Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka

satu tujuan keprasan adalah untuk meningkatkan produksi, maka akan dilihat mana yang lebih besar produksinya dari segi sistem maupun dari masing-masing desa. Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Langkat, biasanya petani TRI murni bisa mengepras tebunya lebih dari 7 kali atau lebih jika tebunya dianggap masih menghasilkan, sedangkan untuk TRI ini memiliki standar keprasan maksimal sebanyak 3 kali saja, hal ini agar sistem tanam awal dapat dilakukan secara serentak, sebab jika dilakukan lebih dari 3 kali tidak semua batang tebu masih bisa menghasilkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sehubungan dengan topik yang akan diteliti, yaitu : 1. Bagaimana penerapan TRI sistem tanam awal dan TRI sistem keprasan ? 2. Berapa besar biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani TRI sistem tanam awal dan TRI sistem keprasan di Desa Kwala Begumit dengan Desa Kwala Bingei ? 3. Bagaimana perbandingan produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh petani TRI sistem tanam awal dan TRI sistem keprasan di Desa Kwala Begumit dengan Desa Kwala Bingei ? 4. Bagaimana perbandingan pendapatan antara petani TRI sistem tanam awal dan TRI sistem keprasan di Desa Kwala Begumit dengan Desa Kwala Bingei ? Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan TRI sistem tanam awal dan TRI sistem keprasan 2. Untuk menganalisis biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani TRI sistem tanam awal dan TRI sistem keprasan di Desa Kwala Begumit dengan Desa Kwala Bingei 3. Untuk menganalisis perbandingan produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh petani TRI sistem tanam awal dan petani TRI sistem keprasan di Desa Kwala Begumit dengan Desa Kwala Bingei 4. Untuk menganalisis perbandingan pendapatan antara petani TRI sistem tanam awal dan petani TRI sistem keprasan di Desa Kwala Begumit dengan Desa Kwala Bingei

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan Tujuan Penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi petani TRI untuk mengembangkan usaha tani tebu 2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang ingin berusahatani tebu 3. Sebagai referensi bagi pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung batangnya mengandung air gula dengan kadar mencapai 20. Air tebu inilah yang kelak dibuat kristal-kristal gula atau gula pasir. Disamping itu, tebu juga dapat digunakan menjadi bahan baku pembuatan gula merah. Soejardi 2003 juga menjelaskan tebu adalah tanaman yang membutuhkan musim hujan pada saat penanaman dan sedikit hujan pada saat dipanen ditebang. Kebetulan kondisi ini sesuai kondisi iklim di Indonesia yang memiliki dua macam iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Tebu yang digunakan sebagai bahan baku pabrik merupakan tanaman keturunan hasil persilangan antara tebu alam dan pimping. Maka untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan maka ditanam jenis varietas tertentu yang sesuai dengan kondisi alam dan iklim suhu, angin, dan intensitas curah hujan agar didapat hasil gula yang cukup tinggi. Sebagaimana yang di kutip dalam http:www.deptan.go.id, 2010, tebu keprasan adalah sistem penanaman tebu dengan cara menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan, kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu, sebaiknya tanah yang terlalu kering diairi dulu. Universitas Sumatera Utara Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Langkat 2011, sistem keprasan dilakukan untuk mengurangi biaya bibit untuk penanaman awal kembali, dimana keprasan dilakukan pada tahun kedua produksi tebu. Keprasan juga dilakukan akibat kesalahan pada proses pemanenan dimana tebu yang seharusnya dipanen dengan cara memotong secara datar pada tanaman tidak dihabiskan sampai kandas ketanah sehingga dilakukan keprasan dengan menghabiskan tanggul sampai kebawah. Bibit tebu yang digunakan bermacam-macam ada yang berasal dari Brazil , Lampung memiliki warna agak kekuningan dan daun yang agak lebar, bibit yang berasal dari pasuruan memilki ciri-ciri batang yang berwarna kemerahan dan daun yang membengkok kebawah. Pada tebu sistem tanam awal dilakukan pembibitan terlebih dahulu selama lebih kurang 3 bulan atau 100 hari ditempat pembibitan setelah itu dipindahkan diarea yang akan diusahakan, 1 ha bibit tebu dapat digunakan untuk menanami 10 ha lahan tebu, karena pada saat pembibitan jarak tanam antar satu tebu dengan yang lainnya rapat. Tebu dikatakan masak setelah berumur 8 bulan akan tetapi biasanya dipanen setelah berumur 1 tahun hal ini bertujuan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, dengan kata lain air tebu yang dikandung banyak, rendemen sekitar 6 dan apabila lebih dari satu tahun maka produktivitas akan menjadi rendah karena tebu menjadi terlalu tua. Sutardjo 1994, menjelaskan dalam bukunya bahwa Setelah dilakukan pemanenan maka bekas panen tersebut akan dibakar untuk memperbaiki fisik tanah dan menghindari gangguan dari masyarakat atau orang usil yang akan mencuri hasil panen ataupun merusak lahan. Masa kemasakan tebu adalah suatu gejala bahwa pada akhir pertumbuhannya terdapat timbunan sukrosa didalam batang tebu. Pada tebu yang masih muda, Universitas Sumatera Utara kadar sukrosa tertinggi berada didalam ruas-ruas bawah dan kadar sukrosa diruas- ruas diatasnya hamper sama tingginya. Adapun dalam proses kemasakan, ruas- ruas yang termuda mengandung kadar glukosa tertua, rendahnya kadar sakarosa diruas-ruas atas berhubungan dengan belum dewasanya ruas-ruas itu. Sakarosa adalah bahan baku yang terpenting. Semula, semasa tebu masih dalam masa pertumbuhan, sakarosa ini merupakan hasil asimilasi daun tebu. Jadi factor - faktor lingkungan baik yang ada dipermukaan tanah seperti iklim, maupun yang berada dibawah tanah, besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tebu. Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 ,artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg. Ada 3 macam rendemen,yaitu: rendemen contoh,rendemen sementara, dan rendemen efektif. 1. Rendemen Contoh Rendemen ini merupakan contah yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen contah adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai. Rumus : Nilai nira x Faktor rendemen = Rendemen . Universitas Sumatera Utara 2. Rendemen Sementara Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula,namun sifatnya masih sementara.Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara. Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut. Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira. 3. Rendemen Efektif Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 17015 = 12 periode.Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyataefektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu. Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula.Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut. Universitas Sumatera Utara Karena dalam sistem TRI petani menjadi pengusaha manajer dan wiraswasta dalam usahatani tebu, maka petani sekaligus menghadapi berbagai masalah yang berhubungan dengan usaha memperoleh sarana-sarana produksi yang diperlukan yaitu bibit, pupuk, obat-obatan anti hama dan penyakit, biaya sarana produksi tersebut, modal dari lembaga-lembaga perkreditan yang ada baik di bank-bank Pemerintah maupun lembaga-lembaga kredit swasta. Perbedaan yang terdapat antara sewa tanah dan TRI adalah bahwa dalam sistem TRI lebih banyak pihak yang terlibat, seperti sektor swasta menjadi lebih penting dalam peranannya melakukan berbagai proses. Hal yang paling menarik dari sistem TRI itu adalah bertambah besarnya peran pemerintah dalam penyampaian dan penerangan peraturan pemerintah mengenai penyelenggaraan sistem TRI. Seharusnya pekerjaan pabrik gula menjadi lebih ringan karena tugasnya semata-mata hanya menggiling, namun pada kenyataannya justru sebaliknya pabrik gula menjadi bagian dari pemerintah yang mempunyai tugas memberikan pengarahan, membina petani, dan menjadi anggota terpenting pemerintah yang berhubungan dengan TRI. Mubyarto, 1984.

2.2 Landasan Teori