17 O
2
dan 5 CO
2
McGlasson, 1972. Sedangkan, menurut Salunkhe et al., 1991, etilen menginduksi perubahan dalam permeabilitas membran mitokondria sehingga pergerakan
ATP meningkat dan laju respirasi pun meningkat. Etilen dapat mempercepat proses respirasi dan pembentukannya sekaligus didorong laju respirasi.
2.5. Hubungan Etilen dengan Pematangan Buah
Menurut Abeles 1973 etilen adalah suatu gas hidrokarbon dengan ikatan rangkap dan memiliki berat molekul 28.05, merupakan suatu gas tidak berwarna dengan bau manis
seperti eter. Disamping itu etilen mudah terbakar dengan batas ambang antara 2.75- 28.60 di udara dan dapat larut dalam air sekitar lima kali daripada di udara. Dalam fase
gas pada konsentrasi 1 ppm dan temperatur 0
o
C, kemolaran etilen dalam air adalah 10.1x10
-9
dan 4.43x10
-9
pada temperatur 25
o
C. Etilen adalah suatu gas yang digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses
pematangan karena dapat memenuhi syarat yakni dihasilkan oleh tumbuhan, bersifat mobil dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik. Etilen tidak hanya
berperan dalam proses pematangan tetapi juga proses pertumbuhan, seperti pada sistem pembungaan, akan dapat mempercepat proses pemekaran kuncup. Etilen adalah senyawa
hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu ruang berbentuk gas dihasilkan oleh buah dan sayuran selama proses pematangan dan bisa mempercepat proses pematangan. Etilen
adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon aktif dalam proses pematangan. Pembentukan etilen terjadi pada saat praklimakterik dan
meningkat konsentrasinya pada saat puncak klimakterik Winarno, 2002. Etilen disintesa di dalam mitokondria, yaitu pada saat warna buah berubah dari
hijau menjadi kuning, hal ini dibuktikan karena pada mitokondria yang diambil dari buah yang masih hijau tidak menghasilkan etilen, sedang pada mitokondria dari buah yang
telah kuning terdapat etilen. Keadaan tersebut diperkuat dengan diketahuinya adanya zat penghambat pembentukan etilen di dalam buah tomat, yaitu “orthodihydric phenole”
phenolic, dimana jumlahnya menurun selama proses pematangan buah Winarno, 2002. Produksi etilen erat hubungannya dengan aktivitas respirasi, yaitu banyaknya
penggunaan oksigen pada prosesnya, karena itu apabila produksi etilen banyak maka
18 biasanya aktivitas respirasi itu meningkat dengan ditandai oleh meningkatnya penyerapan
oksigen. Dengan adanya etilen, proses respirasi akan berlangsung segera dan ikut dalam proses reaksi pematangan. Perbandingan respirasi dengan produksi etilen tidak tetap,
dimana semakin matang buah, produksi etilen semakin menurun. Menurut Burg 2004 jumlah CO
2
yang tinggi merupakan penghambat kerja etilen sebab gas ini menunda kematangan buah dengan menggantikan etilen dari tempat
reseptornya. Oksigen justru dibutuhkan untuk mengaktifkan kerja etilen sehingga jika konsentrasi O
2
diturunkan menjadi 2-5 maka produksi etilen dapat berkurang menjadi setengahnya. Usaha mengurangi konsentrasi etilen akan mengakibatkan tertundanya
kematangan dan mempertahankan kesegaran serta memperpanjang umur simpan. Pada buah klimakterik respon etilen hanya berpengaruh pada saat fase pre-klimakterik,
sedangkan pada buah non klimakterik aktivitas respirasi dan pematangan dapat dipercepat pada semua fase tahap pematangan.
2.6. Teknologi Near Infrared NIR