dianggap kurang mempengaruhi gambaran maskulinitas suami seperti mengurus mobil.
Pekerjaan yang
berkonotasi feminin,
seperti mengasuh
anak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, memasak dan mencuci piring hanya
dipilih oleh suami antara 1 sampai 13,3 dari sejumlah responden Femina, 1993 dalam penelitian sri supriyantini 2002.
b. The provider role
The provider role ialah peran anggota keluarga yang bertanggung jawab untuk mencari uang untuk mendukung keluarga.
Seorang istri berperan mengelola rumah tangganya agar tercapai keharmonisan di dalam keluarga. Dalam hal keuangan, istri diharapkan dapat
mengatur sedemikian rupa nafkah yang diberikan oleh suami agar mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi jika penghasilan suami tidak seberapa besar.
Jika kebutuhan hidup masih belum mencukupi, dengan izin suami seorang istri bisa saja membantu
suami dalam
menambah ekonomi keluarga.
Jika memungkinkan carilah peluang pemasukan yang tidak banyak menyita waktu ke
luar rumah. Yang jelas, istri tidak boleh melalaikan kewajibannya yang lainnya Harmoko, 2010.
c. The child-care role
The child-care role ialah peran anggota keluarga untuk merawat anak secara fisik seperti memberi makan, mengenakan pakaian, memandikan dan
menjaga anak. Menurut penelitian Gronseth dalam Dagun, 1990, diharapkan suami ikut
terlibat dalam kegiatan pengasuhan seperti merawat anak dan mendidik anak,
Universitas Sumatera Utara
membersihkan dan merawat rumah, menyiapkan makanan, belanja, mencuci dan menyetrika, menyiapkan keperluan pribadi dan lain sebagainya sangat diharapkan.
Terbukti dalam penelitian nya Gronseth yang meneliti 16 pasang suami-isteri yang bekerja, menemukan bahwa dengan ayah dan ibu yang sama-sama
mengambil bagian dalam mengasuh anak, kaum ayah merasa lebih baik dan terbuka dengan anak-anaknya, sehingga anak-anak tumbuh dengan kemampuan
diri yang lebih tinggi serta keyakinan diri yang lebih besar, cenderung lebih matang dan dapat bergaul, serta mampu menghadapi berbagai masalah.
d. The child socialization role
The child socialization role ialah peran keluarga untuk mengajarkan nilai- nilai moral pada anak, sikap-sikap, ketrampilan-ketrampilan, dan perilaku yang
disetujui masyarakat. Sejak lahir sampai umur 1 tahun, kemampuan sosialisasi anak masih
terbatas. Pada periode ini, anak memfokuskan kegiatannya pada upaya untuk mengenal benda, memegang dan menggenggam benda, berdiri, berjalan dan
upaya-upayanya yang lain untuk memperkuat dan kemampuan tubuh Supartini, 2004. Kemampuan bersosialisasi sangat menunjang masa perkembangan masa
depan anak. Masalah ini harus menjadi perhatian para orang tua. Untuk itu luangkan banyak waktu untuk bertatap muka dengan anak, terutama pada bulan-
bulan awal setelah kelahirannya. Kemudian undang sebanyak mungkin keluarga dan teman sebayanya, semakin banyak ia mengenal orang maka semakin tinggi
pula kemampuan bersosialisasinya. Berikut ini akan di uraikan periode perkembangan anak menjelang usia satu tahun diantaranya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Usia 1 bulan: menjelang usia satu bulan, bayi belum bisa apa-apa, ia masih banyak tidur. Tetapi mulai minggu-3 ia akan lebih banyak wajah-wajah
orang yang ditemuinya. Kadang-kadang tersenyum sendiri, atau menangis. Namun bayi sudah mulai belajar mengenali wajah pengasuhnya dan
memperhatikan mimik pengasuhnya kalau bicara.
Usia 3 bulan: pada umur ini, bayi akan lebih banyak menghabiskan banyak waktunya untuk memperhatikan apa saja yang sedang berlangsung
disekitarnya. Dia akan lebih banyak tersenyum pada setiap orang yang ditemui.
Usia 4 bulan: bayi sudah lebih terbuka pada datangnya orang baru. Ia sudah berani dan tidak menangis kalau digendong orang lain. Bayi sudah
mau menyambut interaksinya dengan orang lain melalui senyuman. Usia 7 bulan: pada umur ini, bayi semakin sibuk memperhatikan orang-
orang yang berada disekitarnya. Usia 12 bulan: menjelang akhir usia satu tahun, bayi terlihat seperti
mengalami anti sosial. Dia akan menangis keras jika ditinggalkan. Dan tampak amat kuatir dan gelisah bila ditangan orang yang tidak dikenalinya.
Menurut Sobur Septiawan 1999, dalam pengasuhan anak diharapkan agar suami memiliki kepedulian yang sama dengan isteri. Misalnya pada saat anak
masih bayi, seorang ayah harus mau ikut terkena ompolan bayi, ikut terbangun di malam buta dengan mata setengah terpejam dan kepala terasa berputar-putar
Universitas Sumatera Utara
karena lengkingan tangis anak yang minta susu serta mau menyingsingkan lengan baju dan menggulung celananya dalam mengurus rumah.
e. The sexual role