mutu pendidikan atau, dalam praksis, manfaat pendidikan. Pertanyaan kedua berkenaan dengan pemerataan pendidikan atau, dalam praksis, pendidikan itu
ditujukan untuk semua anggota masyarakat atau tidak. Tiga pandangan filosofis perlu dikemukakan untuk menjelaskan kedua konsep itu, yaitu : elitisme,
populisme, dan integralisme
A. Elitisme
Dilihat dari perkembangan masyarakat, elitisme terbagi atas dua aliran, yaitu elitisme tradisional dan elitisme modern. Namun, secara umum dapat dikatakan
bahwa elitisme adalah pandangan yang mengutamakan mutu dalam pengelolaan pendidikan.
1 Elitisme Tradisional
Elitisme tradisional bermula dan berkembang dalam era pramodern pra industri. Dalam era ini, ekonomi masyarakat bergantung pada sector pertanian
tradisional. Golongan pemilik tanah, yang umumnya kaum bangsawan sangat dominan dalam masyarakat. Disamping itu, golongan agama juga berpengaruh
karena dipandang sebagai pembawa dan pembimbing kehidupan spiritual yang sangat diperlukan masyarakat praindustri. Kedua golongan ini dipandang sebagai
golongan elit dalam masyarakat. Dari keduanya muncullah pemikir-pemikir yang berpendapat bahwa pendidikan sangat penting terutama untuk melestarikan tradisi
kebangsawanan serta memperdalam pengetahuan tentang agama dan menyebarkannya. Melestarikan tradisi juga berarti melanjutkan dominasi kedua
Universitas Sumatera Utara
golongan tersebut, terutama yang pertama mempersiapkan generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah, termasuk perguruan tinggi.
Menurut elitisme tradisional, kemampuan seseorang untuk didik dan belajar banyak ditentukan oleh faktor keturunan yang berkaitan erat dengan status sosial.
Keturunan bangsawan dan golongan agama pada umumnya dianggap lebih mampu dididik dan belajar setinggi-tinggiya ketimbang keturunan golongan
masyarakat bawah pun terbatas. Berdasarkan pandangan diatas, tujuan utama perguruan tinggi adalah mutu, bukan pemerataan. Mutu diartikan sebagai
kemampuan akademik mahasiswa, yang banyak dikaitkan dengan sifat-sifat keturunan dan dan kepentingan golongan bangsawan, karena yang diterima
menjadi mahasiswa terutama adalah keturunan golongan itu.
2 Elitisme Modern
Elitisme modern timbul dalam era modern masyarakat industry, karena: a ada golongan masyarakat yang ingin mempertahankan nilai-nilai positif elitism
tradisional, terutama mutu; b semakin merosotnya mutu pendidikan tinggi akibat populisme. Dalam elitisme modern, pembatasan memperoleh pendidikan tinggi
bukan lagi didasari faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial, melainkan pada kemampuan akademik dan kemampuan ekonomi. Dasar pertama
pada hakikatnya sama dengan pandangan meritokratis, yaitu mengutamakan kemampuan atau prestasi, dilihat dari IQ dan bakat yang unggul ditentukan
dengan berbagai cara seperti penelusuran minat dan bakat, prestasi disekolah, tes IQ, dan ujian masuk. Dasar kedua umumnya dipergunakan oleh perguruan tinggi
swasta. Mereka ingin mengutamakan mutu, tetapi kurang mampu membiayai.
Universitas Sumatera Utara
Karena itu, disamping kemampuan akademik, kemampuan ekonomi merupakan syarat penting penerimaan mahasiswa. Pada mulanya pelaksanaan pembatasan itu
berjalan dengan baik, karena kemampuan akademik yang lebih diperhatikan. Tapi, lama kelamaan terjadi kecendrungan untuk mengutamakan kemampuan keuangan
ekonomi, dalam arti siapa yang mampu membayar mahal dia yang di prioritaskan. Dalam perkembangan ini, arti elitisme berubah. Bukan lagi elit
dalam arti yang berkaitan dengan keturunan, melainkan mutu yang dikaitkan dengan kemampuan keuangan. Dengan kata lain kelompok elit adalah kelompok
“the have” .
B. Populisme