Pendugaan Tingkat Ketuaan Pepaya IPB 1 Pendugaan Umur Buah Pada Tingkat Tua Perlakuan Suhu Penyimpanan Pada Beberapa Tingkat Tua Buah

28 d. Pengulangan iterasi Keseluruhan proses dilakukan pada setiap contoh dan setiap iterasi sampai sistem mencapai keadaan optimum. Iterasi tersebut mencakup pemberian contoh pasangan input dan output, perhitungan nilai aktivasi dan perubahan nilai pembobot weight. e. Validasi model Data pada JST dibagi dalam dua bagian yaitu data uji training dan validasi. Kinerja jaringan dapat dinilai berdasarkan nilai root mean square error RMSE pada proses generalisasi terhadap contoh data input-output baru. Untuk mendapatkan nilai RMSE dihitung dengan persamaan 3. 3 dimana: p = nilai prediksi jaringan syaraf tiruan a = nilai aktual yang diberikan n = jumlah contoh pada data validasi Validasi dilakukan sebagai proses pengujian kinerja atau ketepatan prediksi JST terhadap contoh yang diberikan selama proses training. Pada proses validasi, setelah model diberikan pelatihan dengan data pelatihan, model diuji dengan data yang lain, ini dimaksudkan sejauh mana model dapat memprediksi nilai-nilai keluaran dari nila-nilai masukan yang diberikan pada JST. Persentase validasi model dirumuskan dengan persamaan 4 100 X B A Validasi ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ = 4 dimana: A = Jumlah data hasil pendugaan yang sama dengan target. B = Jumlah data target

a. Pendugaan Tingkat Ketuaan Pepaya IPB 1

Setelah parameter hasil pengolahan citra didapat, data tersebut digunakan sebagai masukan JST untuk menentukan tingkat ketuaan dengan menggunakan ∑ − = n n a p RMSError 2 29 masukan indeks warna merah, indeks warna hijau, energi, kontras, homogenitas, saturasi dan intensitas Gambar 7. Lapisan input Lapisan tersembunyi Lapisan output Gambar 7. Model JST untuk menduga tingkat ketuaan buah pepaya Sedangkan keluaran dari JST adalah dua buah angka biner 0,1. Kombinasi dari dua angka biner ini melambangkan tingkat ketuaan pepaya IPB 1 seperti dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel keluaran JST tingkat ketuaan pepaya IPB 1 Tingkat ketuaan Output 1 Output 2 Keterangan Muda 1 0 Warna hijau Tua 1 Warna hijau dengan semburat kuning Lewat tua 1 1 Warna kuning

b. Pendugaan Umur Buah Pada Tingkat Tua

Umur buah pepaya pada tingkat tua dibagi berdasar umur petik menjadi 115, 120 dan 125 hari setelah antesis. Umur buah pada tingkat tua ini akan diduga dengan menggunakan JST berdasarkan hasil pengolahan citranya. Model JST yang digunakan untuk pendugaan umur buah pepaya IPB 1 pada tingkat tua dapat dilihat pada Gambar 8. Masukan JST adalah indeks warna merah, indeks warna hijau, energi, kontras, homogenitas, hue, dan saturasi, sedangkan keluaran dari JST adalah 3 tingkat tua yang dilambangkan dengan kombinasi dua bilangan biner Tabel 3. Output 1 Output 2 Indeks warna merah Indeks warna hijau Energi Kontras Homogenitas Saturasi Intensitas 30 Tabel 3. Tabel keluaran JST umur buah pepaya IPB 1 Umur buah pada tingkat tua Output 1 Output 2 Kriteria tingkat tua Umur petik 115 hari 1 Semburat 0 Umur petik 120 hari 1 Semburat 10 Umur petik 125 hari 1 1 Semburat 25 Lapisan input Lapisan tersembunyi Lapisan output Gambar 8. Model JST untuk menduga umur buah pada tingkat tua

3.3. Perlakuan Suhu Penyimpanan Pada Beberapa Tingkat Tua Buah

Buah pepaya yang digunakan adalah buah pepaya dengan tingkat tua semburat 0 dan semburat 10.

3.3.1. Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan buah pepaya. Buah dimasukkan ke dalam chamber dan ditempatkan dalam lemari pendingin masing-masing bersuhu 10 C dan 15 C dan suhu ruang sebagai kontrol.

3.3.2. Pendekatan model perubahan mutu kekerasan, TPT dan warna

Model disusun berdasarkan data hasil penelitian terhadap perubahan mutu pepaya IPB 1 selama penyimpanan. Penyusunan model laju perubahan mutu pepaya IPB 1 dilakukan dengan menggunakan persamaan Arrhenius Persamaan 1 dengan asumsi sebagai berikut : • Perubahan faktor mutu hanya ditentukan oleh satu macam reaksi saja. • Tidak ada faktor lain yang mengakibatlan perubahan mutu. Output 1 Output 2 Indeks warna merah Indeks warna hijau Energi Kontras Homogenitas Saturasi Hue 31 • Proses perubahan mutu dianggap bukan merupakan akibat dari proses yang terjadi sebelumnya. • Suhu selama penyimpanan dianggap tetap Hubungan mutu suatu produk dengan lama penyimpanan dapat dijelaskan dengan persamaan regresi seperti pada persamaan 2. Hubungan antara ln k dan 1T merupakan persamaan garis lurus, maka persamaan 1 dapat ditulis sebagai berikut : ln k = ln k – ERT 5 dimana ln k dan –ER merupakan konstanta, maka persamaan 5 dapat ditulis sebagai berikut : ln k = A + B 1T 6 ln k = A 7 -ER = B 8 Validasi model dilakukan dengan menentukan nilai RMSE seperti pada persamaan 3 dan koefisien korelasi r. Semakin kecil nilai RMSE yang diperoleh, maka semakin baik dalam menggambarkan hubungan data pengamatan dan data prediksi sehingga model makin valid. Nilai r berkisar antara –1 dan 1. Nilai r yang mendekati –1 dan 1 menunjukkan semakin erat hubungan linier antara data pengamatan dan data prediksi. Furlong et al., 2000, menerangkan bahwa nilai r = 0.01 – 0.29 hubungannya adalah lemah, nilai r = 0.30 – 0.69 adalah sedang dan 0.70 ke atas adalah tinggi.

3.3.3. Pengamatan a.

Laju Respirasi Penentuan laju respirasi dilakukan secara periodik setiap 24 jam sekali untuk menentukan pola respirasi selama penyimpanan. Dua buah selang dihubungkan dengan alat pengukur gas analyzer Shimadzu dimasukkan ke dalam chamber untuk melewatkan gas CO 2 dan O 2 sehingga akan terbaca persen gas CO 2 dan O 2 . Data laju respirasi yang diperoleh kemudian diplotkan dalam suatu kurva berupa kurva pola respirasi, laju produksi gas CO 2 atau O 2 mlkg-jam dihitung dengan persamaan Kays 1991 berikut : 32 R = dt dx W V 9 Dimana: R = laju respirasi mlkg.jam V = volume bebas ruang ml W = berat segar produk kg t = waktu jam x = konsentrasi gas CO 2 dan O 2

b. Kekerasan