69
10 20
30 40
50 60
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14
Waktu hari
D er
aj at
w ar
na k un
ing b
0 ppm, 20 C 0 ppm, 25 C 0 ppm, suhu ruang 10
20 30
40 50
60
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14
Waktu hari
D e
ra jat
w ar
na k
u ni
ng b
100 ppm, 20 C 200 ppm, 20 C 0 ppm, 20 C
c. 0 ppm d. 20
C
10 20
30 40
50 60
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14
Waktu hari
De ra
ja t
wa rn
a k
u n
in g
b
100 ppm, 25 C 200 ppm, 25 C 0 ppm, 25 C 10
20 30
40 50
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14
Waktu hari
D er
aj at
w ar
na k uni
ng b
100 ppm, suhu ruang 200 ppm, suhu ruang
0 ppm, suhu ruang
e. 25 C
f. suhu ruang Gambar 21. Perubahan derajat warna kuning selama penyimpanan sampai
pemeraman
5. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui batas penerimaan konsumen tehadap perkembangan mutu buah pepaya setelah pematangan. Uji organoleptik
dilakukan dengan uji hedonik yang meliputi warna kulit, warna daging buah, aroma, rasa, tekstur, dan uji mutu secara umum dari hari ke-1 hingga hari ke-3 setelah
pemeraman oleh 10 orang panelis. Batas minimum penerimaan konsumen terhadap mutu buah pepaya adalah pada skor 4 netral.
a. Warna kulit buah
Perubahan warna kulit buah pepaya dari hijau menjadi kuning merupakan tanda kematangan buah pepaya. Gambar 23a. memperlihatkan
70 bahwa panelis memberikan nilai optimum terhadap warna kulit sampai pada
hari ke-3 pada semua perlakuan. Rata-rata panelis memberikan skor 6.0. Hal ini dapat dikatakan bahwa perlakuan penambahan etilen konsentrasi 100,
200, dan 0 ppm dan suhu peram 20
o
C, 25
o
C, dan suhu ruang efisien untuk memicu keseragaman warna kulit buah selama pematangan buatan.
Hasil analisis ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi etilen dan suhu pemeraman berpengaruh nyata p0.05 terhadap
warna kulit buah pepaya IPB 1 setelah pemeraman. Uji lanjut Duncan dengan taraf 5 menunjukkan bahwa skor warna kulit tertinggi dicapai oleh
buah pepaya IPB 1 yang diberi perlakuan etilen 0 ppm dan suhu peram 20 C.
1 2
3 4
5 6
7
1 2
3 Lama penyimpanan setelah pematangan hari
Sk or w
a rna
k u
lit
100 ppm, 20 C 100 ppm, 25 C
100 ppm, suhu ruang 200 ppm, 20 C
200 ppm, 25 C 200 ppm, suhu ruang
0 ppm, 20 C 0 ppm, 25 C
0 ppm, suhu ruang 1
2 3
4 5
6 7
1 2
3 Lama penyimpanan setelah pematangan hari
s k
o r w
a rn
a dagi ng
100 ppm, 20 C 100 ppm, 25 C
100 ppm, suhu ruang 200 ppm, 20 C
200 ppm, 25 C 200 ppm, suhu ruang
0 ppm, 20 C 0 ppm, 25 C
0 ppm, suhu ruang
a b
Gambar 22. Penilaian uji organoleptik terhadap warna kulit a dan daging pepaya b IPB 1 setelah pemeraman
b. Warna daging buah
Uji organoleptik untuk warna daging buah pepaya juga dilakukan dengan uji hedonik oleh 10 orang panelis untuk melihat tingkat penerimaan
oleh konsumen terhadap perubahan warna daging buah pepaya IPB 1. Panelis juga memberikan skor optimum pada hari ke-3 untuk warna daging
buah pepaya IPB 1 pada semua perlakuan Gambar 23b. Berdasarkan
analisis ragam Lampiran 5 diketahui bahwa perlakuan konsentrasi etilen
dan suhu pemeraman berpengaruh nyata terhadap warna daging buah
71 pepaya IPB 1. Perlakuan konsentrasi etilen 0 ppm suhu peram 25
o
C berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi etilen 200 ppm suhu peram 20
o
C.
c. Aroma