Perbedaan Penerapan Sistem Tanam Awal dan Sistem Keprasan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perbedaan Penerapan Sistem Tanam Awal dan Sistem Keprasan

Yang dimaksud dengan budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi fisik lingkungan tanaman tebu, berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan, alat dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase pertumbuhannya, sehingga menghasilkan produksi gula seperti yang diharapkan. Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang diusahakan menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat ketersediaan lahan. Karekteristik agroklimat terdiri dari iklim, kesuburan tanah dan topografi. Dalam budidaya tebu faktor yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kesesuaian iklim Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang daerah tropik dan subtropik dengan daerah penyebaran yang sangat luas. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara. Untuk curah hujan tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan pembentukan gula dapat berlangsung dengan baik. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu. Kedua desa ini cocok untuk budidaya tebu karena memiliki curah hujan rata-rata 1800 mmtahun. Dan dengan bulan Universitas Sumatera Utara hujan 4 bulan, ketinggian tempat adalah 5-500 mdpl, desa penelitian ini memiliki tinggi tempat 9 mdpl. Sedangkan untuk suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu optimum tanaman tebu adalah berkisar antara 24 -30 C, dengan suhu maksimum 32 C, desa Kwala Begumit memiliki suhu rata-rata harian maksimal sebesar 32 C sehingga masih memenuhi syarat tumbuh tanaman tebu. 2. Kesesuaian tanah Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang optimal dan tidak tergenang, sehingga tidak memerlukan drainase yang membutuhkan biaya yang besar. 3. Sarana dan prasarana Masing-masing lahan di kedua desa ini berada cukup jauh dari jalan raya ± 2km walaupun berada agak masuk kedalam atau dibelakang lahan milik PTP akan tetapi jalan untuk masuk kedalam cukup lebar dan dapat dilewati truk-truk besar yang akan mengangkut hasil panen, sehingga proses pengangkutan ke pabrik dapat dilakukan dengan cepat dan tepat waktu, akan tetapi jika pada musim hujan jalan menjadi sulit untuk dilalui tergenang karena kendaraan yang masuk untuk proses pengangkutan cukup besar sehingga jalan menjadi berlubang, di desa Kwala Begumit lahan juga dekat dengan sungai sehingga proses drainase menjadi mudah apabila lahan tergenang pada musim hujan. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian teknik budidaya TRI sistem tanam awal dan keprasan di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei tidak berbeda, adapun tahap-tahapnya adalah :

5.1.1 Teknik Budidaya TRI sistem tanam awal PC

1. Pengolahan tanah Seperti disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa kondisi lahan merupakan pilihan, maka tidak sedikit petani yang harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk memperbaiki kondisi fisik tanah, beberapa kegiatan yang dilakukan petani adalah pembabatan atau pencangkulan yang bertujuan untuk memecah tanah atau menggemburkan tanah baik secara manual ataupun mesin traktor yang disewa, pembakaran jika lahan tersebut adalah bekas hutan, atau untuk membakar sampah - sampah bekas pembabatan dan sebagainya. Untuk drinase dibuat paret disekeliling lahan dengan lebar 6 cm dan kedalaman 70 cm. 2. Pembibitan Bibit yang digunakan berasal atau dibeli dari pihak PTP pembibitan, biasanya bibit yang digunakan adalah bibit jenis Kijang Kencana, Varietas 3-4, dan Lampung, tetapi lebih sering jenis Kijang Kencana. Bibit yang dibeli biasanya sudah berumur 3 bulan. Adapan kebutuhan bibit adalah sebanyak 10.000 batang ha, dengan harga Rp 350 batang dan harga ini berlaku untuk semua petani TRI. Bibit yang akan ditanam harus benar-benar diperhatikan, apakah bibit itu bagus, apakah matanya batang tidak rusak dan apakah bibit itu berpenyakit atau tidak dan sebagainya, jika bibit tidak baik atau mati maka tanaman tidak merata dan gagal yang akan mengakibatkan produksi akan turun. Universitas Sumatera Utara 3. Penanaman Penanaman dilakukan dengan metode penjuringan dengan lebar 50 cm kedalaman 30 cm untuk tanah basah dan 25 cm untuk tanah kering dimana bibit tebu diletakkan diatas tanah secara jigjag atau bagian pangkal tebu bertemu dengan bagian ujung tebu.yang kemudian akan dicacah sepanjang 10 cm atau dipotong-potong menjadi 2 – 3 mata tunas. Hal ini dilakukan agar tunas dapat tumbuh dengan merata pada masing-masing bagian, perkecambahan tebu dapat menjadi seragam serta dapat cepat tumbuh. Selanjutnya ditutup dengan tanah covering harus tebal 10 – 15 cm sehingga bibit mendapat ruang yang lebih besar untuk tumbuh. Jika areal pertanaman kering, maka dilakukan penyiraman dengan irigasi. biasanya bibit mulai tumbuh setelah 1 minggu. 4. Penyisipan penyulaman Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan dan berdaun 3-4 helai dan diambil dari persediaan bibit, caranya dengan mencabut bibit yang mati, kemudian lubangi dengan lebar dan diisi dengan tanah gembur, yang diambil dari tanah sisa parit yang telah kering. Setelah tanah disiram tanam bibit dan timbun dengan tanah, tanah disiram lagi dan dipadatkan agar batang menjadi kuat. Bibit sulaman ini bisa berasal dari tanaman yang memang ditanam bersamaan dengan tanaman utama sebagai cadangan ataupun bibit yang berasal dari tunas tanaman itu sendiri atau ruas-ruas batang, bibit yang berasal dari tunas ini cenderung lebih banyak dipilih karena mengurangi biaya produksi atau biaya untuk membeli bibit baru, disamping itu karena bibit tunas biasanya diambil dari tebu yang bagus, maka tunasnya juga diharapkan memiliki sifat yang sama dengan tebu induknya. Universitas Sumatera Utara 5. Pemupukan I Setelah berumur 1 bulan dilakukan pemupukan pertama, pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA, POSCA, dan KCL sesuai kebutuhan tanaman tetapi KCL sangat jarang digunakan, dan ada juga penyemprotan disinsektisida dan herbisida. Setelah pupuk ditabur merata dan ditimbun tanah, segera siram tanaman agar`pupuk meresap kedalam tanah dan dihisap oleh akar-akar tanaman dan juga mencegah pupuk menguap. 6. Penyiangan Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 1 ½ bulan yaitu dengan mencabuti rumput-rumput yang tumbuh disekitar tanaman atau disebut gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena menyerap unsur hara yang seharusnya diserap tanaman tebu tersebut. 7. Pembumbunan Pembumbunan tanah atau biasa disebut tambah tanah biasanya dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan dimana tanah-tanah disekitar tanaman yang keras dipecah sehingga menjadi gembur. Dengan demikian udara dapat masuk disela- sela butiran tanah, sehingga struktur tanah menjadi sempurna. Alat yang digunakan untuk menggemburkan tanah adalah cangkul, kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai merusak akar tanaman. Pada saat kemarau penggemburan ini berfungsi untuk mencegah tanah cepat kering karena penguapan. 8. Pemupukan II Pemupukan kedua ini dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan pupuk yang diberikan sama dengan pemupukan pertama. Universitas Sumatera Utara 9. Cuci Kaki Kegiatan ini juga sering disebut sebagai klentek I dimana daun-daun tanaman yang sudah kering dipotong, yang penting pada saat mengerjakan klentek ini adalah ruas-ruas tebu betul-betul harus bersih dari daun tebu kering, sehingga akar-akar baru akan segera tumbuh dari ruas-ruas yang paling bawah bila mendapat tambahan tanah. Bersamaan dengan pengklentekan, anakan tebu yang diperkirakan tidak akan tumbuh subur sebaiknya dimatikan saja. 10. Klentek Pengklentekan kedua dilakukan pada saat tebu berumur 6-7 bulan. Daun-daun yang dilepaskan adalah daun dari 7-9 ruas diatas guludan tanah yang telah ditambah sampai batas-batas daun yang hijau, jangan mengelentek daun yang hijau, karena akan mengganggu pertumbuhan tebu. Jangan mengelentek dengan pisau atau arit, sebab dapat merusak batang-batang tebu, selain itu pengelentekan pun kurang bersih karena masih tersisa di ruas-ruas. Setelah pengelentekan sinar matahari dapat masuk kesela-sela rumpun yang akan mempercepat proses pengolahan glukosa-sukrosa didalam batang tebu. 11. Pemanenan Adapun untuk tanaman tebu tanam awal PC ini baru bisa dipenen setelah berumur 12 bulan atau 1 tahun, proses pemanenan ini meliputi kegiatan pemotongan batang tebu. Biasanya kegiatan ini memerlukan tenaga kerja yang banyak atau borongan, hal ini bertujuan agar hasil tebu nantinya dapat sampai dipabrik tepat pada waktunya, sebab jika tebu terlambat sampai dan proses penggilingan terlambat akan membuat rendemen tebu dan produktivitas menurun. Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Teknik Budidaya TRI sistem Keprasan Rawat Ratoon

Adapun teknik budidaya TRI sistem keprasan adalah sebagai berikut : 1. Pembakaran pembersihan lahan Sebelum melakukan keprasan terlebih dahulu lahan harus dibersihkan atau dibakar diluar bidang yang akan dikepras yaitu kotoran-kotoran bekas penebangan tebu yang lalu yaitu daun-daun kering dan bekas tebangan tebu yang sudah kering, baik diatas bidang tanah atau diparit atau saluran air, disamping itu bertujuan agar tidak ada tangan jahil yang membakar sisa daun-daun sembarangan yang akan berakibat pada kebakaran lahan. 2. Pengeprasan Setelah lahan dibersihkan, maka keprasan dilakukan secara berurutan, jangan mengepras secara berpencar karena akan berakibat pada pertumbuhan tanaman yang tidak merata, sehingga penuaannya tidak sama, sehingga pada saat ditebang akan sulit menemukan mana tanaman yang sudah tua dan yang harus ditebang terlebih dahulu. Sebelum mengepras, sebaiknya tanah yang terlalu kering diairi terlebih dahulu agar bekas tanaman tebu yang dikepras tidak mudah terbongkar. 3. Pemupukan I Setelah 7-10 hari dilakukan pengeprasan, diadakan pemupukan pertama kemudian pemberian air kedalam lubang dan jangan sampai air mengalir keluar, karena akan mengakibatkan pupuk yang diberikan mengalir keluar, dan pupuk jangan sampai mengenai daun, karena daun akan terbakar. 4. Penyiangan Universitas Sumatera Utara Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan lahan dari rumput-rumput dan tidak berbeda dengan sistem tanam awal sebelumnya yaitu agar lahan menjadi lebih bersih. 5. Pembumbunan Penyiraman dilakukan beberapa hari sebelum pembumbunan. Tujuannya agar tanah menjadi lunak dan dan cukup lembab dan rumput-rumput dapat disingi sampai keakarnya. Pekerjaan ini dilakukan 2-3 minggu setelah pemupukan kesatu. 6. Pemupukan II Pemupukan ini dilakukan sama dengan pemupukan pertama, hanya saja pupuk ditaburkan disebelah kiri 7. Klentek I Klentek ke-1 ini dilakukan 20 - 25 hari setelah penambahan tanah selesai, kegiatan ini bertujuan untuk memperlancar jalannya angin, sehingga tebu tidak mudah roboh, untuk memudahkan pemeriksaan kebun, sehingga pekerjaan yang belum dapat diketahui. 8. Klentek II Umumnya klentek ke-2 ini dilakukan setelah tebu berumur 8-9 bulan atau tanaman sudah dewasa, dimana tujuannya adalah untuk mencegah tebu roboh atau patah, mempercepat proses pemasakan tebu, dan sinar matahari mudah masuk. 9. Pemanenan Proses ini sama dengan sistem tanam awal, dimana dimulai dari kegiatan pemotongan batang dan harus dilakukan secara serentak agar lebih efisien dan produktivitas tidak menurun. Universitas Sumatera Utara

5.2 Perbedaan Biaya Usahatani Petani TRI Sistem Tanam Awal dan TRI