Produktivitas ton Produktivitas ton

5.3 Perbedaan Produksi dan Produktivitas Petani TRI Sistem Tanam Awal

dan TRI Sistem Keprasan Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei Produksi pada usahatani tebu adalah hasil tebu yang diukur dalam satuan Kg, besarnya produksi tebu untuk setiap petani sangat bervariasi. Hal ini karena besar kecilnya luas lahan, tingkat kesuburan tanah dan perlakuan petani dalam mengusahakan komoditi tersebut. Sedangkan produktivitas tebu merupakan perbandingan antara produksi dengan luas lahan dengan satuan ton ha. Besar rata-rata produksi dan produktivitas petani untuk tanam awal dan keprasan di Desa Kwala Begumit dan Kwala Bingei dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel.13 Produksi dan Produktivitas Rata-rata Tebu Sistem Tanam Awal dan Keprasan per Ha di Desa Kwala Begumit dan Kwala Bingei Uraian Kwala Begumit Kwala Bingei Perbedaan

A. Tanam Awal

1. Luas Lahan Ha 2. Produksi Kg

3. Produktivitas ton

2,96 86.423,11 86,42 1,90 74.046,67 74,04 1,06 12.376,44 12.38

B. Keprasan

1. Luas Lahan Ha 2. Produksi Kg

3. Produktivitas ton

2,96 98.978,00 98,97 1,90 85.758,00 85,75 1,06 13.220,00 13,22 Sumber : Data diolah dari lampiran 55-62 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada sistem tanam awal produksi Desa Kwala Begumit lebih besar daripada produksi Desa Kwala Bingei. Produksi rata- rata petani TRI Desa Kwala Begumit sebesar 86.423,11 kg sedangkan produksi di Desa Kwala Bingei sebesar 74.046,00 kg. Universitas Sumatera Utara Pada sistem keprasan produksi rata-rata TRI Desa Kwala Begumit sebesar 98.978,00 kg dan 85.758,00 kg di Desa Kwala Bingei. Untuk produktivitas kedua desa pada sistem tanam awal di Desa Kwala Begumit sebesar 86,42ha ton dan Desa Kwala Bingei 74,04 tonha. Pada sistem keprasan produktivitas tebu di Desa Kwala Begumit sebesar 98,97 ton ha dan di Desa Kwala Bingei sebesar 85,75 ton ha. Hasil analisis uji beda rata-rata produktivitas usahatani tebu di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei per ha pda sistem tanam awal dan sistem keprasan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 14. Hasil Analisis Perbedaan Produktivitas Rata-rata Usahatani Tebu di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei Sistem Tanam Awal dan Sistem Keprasan. Uraian Kwala Begumit Kwala Bingei t-hitung t-tabel Tanam Awal Produktivitas Tonha 86,42 68,82 3,031 2,05 Keprasan Produktivitas Tonha 98,97 79,94 2,772 2,05 Keterangan = t hitung Tanam Awal dan Keprasan t-tabel, terima H1 tolak H0 Sumber : Data diolah dari lampiran 64a dan 64b Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa produktivitas antara Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei pada sistem tanam awal dan sistem keprasan terdapat perbedaan nyata pada α = 5 nilai t hitung = 3,031sistem tanam awal dan 2,772 sistem keprasan nilai t tabel = 2,05. Pada rata-rata dapat dilihat produktivitas usahatani tebu di Desa Kwala Begumit lebih besar daripada Desa Universitas Sumatera Utara Kwala Bingei pada kedua sistem. Sesuai dengan kaidah t hitung t tabel maka hipotesis H ditolak dan H 1 diterima pada tingkat kepercayaan 95. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan produktivitas antara Desa Kwala Begumit dengan Desa Kwala Bingei pada sistem tanam awal dan keprasan adalah diterima. 5.4 Perbedaan Pendapatan Bersih Petani TRI Sistem Tanam Awal dan TRI Sistem Keprasan Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei Pendapatan usahatani adalah penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi. Pendapatan ini merupakan balas jasa terhadap seluruh biaya atau pengorbanan yang diberikan petani dalam usahataninya. Pengorbanan ini berupa modal tanah, input produksi, tenaga kerja dan manajemen atau aspek pengelolaan dari si petani. Pendapatan usahatani ini akan diketahui setelah penerimaan diketahui.Penerimaan adalah produksi Kg dikalikan dengan harga Rp. Dikarenakan status petani TRI disini adalah sebagai mitra atau bekerjasama, maka pihak PTP sebagai pemilik lahan memiliki ketentuan untuk menghitung penerimaan petani yang telah dirumuskan dari pusat atau Jakarta yang harus diterima oleh petani. Adapun rumus untuk menghitung penerimaan petani TRI adalah sebagai berikut : Pd = P × Re × Persen × k × H Dimana : P = Produksi yang dihasilkan petani per lahan dalam satuan Kg Re = Rendemen efektif yang dikeluarkan oleh pabrik gula setelah dilakukan Perhitungan Universitas Sumatera Utara Persen = Pembagian keuntungan yang telah ditetapkan oleh Mentri perkebunan, yaitu untuk petani 65 dan PTP 35 k = ketentuan yang ditetapkan PTP yaitu 1,003 H = harga gula per kg dilihat dari harga pasaran pada saat periode pemanenan Penerimaan rata-rata tebu per ha di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei pada sistem tanam awal dan sistem keprasan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel.15 Penerimaan dan Pendapatan Rata-rata Tebu Sistem Tanam Awal dan Keprasan per Ha di Desa Kwala Begumit dan Kwala Bingei Uraian Kwala Begumit Kwala Bingei Perbedaan A. Tanam Awal 1. Produksi Kg 2. Harga Rp 3. Penerimaan 4. Biaya Produksi 5. Pendapatan 86.423,11 8.400,00 28.476.420,10 21.886.884,00 6.593.697,00 74.046,67 8.400,00 24.458.885,83 20.196.271,00 4.262.614,80 12.376,44 0,00 4.017.534,27 1.690.613,00 2.331.082,20

B. Keprasan

1. Produksi Kg 2. Harga Rp 3. Penerimaan 4. Biaya Produksi 5. Pendapatan 98.978,00 8.500,00 28.589.436.00 18.169.595,00 10.454.938,33 85.758,00 8.500,00 24.877.432,45 16.393.294,00 8.484.138,40 13.220,00 0,00 3.712.003,55 1.776.301,00 1.970.799,93 Total Pendapatan petani TRI 17.048.635,33 12.754.753,20 4.301.882,13 Sumber : Data diolah dari lampiran 57- 62 Universitas Sumatera Utara Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penerimaan petani TRI pada sistem tanam awal di Desa Kwala Begumit sebesar Rp 28.476.420,10 ha, sedangkan penerimaan di Desa Kwala Bingei sebesar Rp 24.458.885,83 ha, maka ada perbedaan penerimaan petani TRI di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei, perbedaan ini disebabkan perbedaan produksi dan rendeman di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei. Pada sistem keprasan juga terdapat perbedaan penerimaan, dimana Desa Kwala Begumit memiliki penerimaan sebesar Rp 28.589.436,00ha dan Kwala Bingei sebesar Rp 24.877.432,45ha. Pendapatan rata-rata petani TRI Desa Kwala Begumit sebesar dan Desa Kwala Bingei sebesar Rp 6.593.697,00ha sedangkan di Desa Kwala Bingei sebesar 4.262.614,80 ha. Pada tahun pertama petani biasanya memang memiliki pendapatan yang rendah dikarenakan biaya produksi yang cukup tinggi. Pada tahun ke II, penerimaan petani TRI di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei meningkat sedikit, peningkatan yang kecil ini disebabkan rendemen yang menurun dengan rata-rata 5 walaupun produksinya meningkat. Penerimaan di Desa Kwala Begumit adalah sebesar Rp 28.589.436,00 ha dan di Desa Kwala Bingei sebesar Rp 22.877.432,45 ha. Dan pendapatan yang diterima petani TRI Desa Kwala Begumit meningkat menjadi sebesar Rp 10.454.938,33ha sedangkan pendapatan di Desa Kwala Bingei meningkat menjadi Rp 8.484.138,40ha. Hal ini dikarenakan biaya produksi menurun dengan berkurangnya kegiatan-kegiatan usahatani seperti pengolahan lahan, begitu juga dengan biaya pembelian bibit dan pengangkutan bibit serta penyewaan traktor yang sudah tidak ada. Universitas Sumatera Utara Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan bersih petani TRI di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei per ha sistem tanam awal dan sistem keprasan dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel 16. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Rata-rata Usahatani Tebu di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei Sistem Tanam Awal dan Sistem Keprasan. Uraian Kwala Begumit Kwala Bingei t-hitung t-tabel A. Tanam Awal Pendapatan Rp 6.593.697,00 4.262.614,80 3,901 2,05

B. Keprasan

Pendapatan Rp 10.454.938,33 8.484.138,40 3,759 2,05 Keterangan = t hitung Tanam Awal dan Keprasan t-tabel, terima H1 tolak H0 Sumber : Data diolah dari lampiran 65a dan 65b Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan petani TRI di Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei pada sistem tanam awal terdapat perbedaan nyata pada α = 5 nilai t hitung = 3,901 nilai t tabel = 2,05 begitu juga dengan sistem keprasan terdapat perbedaan nyata pada α = 5 nilai t hitung = 3,759 nilai t tabel = 2,05. Sesuai dengan kaidah t hitung t tabel maka hipotesis H ditolak dan H 1 diterima pada tingkat kepercayaan 95. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pendapatan antara Desa Kwala Begumit dan Desa Kwala Bingei pada sistem tanam awal dan sistem keprasan adalah diterima. Universitas Sumatera Utara

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .