMC 0,3; Gliserol 3 Aplikasi hari ke-2 4. P3C04G5A0 : Pati singkong 3; CMC 0,4; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-0 5. P3C04G5A1 : Pati singkong 3; CMC 0,4; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-1 6. P3C04G5A2 : Pati singkong 3; CMC 0,4; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-2 7. P4C02G5A0 : Pati singkong 4; CMC 0,2; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-0 8. P4C02G5A0 : Pati singkong 4; CMC 0,2; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-1 9. P4C02G5A0 : Pati singkong 4; CMC 0,2; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-2 Gambar 20. Grafik Perubahan Susut Pisang Cavendish Selama Penyimpanan pada Suhu 10 C a , Suhu 16 C b, dan Suhu 30 C c. Berdasarkan grafik Gambar 20, secara umum nilai susut bobot pisang Cavendish selama penyimpanan baik pada kondisi penyimpanan suhu 10 C, suhu 16 C dan 30 C mengalami peningkatan. Semakin tinggi nilai susut bobot pisang Cavendish maka kehilangan bobot akan semakin tinggi sehingga bobot pisang Cavendish akan berkurang. Peningkatan susut bobot yang terjadi pada penyimpanan suhu 10 C tidak setajam pada suhu 16 C dan 30 C. Penyimpanan pada suhu rendah menyebabkan aktivitas metabolisme menjadi berkurang dan perubahan kimia berlangsung lebih lambat, selain itu kelembaban udara relatif RH yang lebih tinggi pada suhu 10 C yaitu 87-88 berperan dalam menekan terjadinya susut bobot. Menurut Ryall dan Lipton 1983 bahwa kehilangan air transpirasi pada buah dan sayuran akan lebih rendah pada lingkungan dengan RH tinggi, dan sebaliknya pada RH rendah dengan suhu yang sama, sehingga faktor kelembaban udara ruangan juga berperan dalam terjadinya susut bobot. Dari hasil analisa ragam Lampiran 15 menunjukkan bahwa suhu memberikan pengaruh nyata terhadap susut bobot pisang Cavendish pada penyimpanan hari ke-2 dan hari ke-4. Sedangkan perlakuan formula dan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap susut bobot pisang cavendish pisang Cavendish. Peningkatan susut bobot pada suhu 30 C lebih tinggi daripada suhu 16 C dan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu 10 C. Dari grafik data diatas menunjukkan bahwa perlakuan P2C03G3A0 : Pati singkong 2; CMC 0,3; Gliserol 3 Aplikasi hari ke-0, P2C03G3A1 : Pati singkong 2; CMC 0,3; Gliserol 3 Aplikasi hari ke-1 dan P2C03G3A2 : Pati 34 singkong 2; CMC 0,3; Gliserol 3 Aplikasi hari ke-2 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada penyimpanan suhu 10 C. Adanya lapisan coating yang berfungsi sebagai barier terhadap CO 2 , O 2 dan air menyebabkan respirasi dan transpirasi dapat ditekan. Peningkatan susut bobot pada buah Pisang Cavendish disebabkan oleh adanya transpirasi dan respirasi. Respirasi terjadi dengan reaksi berikut : C 6 H 12 O 6 + 6O 2 6CO 2 + 6H 2 O + Energi Proses transpirasi dan respirasi menyebabkan berkurangnya kandungan air dalam buah. Proses transpirasi merupakan kehilangan air karena evaporasi. Evaporasi tinggi karena adanya perbedaan tekanan air diluar dan didalam Pisang Cavendish. Tekanan air didalam bahan lebih tinggi dibanding diluar bahan sehingga uap air akan keluar dari bahan. Pada respirasi terjadi pembakaran gula atau substrat yang menghasilkan gas CO 2 , air dan energi. Air, gas dan energi yang dihasilkan pada proses respirasi akan mengalami penguapan sehingga buah akan mengalami penyusutan bobot Wills 1981. Peningkatan susut bobot terbesar pada penyimpanan hari ke-6 sampai ke-8 suhu 10 C terjadi pada perlakuan P4C02G5A0 : Pati singkong 4; CMC 0,2; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-1 yaitu peningkatan susut bobot sebesar 3,63 dari 6,78-10,42. Hal ini dimungkinkan formula edible coating yang digunakan sudah mengalami kerusakan dan terkontaminasi selama penyimpanan formula sebelum diaplikasikan pada buah Pisang Cavendish. Rusaknya coating menyebabkan berkurangnya kemampuannya sebagai barier terhadap gas CO 2 dan O 2 sehingga susut bobot Pisang Cavendish tinggi. Pada perlakuan P3C04G5A1 : Pati singkong 3; CMC 0,4; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-1 susut bobot terkecil pada penyimpanan hari ke- sampai 6 hari ke-8 suhu 10 C yaitu peningkatan susut bobot sebesar 0,31 dari 5,14-5,45. Formulasi lainnya mampu memperkecil susut bobot daripada kontrol tanpa pelapis pada penyimpanan sampai hari ke-10 suhu 10 C. Pada perlakuan P3C04G5A0 : Pati singkong 3; CMC 0,4; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-0 susut bobot terbesar pada penyimpanan hari ke- sampai 6 hari ke-8 suhu 16 C yaitu peningkatan susut bobot sebesar 5,58 dari 15,80-21,65, sedangkan Pada perlakuan P4C02G5A0 : Pati singkong 4; CMC 0,2; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-1 susut bobot terkecil pada penyimpanan hari ke- sampai 2 hari ke-4 suhu 16 C yaitu peningkatan susut bobot sebesar 2,39 dari 5,44-7,83. Pada perlakuan P3C04G5A2 : Pati singkong 3; CMC 0,4; Gliserol 5 Aplikasi hari ke-2 susut bobot terbesar pada penyimpanan hari ke- sampai 8 hari ke-10 suhu 30 C yaitu peningkatan susut bobot sebesar 5,58 dari 18,97-24,93, sedangkan Pada perlakuan P2C03G3A0 : Pati singkong 2; CMC 0,3; Gliserol 3 Aplikasi hari ke-0 susut bobot terkecil pada penyimpanan hari ke- sampai 8 hari ke-10 suhu 30 C yaitu peningkatan susut bobot sebesar 3,40 dari 16,55-19,95. Pada semua perlakuan peningkatan susut bobot terbesar tejadi pada kontrol. Tidak adanya lapisan coating pada kontrol yang berfungsi sebagai barier terhadap CO 2 , O 2 dan air menyebabkan CO 2 , O 2 dan air yang keluarmasuk bahan tinggi sehingga respirasi meningkat dan kehilangan air tinggi. 35

3. Kekerasan Pisang Cavendish