Data Wawancara Informan Kunci Ketiga

V.2.3 Data Wawancara Informan Kunci Ketiga

Wawancara pertama pada informan kunci ketiga dilakukan pada tanggal 21 Desember 2011, pukul 16:39 WIB. Bertempat di sekretariat BOM’S jalan Kartini no: 54 kota Pematangsiantar. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 14:00 WIB. Bertempat di salah satu warung kopi Pasar Parluasan kota Pematangsiantar, dengan hasil wawancara sebagai berikut: Kamal Sinaga adalah adalah pria berusia 75 tahun, profesi sebagai penarik becak sudah 44 tahun ia jalani, becak yang kini digunakan Kamal merupakan becak sewa, tempat biasa Kamal menunggu penumpang adalah di sekitaran Terminal Suka Damai Pasar Parluasan Pematangsiantar. Saat ini Kamal memiliki seorang istri, delapan anak dan dua belas cucu. Ia tinggal dirumah milik pribadi beserta istri dan cucunya, dengan kondisi rumah semi permanen dan berlantaikan semen. Dahulu Kamal bekerja sebagai buruh salah satu pabrik roti di kota Pematangsiantar, seperti penuturan Kamal: “ Dulu itu sebelum bapak bawak becak, ya di pabrik roti, tapi gajinya cuma berapa perak itu dulu. Karena tidak puas lah dulu itu, makanya bawak becak, sewa becak lah pertama-pertama.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 Ketertarikan Kamal untuk menarik becak didasari oleh penghasilan penarik becak BSA yang saat itu bisa mencapai tiga ratus rupiah per hari pada kisaran tahun 1968 sampai 1977. Kamal juga mengatakan pada waktu itu belum Universitas Sumatera Utara ada mobil angkutan kota, sehingga masyarakat praktis hanya mengandalkan becak BSA sebagai satu-satunya alat transportasi umum di kota Pematangsiantar. Pertama kali Kamal membeli becak harga satu unitnya saat itu masih seratus delapan puluh rupiah pada tahun 1968. Menurutnya penghasilan penarik becak BSA sangat menjanjikan pada waktu itu, Kamal mengungkapkan bahwa harga satu liter bensin premium masih Rp. 0,75,- sampai Rp.1,- pada masa itu tahun 1968-1977. Seperti penuturan Kamal: “ Masa itu narek becak BSA tiga ratus rupiah satu hari bersih kita dapat, anak-anakpun bisa sekolah tinggi. Pertama kali bawak becak itu pas tahun 1968, becak sendiri itu, harganya satu becak masih dua ratus dulu.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 “ Satu liter waktu itu masih belum sampek satu rupiah. Dulu gak ada saingan kami, cuma becak BSA kendaraan umum dulu.” wawancara kedua, informan ketiga, 21 Januari 2012 Sekarang Kamal tidak lagi membawa becak sendiri, melainkan sewa dengan toke becak BSA di Pematangsiantar dengan biaya sewa dua puluh ribu rupiah perhari. Sebelum menyewa becak seperti sekarang, Kamal sudah delapan kali membeli dan menjual becak BSA. Menurutnya hambatan yang ditemui dalam menjalankan profesi penarik becak BSA ialah sebelum hadirnya organisasi BOM’S tidak ada organisasi yang dapat mengayomi penarik becak BSA. Kamal mengatakan dulu ada banyak organisasi becak BSA tapi tidak ada satupun yang Universitas Sumatera Utara dapat mengayomi dan membantu para penarik becak BSA, namun kini menurut Kamal BOM’S lah organisasi yang dapat mengayomi dan membimbing anggotanya dengan baik, sehingga saat ini hanya ada satu organisasi becak BSA di kota Pematangsiantar. Seperti penuturan Kamal: “ Dulu itu organisasi becak BSA banyak, tapi gak ada yang becus, iuran saja yang dikumpul.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 “ Kalau di BOM’S tidak ada iuran dikutip, malah sekarang kita yang sering dibantu.” wawancara kedua, informan ketiga, 21 Januari 2012 Selain hal organisasi, Kamal juga mengatakan hambatan lainnya ialah masalah perawatan becak BSA yang harus sering dirawat karena umur motor yang sudah lima puluh tahun keatas. Kehadiran mobil angkutan umum yang jumlahnya sudah sangat banyak sekarang juga menjadi faktor yang menurut Kamal mengurangi hasil pendapatan penarik becak BSA sekarang, ditambah lagi dengan kehadiran penarik becak ilegal berplat hitam. Sampai saat ini menurut Kamal belum ada upaya tegas dari pemerintah untuk membantu kehidupan penarik becak BSA. Hal tersebut seperti penuturan Kamal berikut: Universitas Sumatera Utara “ Perawatannya agak susah ini, karena motor tua itu. Mopen pun sudah banyak kali kan sekarang, belum lagi becak-becak Jepang itu. Gak ada usaha pemerintah untuk membantu kami ini, becak-becak ilegal itu dibiarkannya bekeliaran, padahal tak ada ijinnya.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 Kini dengan kehadiran becak ilegal dan semakin banyaknya jumlah mobil angkutan umum, membuat Kamal hanya bisa mendapatkan penghasilan bersih lima puluh ribu perhari, hal tersebut menurutnya sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dari penghasilan itu biasanya Kamal dapat menyisihkan sepuluh ribu rupiah untuk ditabung. Seperti penuturan Kamal berikut ini: “ Kalau sekarang paling satu hari dapat lima puluh bersih, bisalah sepuluh ribu disisihkan untuk ditabung.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 “ Yah kalau dibilang cukup, cukuplah, kan kami dirumah cuma bertiga sama cucu.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 desember 2011 Kamal memiliki delapan orang anak dan dua belas cucu, dimana anak laki-laki pertama dan kedua bekerja sebagai pemborong di Jawa, anak laki-laki Universitas Sumatera Utara ketiga bekerja sebagai TNI Angkatan Darat di Jakarta, anak laki-laki keempat juga anggota TNI dan tergabung dalam KOPASSUS di Jakarta , anak laki-laki kelima bekerja sebagai supir truk antar provinsi dan menetap di Medan, anak perempuan keenam ibu rumah tangga tinggal di Medan, anak laki-laki ke tujuh bekerja sebagai supir mobil angkutan kota di Medan, dan anak laki-laki kedelapan bekerja sebagai buruh bangunan di Pematangsiantar. Karena semua anak Kamal sudah bekerja, pada saat terdesak biasanya Kamal mendapatkan bantuan keuangan dari anak-anaknya. Hal tersebut seperti penuturan Kamal berikut ini: “ Kalau cucu sudah dubelas, cucu yang dari anak yang perempuan tinggal sama bapak dirumah. Anak ada delapan, yang paling besar sama nomor dua itu pemborong di Jawa, yang ketiga sama yang keempat di Jakarta jadi TNI AD sama KOPASSUS, yang kelima bawak truk, yang keenam perempuan, ibu rumah tangga tinggal di Medan, yang ketujuh bawak angkot di Medan, yang paling kecil disiantar kerja bangunan.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 “ Kalau pemasukan lagi gak ada, mau juga anak-anak ngirim uang.” wawancara kedua, informan ketiga, 21 Januari 2012 Kamal bersama dengan istri dan seorang cucu dari anak nya yang paling kecil menetap di rumah pribadi Kamal dengan kondisi rumah semi permanen berlantaikan semen. Karena sumber air dari rumah Kamal menggunakan sumur bor, dalam satu bulan ia hanya perlu membayar rekening listrik sebesar tiga puluh Universitas Sumatera Utara ribu rupiah. Menurutnya Kamal masih merasa belum puas dengan kondisi rumahnya sekarang. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Kamal berikut: “ Kalau rumah setengah batu setengah kayu, lantainya udah semen. Ya belum puas, dengan kondisi rumah sekarang.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 “ Uang listrik biasa tiga puluh sebulan, kalau air pakek sumur bor.” wawancara kedua, informan ketiga, 21 Januari 2012 Mengenai kondisi kesehatan dirinya dan keluarga, Kamal mengatakan bahwa saat ini dirinya dan istri sering mengalami sakit, biasanya jika Kamal atau istrinya sedang sakit dan harus dibawa kerumah sakit, biaya perobatan ditanggung oleh anak-anaknya. Hal tersebut seperti yang di ungkapkan Kamal berikut ini: “ Ya sekarang ini sering sakit nak, sering kenak angin duduk bapak. Kalau masuk rumah sakit, biasanya anak-anak patungan.” wawancara kedua, informan ketiga, 21 Desember 2011 Dalam satu hari Kamal biasanya hanya makan dua kali, yaitu saat sarapan pagi dan makan malam, namun istri dan cucu Kamal tetap makan tiga kali sehari. Kamal beralasan jika ia makan siang dirumah atau membeli diluar, maka penghasilan yang diterimanya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menu makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh Kamal dan keluarga Universitas Sumatera Utara adalah ikan gembung, atau telur dan sayur. Hal tersebut seperti penuturan Kamal berikut: “ Satu hari itu bapak makan dua kali, sebelum kerja pagi, sama pulang malam. Kalau makan siang lagi, gak cukup nanti uangnya buat sehari-hari dirumah.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 “ Kalau orang rumah makan tetap tiga kali sehari.” wawancara kedua, informan ketiga, 21 Januari 2012 Menurut Kamal, hubungan sosial antara sesama penarik becak BSA terjalin sangat baik, misalnya jika ada penarik becak BSA yang mogok dijalan, maka penarik becak BSA yang lain akan datang menolong untuk memperbaiki becak BSA tersebut. Selain itu menurut Kamal, semenjak para penarik becak BSA di kota Pematangsiantar tergabung didalam organisasi BOM’S, rasa kesetiakawanan antar penarik becak BSA juga semakin tinggi, karena kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan oleh BOM’S terhadap penarik becak BSA di kota Pematangsiantar. Namun mengenai hubungan meraka dengan penarik becak ilegal berplat hitam, Kamal mengatakan bahwa hubungan yang ada tidak baik, misalnya saja tidak bertegur sapa saat berselisih jalan. Hal tersebut seperti penuturan Kamal berikut: Universitas Sumatera Utara “ Kalau dengan penarik becak BSA ya baik kali, tau itu mereka bagaimana bapak.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 “ Sejak di BOM’S ini sering dibuat kegiatan kayak ulang tahun BOM’S, pembagian sembako, banyaklah. Kalau dengan becak Jepang, teguran pun tidak.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Januari 2012 Saat ini Kamal berharap agar pemerintah membantu biaya pemeliharaan becak BSA, karena menurutnya becak BSA ini merupakan benda cagar budaya kota Pematangsiantar. Terhadap organisasi BOM’S Kamal berharap agar tetap mengayomi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Kamal berikut: “ Ya maunya dibantu lah becak-becak BSA ini, kan ini benda cagar budaya.” wawancara pertama, informan ketiga, 21 Desember 2011 “ Tetap di ayomilah kami-kami ini.” wawancara kedua, informan ketiga, 21 Januari 2012 Sampai saat ini Kamal masih merasa senang dengan profesi penarik becak BSA, walaupun penghasilan yang didapat dari menarik becak BSA hanya dapat memenuhi kebutuhan seadanya, namun Kamal tetap bersyukur. Selain itu lingkungan sosial penarik becak BSA yang sangat baik menurutnya membuat ia Universitas Sumatera Utara tetap betah dengan profesi dan komunitas penarik becak BSA di kota Pematangsiantar. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Tinjauan Sosial Ekonomi Penarik Becak BSA di Kota Pematangsiantar pada informan 3. No. AspekFaktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi Keterangan 1 Pekerjaan Penarik becak BSA sebagai pekerjaan utama. 2 Pendidikan Kamal memiliki delapan orang anak dan dua belas cucu, anak pertama dan kedua laki-laki bekerja di Jawa sebagai pemborong, anak ketiga laki-laki bekerja sebagai TNI AD di Jakarta, anak keempat laki-laki bekerja sebagai KOPASSUS di Jakarta, anak kelima laki-laki bekerja sebagai supir truk antar provinsi di Medan, anak keenam perempuan, ibu rumah tangga di Medan, anak ketujuh laki-laki, supir mobil angkutan umum di Medan, anak kedelapan laki-laki, buruh bangunan di Pematangsiantar. 3 Penghasilan Dari menarik becak ia mendapatkan Rp.50.000 dalam satu hari. Universitas Sumatera Utara 4 Perumahan Ia tinggal dirumah pribadi bersama, Istri, dan cucu dari anaknya yang paling kecil, dengan kondisi rumah semi permanen dan lantai semen. 5 Konsumsi Dalam satu hari keluarga Kamal makan tiga kali, yaitu saat pagi, siang dan malam, namun Kamal hanya makan dua kali sehari, yaitu sarapan pagi dan makan malam. Lauk seperti ikan gembung, telur goreng dan sayur- sayuran. 6 Kesehatan Jika dirawat dirumah sakit, Kamal dan Istri biasanya dibiayai oleh anak-anak mereka. Setelah mendapatkan informasi dari Kamal mengenai kehidupannya sebagai penarik becak BSA dikota Pematangsiantar, maka menurut teori Melly G. Tan , kondisi sosial ekonomi Kamal dapat dikatakan sebagai golongan berpenghasilan sedang yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hal tersebut berdasarkan penuturan Kamal dimana pada wawancara kedua ia mengatakan penghasilan dari menarik becak BSA sudah dapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia dan istrinya walau terbatas. Universitas Sumatera Utara

V.2.4 Data Wawancara Informan Kunci Keempat