V.2.2 Data Wawancara Informan Kunci Kedua
Wawancara pertama pada informan kunci kedua dilakukan pada tanggal 20 Desember 2011, pukul 18:33 WIB. Bertempat di kediaman M.Nuh jalan
Medan KM 4,5 kota Pematangsiantar. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 23 Desember 2011, pukul 22:00 WIB. Bertempat di salah satu warung kopi jalan
Cokro simpang Merdeka, dengan hasil wawancara sebagai berikut:
Muhammad Nuh Pane adalah pria berusia 47 tahun, profesi sebagai penarik becak BSA sudah 22 tahun ia jalani, becak yang digunakan Nuh
merupakan miliknya pribadi, biasanya Nuh menunggu penumpang disekitar jalan Cokro Simpang Merdeka Pematangsiantar. Saat ini Nuh memiliki seorang istri
dan tiga orang anak, mereka tinggal di rumah semi permanen milik orang tua dari Nuh sendiri. Sebelum menjadi penarik becak BSA , dahulu Nuh bekerja sebagai
buruh bangunan yang tidak tetap penghasilannya. Sebagaimana yang diungkapkan olehnya:
“ Sebelum narek becak dulu aku kerja di bangunan, tahun 85 lah waktu itu.”
wawancara pertama, informan kedua, 20 Desember 2011 “ Gaji waktu itu masih 1200 perak satu hari, tahun 85 itu, terus waktu 88
naik jadi 3500, tapi masih kurang itu untuk orang yang berumah tangga.” wawancara kedua, informan kedua, 23 Desember 2011
Universitas Sumatera Utara
Pertama kali menarik becak tepatnya tahun 1988, ia melihat pada masa itu penghasilan penarik becak yang jauh lebik tinggi dari pada kerja buruh
bangunan, awalnya Nuh menyewa dari teman yang menjadi toke becak BSA dengan biaya sewa lima ribu rupiah perharinya. Saat itu per harinya Nuh bisa
mengumpulkan uang sekitar enam puluh ribu rupiah, sedangkan harga bahan bakar minyak jenis premium saat itu masih tujuh ratus lima puluh rupiah per liter.
Pada awal tahun 1990, Nuh berinsiatif untuk membeli becak sendiri, saat itu harga satu unit becak BSA 350 cc adalah tiga juta lima ratus ribu rupiah, ia membeli
becak itu dengan cara pinjaman dari keluarga, dan sistem bayar per hari dua puluh ribu rupiah. Seperti penuturan Nuh:
“ Dulu awalnya masih nyewa kita, tahun 1990 baru kita punya sendiri, itu modalnya dari patungan keluarga, habis itu kita bayarlah perharinya. Masa itu
bisa enam puluh satu hari, sementara harga minyak masih 750 satu liter, masih enak lah, makanya banyak orang berebut bawak becak dulu.”
wawancara pertama, informan kedua, 20 Desember 2011 Sejak tahun 2005 hingga saat ini penghasilan penarik becak BSA terus
menurun, menurut Nuh hal tersebut disebabkan oleh kehadiran becak ilegal ber plat hitam, ditambah lagi dengan semakin banyaknya jumlah mobil angkutan
umum. Nuh juga mengatakan bahwa sangat minimnya peran pemerintah kota terhadap penarik becak BSA juga mempengaruhi situasi kehidupan penarik becak
BSA. Seperti penuturan Nuh:
Universitas Sumatera Utara
“ Waktu tahun 2005 hampir dihapuskan becak BSA ini bang, mau diganti sama becak Jepang, BOM’S lah yang menetang waktu itu. Mulai 2010 lah
penghasilan makin susah bang, satu hari paling lima puluh ribu, itu pun kita kerja dari jam tujuh pagi sampek jam dua belas malam.”
wawancara kedua, informan kedua, 23 Desember 2011 “ Udah banyak kali sekarang mopen itu , belum lagi becak Jepang. Gak
ada upaya membantu dari pemerintah ini bang, kalau lagi butuh aja baru kami di panggil.”
wawancara pertama, informan kedua, 20 Desember 2011 Nuh juga berharap kepada pemerintah agar ada bantuan dari pemerintah
kota terhadap penarik becak BSA, karena menurutnya becak BSA merupakan benda cagar budaya, sehingga harus dilindungi oleh pemerintah, selain itu tidak
adanya tindakan tegas dari pemerintah terhadap hadirnya penarik becak ilegal juga merupakan hambatan yang terjadi saat ini. Namun karena belum ada
tindakan nyata dari pemerintah hingga kini Nuh hanya bisa bersabar. Seperti penuturan Nuh:
“ Harusnya kan di bantu abang-abang becak ini, karena becak BSA ini kan benda cagar budaya. Sekarang ini ya sabar aja lah. Harusnya ada tindakan
yang tegas dari pemerintah tentang becak Jepang ini.” wawancara pertama, informan kedua, 20 Desember 2011
Universitas Sumatera Utara
Hadirnya becak ilegal ber plat hitam dan semakin banyaknya jumlah mobil angkutan umum yang ada, kini Nuh hanya bisa menghasilkan lima puluh
hingga enam puluh ribu rupiah perhari, yang menurutnya jumlah itu masih kurang untuk memenuhi hidup sehari-hari. seperti penuturan Nuh:
“ Sekarang satu hari paling dapat lima puluh atau enam puluh ribu. Yah masih belum culup lah itu.”
wawancara kedua, informan kedua, 23 Desember 2011 Nuh memiliki tiga orang anak, ketiganya masih bersekolah, anak
pertama bersekolah di SMPN 1 Pematangsiantar, anak kedua bersekolah di SD swasta Guffi, dan anak ketiga bersekolah di SD Inpres. Pada saat bersekolah anak
pertama Nuh mendapat uang saku sebesar lima ribu rupiah, sedangkan dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar di beri uang saku dua ribu
rupiah. Mengenai prestasi di sekolah anak-anak dari Nuh cukup berprestasi Seperti penuturan Nuh:
“ Kalau anak ada tiga, yang pertama laki-laki kelas satu di SMPN 1, yang kedua kelas lima di SD Guffi, yang paling kecil kelas satu di SD Inpres.
Uang jajannya yang paling besar lima ribu satu hari, kalau yang SD dua-duanya dua ribu. Yang paling besar selalu sepuluh besar kalau bagi rapot, kalau yang
nomor dua lima besar, yang paling kecil biasa aja dia.” wawancara kedua, informan kedua, 23 Desember 2011
Universitas Sumatera Utara
Karena penghasilan dari menarik becak saja tidak cukup, untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Nuh kini memiliki pekerjaan
sampingan, yaitu menjadi buruh bangunan kembali. Jika sedang ada proyek bangunan, maka Nuh menarik becak hanya dari jam tujuh malam hingga jam dua
belas malam, karena dari pukul sembilan pagi sampai lima sore ia bekerja di bangunan. Dalam satu hari kerja Nuh bisa mendapatkan penghasilan tambahan
sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah, dan dari pekerjaan utama menarik becak ia biasanya hanya mendapatkan dua puluh ribu hingga tiga puluh ribu rupiah. Selain
Nuh, istri dari Nuh juga bekerja agar dapat menambah penghasilan keluarga. Sehari hari istri Nuh berjualan rujak buah di rumah, dari hasil berjualan rujak
buah, istri Nuh bisa mendapatkan tiga puluh ribu rupiah perharinya. Seperti penuturan Nuh:
“ Sekarang ini sampingan balik lagi ke bangunan, satu hari tujuh lima dari situ. Kalau istri jualan rujak buah dirumah, dapatlah tiga puluh dari situ.”
wawancara pertama, informan kedua, 20 Desember 2011 “ Kalau ada kerja bangunan, narek cuma dari jam tujuh sampek jam dua
belas, dari situ dapatlah dua puluh sampek tiga puluh, tapi kadang mau gak dapat.”
wawancara kedua, informan kedua, 23 Desember 2011 Nuh tinggal di rumah orang tuanya, dengan kondisi rumah semi
permanen dan lantai dari semen. Dalam satu bulan biasanya Nuh membayar tiga
Universitas Sumatera Utara
puluh ribu untuk biaya rekening listrik rumah dan dua puluh ribu untuk biaya air PAM. Seperti penuturan dari Nuh:
“ Kalau rumah tinggal numpang sama orang tua, bertujuh kami satu rumah. Satu bulan biasa kenak tiga puluh ribu listrik, kalau air dua puluh.”
wawancara kedua, informan kedua, 20 Desember 2011 Mengenai kondisi kesehatan keluarga, Nuh sekeluarga kesehatannya
dijamin oleh program Jamkesmas, hingga saat ini jika orang tua, istri atau anak- anak sakit, mereka tidak pernah dikenakan biaya. Seperti penuturan Nuh:
“ Kalau sakit sih jarang, tapi kalaupun sakit, kami satu rumah ada pegang kartu Jamkesmas, jadi kalau berobat gratis.”
wawancara pertama, informan kedua, 20 Desember 2011 Menu makanan yang sehari-hari biasa dikonsumsi Nuh adalah ikan
gembung, telur goreng dan selalu ada sayur-sayuran. Beras yang biasa dikonsumsi adalah beras Bulog. Sebelum bekerja biasanya Nuh sarapan terlebih dahulu di
rumah, kemudian makan siang pulang kerumah lagi, dan makan malam dirumah. Biasanya saat akan pulang kerumah untuk makan siang, Nuh menunggu ada sewa
yang arahnya berdekatan dengan rumah Nuh. Seperti yang diungkapkan Nuh: “ Lauk makan biasanya ikan gembung dan telur, kalau sayur wajib ada
tiap hari. Beras kita dari Bulog.” wawancara pertama, informan kedua, 20 Desember 2011
Universitas Sumatera Utara
“ Pagi itu kita pasti sarapan dulu dirumah, siang pulang lagi sekalian bawa sewa, kalaupun gak ada sewa kita usahakan pulang dulu, kalau malam
makan dirumah juga.” wawancara kedua, informan kedua, 23 Desember 2011
Nuh mengatakan bahwa hubungan sosial sesama penarik becak BSA sangat baik, misalnya ada salah satu penarik becak yang mogok becaknya dijalan,
itu pasti dibantu. Selain itu para penarik becak BSA di kota Pematangsiantar juga tergabung dalam satu organisasi yang menaungi becak BSA yaitu BOM’S dan
STM antara penarik becak BSA yang didirikan oleh BOM’S. Namun hubungan dengan penarik becak ilegal diakui kurang baik oleh Nuh, bahkan tidak ada tegur
sapa antara penarik becak BSA dengan penarik becak ilegalJepang. Seperti penuturan Nuh:
“ Kalau sosial penarik becak BSA dengan Penarik becak BSA bagus, tapi kalau sama yang Jepang, pas-pasan pun gak ada teguran itu. Kami ini kan
tergabung di BOM’S, ada juga STM nya, jadi kalau ada anggota yang kena musibah dibantu itu.”
wawancara kedua, informan kedua, 23 Desember 2011 Harapan Nuh saat ini ialah agar Pemerintah kota Pematangsiantar
memberikan perhatiannya kepada penarik becak BSA, karena menurutnya becak BSA merupakan benda cagar budaya kota Pematangsiantar, sehingga harus di
jaga dan dibantu biaya perawatannya. Seperti penuturan Nuh:
Universitas Sumatera Utara
“ Untuk pemerintah ya agar diperhatikan lah nasib becak-becak BSA ini, karena inikan benda cagar budaya siantar, dan dibantu biaya perawatannya, kalau
bisa kayak dana BOS untuk sekolah itu tapi ini untuk becak.” wawancara kedua, informan kedua, 23 Desember 2011
Sampai saat ini Nuh masih merasa senang dengan profesi penarik becak BSA, walaupun penghasilan yang didapat dari menarik becak BSA masih belum
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun dengan adanya penghasilan tambahan dari bekerja menjadi buruh bangunan membuat minimnya penghasilan
dari menarik becak BSA dapat tertutupi ditambah lagi dengan lingkungan sosial yang membuat Nuh tetap betah dengan profesi dan komunitas penarik becak BSA
di kota Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Tinjauan Sosial Ekonomi Penarik Becak BSA di Kota Pematangsiantar
pada informan 2.
No. AspekFaktor yang
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi
Keterangan
1 Pekerjaan
Penarik becak BSA sebagai pekerjaan utama dan buruh bangunan sebagai pekerjaan
tambahan. 2
Pendidikan Nuh memiliki tiga orang anak yang masih
bersekolah, anak pertama Nuh bersekolah di SMPN 1 Pematangsiantar, anak kedua di SD
swasta Guffi Pematangsiantar, dan yang terakhir di SD Inpres Pematangsiantar.
3 Penghasilan
Dari menarik becak ia mendapatkan Rp.50.000-Rp.60.000 dalam satu hari. Gaji
dari pekerjaan tambahannya sebagai buruh bangunan sebesar Rp.75.000hari, namun jika
ada pekerjaan bangunan, Nuh hanya memperoleh pemasukan Rp.20.000-
Rp.30.000 perhari. Penghasilan tambahan
Universitas Sumatera Utara
dari istri sebesar 30.000 per hari dari hasil berjualan rujak buah.
4 Perumahan
Ia tinggal dirumah orang tuanya bersama kedua orang tua Nuh, Istri, dan tiga anak,
dengan kondisi rumah semi permanen dan lantai semen.
5 Konsumsi
Dalam satu hari Satu Nuh dan keluarga makan tiga kali, yaitu saat pagi, siang dan
malam. Beras yang dukonsumsi adalah beras bulog dengan lauk seperti ikan gembung,
telur goreng dan sayur-sayuran. 6 Kesehatan
Nuh sekeluarga
mendapat jaminan kesehatan dari Jamkesmas.
Setelah mendapatkan informasi dari Nuh mengenai kehidupannya sebagai penarik becak BSA dikota Pematangsiantar, maka menurut teori Melly G.
Tan , kondisi sosial ekonomi Nuh dapat dikatakan sebagai golongan berpenghasilan rendah yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah
dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal.. Hal tersebut berdasarkan penuturan Nuh dimana pada wawancara kedua ia mengatakan
Universitas Sumatera Utara
penghasilan dari menarik becak saja masih belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, sehingga ia mencari pekerjaan tambahan.
Universitas Sumatera Utara
V.2.3 Data Wawancara Informan Kunci Ketiga