pendidikan yang berkualitas di Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik FISIP Universitas Sumatera Utara USU.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran yang disebutkan dalam latar belakang, maka penulis dapat merumuskan masalah yang nantinya akan diteliti. Agar studi masalah
tersebut bias fokus dan tidak keluar jalur, dalam pembahasan skripsi ini penulis mengajukan rumusan permasalahan pokok sebagai berikut :
1. “Apakah ada pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP
Universitas Sumatera Utara USU?” 2. “ Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah
terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara USU?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara USU.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara USU.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :
A. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat menambah wawasan
dan pengalaman berharga dalam meningkatkan kapasitas kemampuan untuk menganalisis bagaimana sebenarnya pengaruh kenaikan uang
kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara.
B. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang berharga
terhadap keilmuan yang dikembangkan mahasiswa dalam disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan studi kebijakan sosial
dalam dunia perguruan tinggi serta menyikapi permasalahan- permasalahan pendidikan yang ada didalamnya.
C. Secara teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam
penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan, mengasah kemampuan dalam berfikir dan menganalisis masalah-masalah sosial
dalam dunia pendidikan. D.
Secara praktis, daharapkan memberikan masukan dan kontribusi yang positif terhadap penyelenggaraan pendidikan yang ideal di Universitas
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara, baik kepada mahasiswa, masyarakat, aktivis pendidikan, pemerintah, dekanat maupun rektorat.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan
objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian
serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data yang diterapkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut
memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Bab ini juga akan
memberikan kritik dan saran dalam rangka proses membangun kearah yang lebih baik lagi untuk
semua objek yang terkait dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan
Secara Etimologis, istilah Kebijakan policy berasal bahasa Yunani, Sansekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani
masalah-masalah publik atau pemerintahan Dunn,1999:51.
Secara umum, saat ini kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh lembaga pemerintah, yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalah-permasalahan yang terjadi di masyarakat dalam sebuah negara Dunn, 1999:132.
Dalam defenisi diatas dapat dilihat dengan jelas adalah bahwa pelaku yang melahirkan kebijakan adalah pemerintah. Dimana untuk melahirkan suatu
kebijakan tidaklah dapat dilakukan hanya dalam waktu yang seketika. Namun untuk membuat suatu kebijakan dibutuhkan suatu proses yang sering disebut
dengan proses pembuatan kebijakan. Proses pembuatan kebijakan itu sendiri memiliki makna sebagai serangkaian aktivitas intelektual yang divisualisasikan
sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu.
Adapun tahapan yang harus dilalui dalam proses pembuatan kebijakan adalah penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
kebijakan, serta evaluasi kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 : Proses Pembuatan Kebijakan
Sumber : Dikutip dari Buku William Dunn, Pengantar Analisa Kebijakan Publik Edisi II, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999. Hal. 25.
Dalam proses melahirkan kebijakan yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa kebijakan yang
akan dilahirkan nantinya akan dapat dipengaruhi oleh kepentingan pihak lain.
2.1.1 Teori Kebijakan publik
Kebijakan publik mempunyai banyak pemahaman teoritis. Kebijakan publik adalah keputusan yang di buat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai
strategi untuk merealisasikan tujuan dari Negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk menghantarkan masyarakat pada masa awal,
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
memasuki masyarakat pada masa transisi untuk menuju kepada masyarakat yang di cita-citakan Tilaar dan Nugroho, 2008:184.
Sebuh fakta strategis dari pada fakta politis ataupun fakta teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-preferensi
politis dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya pada proses perumusan. Sebagai sebuah strategi, kebijakan publik tidak hanya bersifat
positif, namun juga negatif, dalam arti pilihan keputusan selalu bersifat menerima salah satu dan menolak yang lain.
Meskipun terdapat ruang bagi win-win solutions dimana sebuah tuntutan dapat diakomodasi, namun pada akhirnya ruang bagi win-win solutions sangat
terbatas, sehingga kebijakan publik lebih banyak pada ranah zero-sum-game, yaitu yang menerima yang ini, dan menolak yang lain.
2.2 Pendidikan
Secara filosofis pendidikan bertujuan untuk mendorong kebebasan pemikiran terhadap apa yang disebut sebagai kebenaran, berdimensi moral dan
mendorong seseorang untuk menemukan jati diri kemanusiannya httpmultiply.comyuyun harmonopendidikan dalam pusaran neoliberal. Secara
sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan Djumransjah, 2004:22.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga
merupakan proses sadar dan sistematis di institusi pendidikan, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah
ditetapkan. Tujuan pendidikan yaitu diharapkan individu mempunyai kemampuan dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkatkan taraf hidup lahir batin
dan meningkatkan perannya sebagai pribadi,warga masyarakat,warga Negara. Tingkat kualitas sumber daya manusia suatu bangsa pada hakikatnya ditentukan
oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan yang baik dan berkualitas akan melahirkan individu yang baik dan berkuaitas pula. Sebaliknya apabila
pendidikan yang diperoleh tidak baik dan berkualitas, maka hal ini akan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia human resource yang
dibangun. Paulo freire, salah satu tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh yang
cukup besar terhadap dunia pendidikan memiliki pendapat sendiri. Ia berpendapat bahwa pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia
dan dirinya. Artinya adalah pendidikan haruslah mampu membawa manusia pada kesadaran akan realitas kehidupan di sekeliling tempat manusia itu berada. Inti
dari proses pendidikan yang dikemukakannya adalah berupa penyadaran. Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif, akan merumuskan kaidah-
kaidah, norma-norma, dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan manusia. Dengan kata lain, ilmu pendidikan bertugas merumuskan
peraturan-peraturan tentang tingkah laku perbuatan makhluk yang bernama manusia dalam kehidupan dan penghidupannya soetopo, 2005:10.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Kebijakan Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kesatuan antara teori dan praktek pendidikan. Praksis pendidikan yang merupakan kesatuan antarteori dan praktik
meliputi unsur-unsur sebagai berikut : dalam lingkup teori dirumuskan gambaran manusia mengenai visi, misi, dan program-program pelaksanaan untuk
mewujudkan visi misi tersebut. Di samping aspek-aspek teoritis terdapat aspek pelaksanaan atau praktik dari tindakan pendidikan.
Proses pemanusiaan terjadi dalam interaksi sosial, berarti bahwa pendidikan merupakan milik kemasyarakatan. Apabila pendidikan itu merupakan
milik masyarakat maka suara masyarakat dalam berbagai tingkat perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pendidikan perlu mendengar suara atau aran-
saran dari masyarakat. Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan
langkah-lanhkah yang strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam
suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu Tilaar dan Nugroho, 2008:140
2.3 Perkembangan Perguruan Tinggi
2.3.1 Tiga Pandangan Filosofis
Dalam membicarakan perguruan tinggi PT di Indonesia, dua pertanyaan dasar yang menjadi pusat perhatian adalah : 1 Untuk apa perguruan
tinggi? 2 Untuk siapa perguruan tinggi?. Pertanyaan pertama berkenaan dengan
Universitas Sumatera Utara
mutu pendidikan atau, dalam praksis, manfaat pendidikan. Pertanyaan kedua berkenaan dengan pemerataan pendidikan atau, dalam praksis, pendidikan itu
ditujukan untuk semua anggota masyarakat atau tidak. Tiga pandangan filosofis perlu dikemukakan untuk menjelaskan kedua konsep itu, yaitu : elitisme,
populisme, dan integralisme
A. Elitisme
Dilihat dari perkembangan masyarakat, elitisme terbagi atas dua aliran, yaitu elitisme tradisional dan elitisme modern. Namun, secara umum dapat dikatakan
bahwa elitisme adalah pandangan yang mengutamakan mutu dalam pengelolaan pendidikan.
1 Elitisme Tradisional
Elitisme tradisional bermula dan berkembang dalam era pramodern pra industri. Dalam era ini, ekonomi masyarakat bergantung pada sector pertanian
tradisional. Golongan pemilik tanah, yang umumnya kaum bangsawan sangat dominan dalam masyarakat. Disamping itu, golongan agama juga berpengaruh
karena dipandang sebagai pembawa dan pembimbing kehidupan spiritual yang sangat diperlukan masyarakat praindustri. Kedua golongan ini dipandang sebagai
golongan elit dalam masyarakat. Dari keduanya muncullah pemikir-pemikir yang berpendapat bahwa pendidikan sangat penting terutama untuk melestarikan tradisi
kebangsawanan serta memperdalam pengetahuan tentang agama dan menyebarkannya. Melestarikan tradisi juga berarti melanjutkan dominasi kedua
Universitas Sumatera Utara
golongan tersebut, terutama yang pertama mempersiapkan generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah, termasuk perguruan tinggi.
Menurut elitisme tradisional, kemampuan seseorang untuk didik dan belajar banyak ditentukan oleh faktor keturunan yang berkaitan erat dengan status sosial.
Keturunan bangsawan dan golongan agama pada umumnya dianggap lebih mampu dididik dan belajar setinggi-tinggiya ketimbang keturunan golongan
masyarakat bawah pun terbatas. Berdasarkan pandangan diatas, tujuan utama perguruan tinggi adalah mutu, bukan pemerataan. Mutu diartikan sebagai
kemampuan akademik mahasiswa, yang banyak dikaitkan dengan sifat-sifat keturunan dan dan kepentingan golongan bangsawan, karena yang diterima
menjadi mahasiswa terutama adalah keturunan golongan itu.
2 Elitisme Modern
Elitisme modern timbul dalam era modern masyarakat industry, karena: a ada golongan masyarakat yang ingin mempertahankan nilai-nilai positif elitism
tradisional, terutama mutu; b semakin merosotnya mutu pendidikan tinggi akibat populisme. Dalam elitisme modern, pembatasan memperoleh pendidikan tinggi
bukan lagi didasari faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial, melainkan pada kemampuan akademik dan kemampuan ekonomi. Dasar pertama
pada hakikatnya sama dengan pandangan meritokratis, yaitu mengutamakan kemampuan atau prestasi, dilihat dari IQ dan bakat yang unggul ditentukan
dengan berbagai cara seperti penelusuran minat dan bakat, prestasi disekolah, tes IQ, dan ujian masuk. Dasar kedua umumnya dipergunakan oleh perguruan tinggi
swasta. Mereka ingin mengutamakan mutu, tetapi kurang mampu membiayai.
Universitas Sumatera Utara
Karena itu, disamping kemampuan akademik, kemampuan ekonomi merupakan syarat penting penerimaan mahasiswa. Pada mulanya pelaksanaan pembatasan itu
berjalan dengan baik, karena kemampuan akademik yang lebih diperhatikan. Tapi, lama kelamaan terjadi kecendrungan untuk mengutamakan kemampuan keuangan
ekonomi, dalam arti siapa yang mampu membayar mahal dia yang di prioritaskan. Dalam perkembangan ini, arti elitisme berubah. Bukan lagi elit
dalam arti yang berkaitan dengan keturunan, melainkan mutu yang dikaitkan dengan kemampuan keuangan. Dengan kata lain kelompok elit adalah kelompok
“the have” .
B. Populisme
Populisme timbul dan berkembang dalam era modern masyarakat industri. Setelah revolusi industri, liberalisme berkembang dan pada gilirannya, mendorong
perkembangan demokrasi, egaliterisme, individualisme, dan sekulerisme. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat.
Dengan pendapat yang semakin baik, kelas menengah dan atas berkembang. Sejalan dengan itu, kesadaran akan persamaan hak dalam semua bidang
kehidupan termasuk pendidikan, meningkat. Di samping itu, industrialisasi juga membuka berbagai lapangan kerja yang memerlukan tenaga-tenaga kerja
berpendidikan. Dengan demikian, peranan perguruan tinggi dan pendidikan umumnya semakin penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia SDM
untuk industri, dan bukan lagi melestarikan tradisi kebangsawanan dan keagamaan seperti dimasa lalu. Dengan menduduki berbagai posisi dalam
industri, status ekonomi dan sosial para lulusan perguruan tinggi meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Dari masyarakat industri tersebut, terutama dari kelas menengah dan atas, tampil pemikir-pemikir populis yang menyadari benar ketidakadilan elitisme
tradisional. Mereka berpendapat kesempatan untuk dididik dan belajar ditentukan oleh faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial, tetapi terutama oleh
faktor-faktor lingkungan, termasuk proses belajar-mengajar itu sendiri. Karena itu, kesempatan memperoleh pendidikan tinggi dan pendidikan pada umumnya, harus
diberikan kepada semua orang warga negara. Seleksi masuk perguruan tinggi tak perlu ada, tapi seleksi akhir dan ujian-ujian pengendalian selama proses belajar-
mengajar diadakan. Anak pintar unggulan tak perlu dipisahkan dari yang kurang pintar agar secar wajar solidaritas, rasa saling menghargai dan menghormati
berkembang dalam diri peserta didik kelas-kelas elit tidak perlu berkembang.
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pemikiran-pemikiran di atas, tujuan utama perguruan tinggi adalah pemerataan. Mutu juga diusahakan, tetapi
sering diabaikan karena mengutamakan pemerataan demi penyesuaian terhadap tuntutan masyarakat akan kesempatan mendapatkan pendidikan tinggi. Mutu tetap
diartikan sebagai kemampuan akademik, karena dengan kemampuan itu para lulusan diharapkan dapat bekerja diberbagai industri.
C. Integralisme
Pengalaman menunjukkan bahwa elitisme meninbulkan kesenjangan sosial- ekonomi dan politik serta ekslusivisme, walaupun mutu lulusan terjmin baik.
Sebaliknya, populisme cenderung menimbulkan pengangguran karena banyak lulusan yang tidak bermutu sehingga tidak diterima bekerja didunia usaha.
Dengan demikian, mutu tanpa pemerataan dan pemerataan tanpa mutu sama-sama
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan masalah social-ekonomi dan politik. Karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan, mutu dan pemerataan harus sama-sama mendapat
perhatian, dengan kata lain harus terpadu atau diintegrasikan. Pandangan ini disebut integralisme.
Integralisme timbul dalam dekade terakhir era modern dan terus berkembang pada era pascaindustri pascamodern. Menurut pandangan ini, tujuan perguruan
tinggi adlah mutu dan pemerataan secara terpadu. Dan mutu diartikan sebagai kesesuaian produknya dengan kebutuhan mahasiswa, masyarakat dan dunia kerja
Tampubolon, 2001:11.
2.4 Usaha peningkatan kualitas Perguruan Tinggi
2.4.1 Pemberdayaan sumber daya manusia SDM
Pemberdayaan empowerment diartikan sebagai penciptaan dan pengembangan situasi menang-menang dalam perguruan tinggi, sehingga semua
orang memiliki kemampuan dan kesempatan berkinerja bermutu, berkreasi, berinovasi, serta mengembangkan diri, di Perguruan Tinggi. Sumber daya
manusia SDM terdiri dari :
a. Pimpinan
b. Dosen
c. Tenaga penunjang akademik
d. Pegawai administrasi
Keempat kategori itu merupakan unsur-unsur pengelola perguruan tinggi. Apabila dilihat dari keterlibatannya dalam produksi dan penyajian jasa-jaa
Universitas Sumatera Utara
perguruan tinggi, serta kedudukannya sebagai civitas akademika. Mahasiwa juga dapat dipandang sebagai kategori sumber daya manusia perguruan tinggi.
Menciptakan dan mengembangkan situasi menang dan menang adalah prinsip utama dalam memberdayakan SDM. Agar situai tersebut tercipta dan
berkembang, semua kebijakan harus didasarkan pada data kebutuhan objektifserta dilaksanakan dengan jujur dan sungguh-sungguh dalam semangat keterbukaan.
Kebijakan-kebijakan harus adal, bersifat memotivasi serta tidak refresif tetapi juga tidak permisif. Semangat kebersamaan, keterpaduan, dan kerja sama tim jelas
terasa dalam kebijakan-kebijakan demikian Tampubolon, 2001:89
Dalam kebijakan dimaksud, yang paling pokok ialah sistem pemberdayaan SDM, yakni dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai
administrasi. Adanya system ini menentukan keberhasilan dalam menciptakan dan mengembangkan situasi yang baik. Sistem pemberdayaan SDM tersebut terdiri
dari tiga subsistem yang berkaitan erat satu sama lain. Sehingga harus sama-sama di perhatikan karena saling mendukung. Ketiga subsistem itu diuraikan sebagai
berikut :
a. Subsistem pendidikan prajabatan
Subsistem ini berkenaan dengan pendidikan atau kualifikasi sebelum menjadi dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai
administrasi. Hal yang terpenting dalam subsistem ini ialah syarat- syarat dan prosedur penerimaan tenaga untuk posisi-posisi tersebut
pada setiap lapisan manajemen dan jenjang jabatan.
Universitas Sumatera Utara
b. Subsistem pendidikan dan pelatihan dalam jabatan
Subsistem ini berkenaan dengan peningkatan kualifikasi setelah memegang jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam hal ini
yang terpenting adalah penentuan persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan kualifikasi dan pemanfaatan
tenaga yang bersangkutan setelah itu, sehingga semua merasakan keadilan dan penghargaan.
c. Subsistem kesejahteran
Subsistem ini berkenaan dengan kebijakan-kebijakan dan ketentuan penggajian dan kepangkatan, pengembangan karier, jaminan hari tua,
jaminan kesehatan, berbagai cuti termasuk cuti penelitian, dan penghargaan reward, serta hal-hal lain yang menyangkut
kesejahteraan Tampubolon, 2001:90.
Dalam sistem pemberdayaan ini, pemberdayaan SDM mahasiswa juga kan berjalan dengan baik melalui semua kegiatan perguruan tinggi. Semua usaha itu
akan menghasilkan SDM bermutu, yaitu SDM yang mampu membenahi tuntutan tugasnya dalam mengembangkan dirinya sebaik-baiknya. Dan hanya SDM
bermutulah perguruan tinggi dapat di kembangkan.
2.4.2 Perencanaan Perguruan tinggi yang objektif, dimulai dari bawah, melibatkan semua pihak yang terkait dan bersifat terbuka
Perencanaan perguruan tinggi adalah untuk mencapai mutu, dalam arti bukan untuk target kuantitatif semata-mata. Rencana tersebut adalah semua
langkah dan prosedur yang paling efektif untuk menghasilkan dan menyajikan
Universitas Sumatera Utara
jasa perguruan tinggi yang dapat memenuhi, bahkan melebihi kebutuhan pelanggan, terutama mahasiswa dan dunia kerja harus diidentifikasikan dan
dianalisis lebih dahulu. Kegiatan-kegiatan ini tercakup dalam langkah-langkah perencanaan.
Ada dua lapisan managemen, yakni manajemen strategis dan manajemen teknis. Karena itu, mutu juga dilihat pada kedua lapisan itu, yakni mutu strategis
dan mutu teknis. Mutu strategis perguruan tinggi dilihat pada kebijakan-kebijakan strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, dan berbagai Undang-Undang yang dibuat DPR. Pada tingkat rektorat juga ada kebijakan-kebijakan strategis, terlebih apabila otonomi perguruan tinggi
sudah berjalan dengan sepenuhnya. Mutu teknis perguruan tinggi dilihat pada unit-unit teknis, seperti biro administrasi, fakultas, lembaga dan jurusan. Karena
itu perencanaan juga terbagi atas perencanaan mutu strategis dan perencanaan mutu teknis. Perencanaan mutu perguruan tinggi sangat menentukan tingkat
keberhasilan. Karena itu harus tersusun dengan sebaik-baiknya Tampubolon, 2001:91.
2.4.3 Evaluasi Perguruan Tinggi
Evalusi dilaksanakan di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya untuk mengetahui tingkat kemampuan akademik mahasiswa.
Dan karena itu, yang terutama dievaluasi adalah produk hasil belajar. Khususnya belajar tengah semester, akhir semester serta akhir studi. Kelemahan yang lebih
mendasar lagi dari system evaluasi masa lalu adalah hamper tak adanya pemanfaatan evaluasi untuk peningkatan mutu. Hal ini antara lain dapat dilihat
Universitas Sumatera Utara
dari tidak adanya usaha inventarisasi dan analisis kelemahan-kelemahan mahasiswa dimasa lalu dalam perbaikan masa depan. Hasil-hasil evaluasi
kemampuan dalam bentuk nilai ujian adalah data tentang keberhasilan dan kegagalan. Pengevaluasian bukan hanya dosen, tetapi terdiri dari pihak-pihak
berikut :
a. Dosen
Mengevaluasi kemampuan mahasiswa, kemampuan lainnya serta berbagai proses, terutama proses perkuliahan
b. Mahasiswa
Mengevaluasi proses-proses pembelajaran yang dialaminya, juga yang terjadi pada dosen serta pengelola lainnya.
c. Pimpinan
Mengevaluasi unit tertentu atau seluruh unit perguruan tinggi PT d.
Pihak eksternal Mengevaluasi seluruh unit perguruan tinggi atau unit tertentu. Badan
Akreditasi Nasional BAN merupakan badan penilaian independen terhadap seluruh perguruan tinggi. Fungsi badan ini akan semakin penting di masa
depan, terlebih-lebih apabila otonomi perguruan tinggi telah berjalan sepenuhnya. Pihak dunia usaha juga dapat menjadi penilai dan dapat
merupakan bagian dari jalinan kerja sama Tampubolon, 2001:95.
Dalam mengelola managing perguruan tinggi harus diingat satu hal yang menarik dan k has di lembaga pendidikan, yaitu mahasiswa berkedudukan sebagai
bahan baku yang hendak di bentuk yang diproses sekaligus sebagai konsumen
Universitas Sumatera Utara
yang berkepentingan. Bukan hanya itu. Mahasiswa juga merupakan modal utama yang membiayai proses itu, dan pada gilirannya ia akan menjadi produsen pada
lembaga yang sama. Oleh karena itu dalam setiap fungsi dan proses peningkatan kualitas perguruan tinggi, mahasiswa berperan menurut mekanisme yang
disepakati bersama selayaknya bagi setiap unsur komunitas Ndraha, 1988:145.
Peningkatan kualitas dalam perguruan tinggi tidak dapat dilihat sebagai proses yang sederhana. Kegiatan ini merupakan sebuah proses jangka panjang yang
membutuhkan perubahan organisasi dan restrukturisasi yang tersistematis. Komitmen untuk berubah ke arah mutu yang lebih baik harus dipahami oleh
semua level manajemen dan harus didasari oleh keinginan akan perubahan. Hal yang lebih penting disamping kemauan mau berubah adalah kenyamanan dalam
melaksanakan peran dalam proses perubahan ini.
2.4.4 Pembiayaan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional maupun daerah mengalami suatu transisi yang sangat signifikan dalam pengelolaan sumber-
sumber daya yang ada dalam bidang pendidikan terutama dalam hal pendanaan pendidikan pembiayaan pendidikan. Dalam hal ini pelaksanaan pendidikan harus
disertai dengan adanya peningkatan peran sumber-sumber daya pendidikan dana pendidikan yang telah tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 23 yang menjelaskan bahwa Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. Dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
pembiayaan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pendidikan di daerah. Lebih lanjut dalam pasal 47 disebutkan tentang sumber
pendanaan pendidikan yaitu
1. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. 2.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 3.
Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 4 juga menerangkan
dalam hal pembiayaan pendidikan bahwa; ”Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
pennyelenggaraan pendidikan nasional”
Sejalan dengan itu maka dalam implementasi kebijakan pendidikan di daerah akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumber daya pendidikan
pembiayaan pendidikan yang memadai dan dapat diandalkan untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya di daerah. Pendidikan dalam
operasionalnya tidak dapat lepas dari masalah biaya. Biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan tidak terlihat secara nyata. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, dana yang dikeluarkan oleh pemerintah atau masyarakat maupun orang tua untuk menghasilkan pendidikan dianggap sebagai investasi, maksudnya adalah
di masa yang akan datang harus dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat, baik dalam bentuk uang atau pengetahuan.
Biaya pendidikan terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pendidikan, saranaprasarana. Anggaran pendidikan terdiri
dari dua sisi, yaitu anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk mencapai tujuan- tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan yaitu pendapatan yang diperoleh oleh
perguruan tinggi dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Misalnya dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang tua
mahasiswa dan sumber lain. Sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah dana yang dibelanjakan untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah misalnya
alat belajar, pengeluaran TU, saranaprasarana kampus, kesejahteraan pegawai, administrasi, pembinaan teknis educative dan pendataan. Perhitungan biaya harus
diatur menurut jenis dan volumenya dan harus diadakan analisis biaya yang dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan dalam menentukan
diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas tapi memberikan keuntungan tinggi. Pembiayaan itu meliputi tiga hal, yaitu: 1.
Budgeting penyusunan anggaran, Penyusunan anggaran ini meliputi: Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Nagara serta Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja perguruan tinggi. 2. Accounting pembukuan, kegiatan pembukuan ini disebut pengurusan keuangan yang meliputi: kewenangan menentukan kebijakan
menerima atau mengeluarkan uang dan tindak lanjutnya. 3. Auditing
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan, yang dimaksud penerimaan disini adalah pemeriksaan semua kegiatan dari mulai penerimaan dan pertanggungjawaban pengeluaran.
2.5 Kerangka Pemikiran
Pemerintah memberikan ruang sebesar-besarnya kepada seluruh lembaga pendidikan untuk melakukan privatisasi. Yakni dengan lahirnya UU Nomor 20
tentang system pendidikan nasional yang baru pada tahun 2003 yang secara jelas melegalkan pengalihan tanggung jawab Negara kepada masyarakat atau pemilik
modal dalam hal menyelenggarakan pendidikan dan pendanaan agar proses pendidikan dapat berlangsung. Pada tahun 2003 pemerintah melakukan privatisasi
kepada Perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara dengan mengeluarkan PP N0.56 Tahun 2003 tentang pengalihan USU menjadi BHMN. Hal ini berakibat
dengan adanya kenaikan uang kuliah di Universitas Sumatera Utara. Semenjak diterapkannya bentuk BHMN, USU memiliki wewenang untuk mengeluarkan
kebijakan terkait dengan kegiatan akademik seperti penyediaan fasilitas sarana dan prasarana, sistem pengajaran, kualifikasi dosen, dan lain sebagainya dalam hal
meningkatkan kualitas pendidikan baik secara fisik maupun non fisik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 1 Bagan Kerangka Pemikiran
Kualitas Pendidikan
Pendid SK Rektor bernomor 2026H5.1.RSKKEU2010
Tentang kenaikan Uang Kuliah pada mahasiswa tahun ajaran 20102011.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara USU
Kualitas non Fisik •
Indeks prestasi mahasiswa
• Mutu dosen
• Sistem pengajaran
• Pelayanan administrasi
Kualitas Fisik •
Sarana •
Prasarana •
Fasilitas pendukung
Universitas Sumatera Utara
2.6 Hipotesis