Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(1)

Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap

Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1)

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

RHOLAND MUARY

070902039

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

NAMA : RHOLAND MUARY

NIM : 070902039

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : “Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap

Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara”

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Agus Suriadi, S.Sos. M.Si) (Hairani Siregar, S.Sos. MSP)

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP : 19680525 199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 32 tabel dan 27 kepustakaan)

Penelitian tentang pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di latar belakangi oleh masih rendahnya peningkatan kualitas pendidikan secara fisik maupun non fisik. Akibat dari kebijakan ini banyak terjadi kontra dari mahasiswa terhadap pihak universitas karena dinilai sangat memberatkan mahasiswa dan menutup akses pendidikan masyarakat kecil untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan.

Masalah yang ingin diangkat adalah “Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh dari kebijakan tersebut dan juga untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari kebijakan tersebut terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara. Dimana kualitas pendidikan yang di maksud adalah kualitas pendidikan secara fisik dan kualitas pendidikan secara non fisik. Penelitian ini dilakukan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara dengan jumlah sampel sebanyak 73 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner kepada mahasiswa stambuk 2010 yang menjadi objek kenaikan uang kuliah tersebut. Data yang didapat ditabulasi kedalam tabel selanjutnya dianalisa dan mengolah data kuantitatif melalui analisis uji regresi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan telah dianalisis disimpulkan bahwa pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara adalah memiliki hubungan positif yang rendah dengan nilai korelasi (rxy) sebesar 0,083. Dan uji regresi bahwa setiap peningkatan sebesar 1 satuan, maka pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah akan meningkat sebesar 0,036 satuan dan koefisien determinasi sebesar 0,68%.


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

Increase Policy Influence Of Money Lecture Quality Education In the Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatra (This

thesis is composed of 6 chapters, 101 pages, 32 tables and 27 libraries) Research on the effect of rising tuition policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science in the background backs by low education quality improvement of physical and non physical. As a result of this policy occurs cons of many students of the university as it is considered extremely burdensome students and close the small communities access to education to study at college bench.

Problem you want removed is "To what extent is the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra". This study aims to determine whether or not the effect of these policies and also to determine the extent of the effect of the policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra. Where the quality of education in the mean quality of physical education and the quality of education in non-physical. The research was conducted at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra with a sample size of 73 students. Techniques of data collection was conducted by questionnaire to students stambuk 2010, which became the object of tuition increases. The data obtained were tabulated into a table and process the data further analyzed quantitatively through regression test analysis.

Based on the data obtained have been analyzed and concluded that the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra is to have a low positive relationship with the correlation (rxy) of 0.083. And regression tests that every increase of 1 unit, then the effect of increase in tuition policy will increase by 0.036 units and the coefficient of determination of 0.68%.

Keywords: Policy Lecture Increase Money, Good Quality Physical Education and Non-Physical.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Asyhaduallah illahaillaha wa’ asyhadu’anna muhammadarasullaha. Alhamdulillahirabbil’alamin dengan kesungguhan hati, segala rasa syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang karena berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skrispsi ini dengan baik. Tidak lupa shalawat berangkaikan salam penulis haturkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, seorang nabi dan rasul yang menjadi suri tauladan bagi ummat yang mampu membawa perubahan di dunia ini, insya Allah syafa’at beliau masih kita nantikan sampai di ya’umil akhir kelak. Amin ya rabbal a’lamin.

Adapun pihak-pihak yang sangat membantu di dalam penyusunan skripsi peneliti ini, dan dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. kepada orang tua saya tercinta Eddy Munadjad dan Rosna lelawati yang telah banyak memberikan dukungan materil maupun nonmateri kepada penulis tidak hanya dalam penyusunan skripsi tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari dari kecil sampai saya dewasa. Saya berjanji akan berusaha menjaga nama baik keluarga dan berusaha memberikan yang terbaik buat keluarga dan juga tentunya saya selau


(6)

berdoa agar keluarga kita diberkahi terus oleh Allh SWT.amin ya rabb…

2. Buat adik-adik abang yang lucu dan bandel Merry Lovenia dan Laura Nadyla, makasih mau nemenin abang kalau pulang ketebing, tetap rajin-rajin terus belajarnya, raih terus cita-citanya, rajin beribadah, terus berdoa buat bapak dan ibu, dan do’a kan abang. Insya allah abang akan bantu kalian terus.

3. Bapak prof. Dr. Badaruddin, M.Si, sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, sebagai ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

5. Bang Agus Suriadi, S.Sos. M.si, sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu saya dalam memberikan arahan dalam menyusun skrispsi. Terima kasih banyak bang atas masukan dan ilmunya. Saya tunggu abang dengan gelar prof nya.amin.

6. Seluruh Staff Akademisi, Pegawai dan Staff Pengajar di FISIP USU yang telah membantu saya dalam perkuliahan.

7. Buat kawan-kawan saya di kessos yang memang pertama kali kita lebih mengenal yaitu kawan-kawan di mukondho. Buat Ridho (ampun lah do ngekik kw, semua anak mukondo ada nama ejekan yang kw buat, laen x jangan telat ngantar susu ke kost ku ya..hihihi.dan tentunya jangan lupa rajin lah kw kuliah seperti yang


(7)

kw ceritakan kemaren #yookkmaree), Boy Warongan (kw lah boy orang yang dekat x ma ku semester awal, gak perlu aku ceritakan lagi lah ya cemana masa”ababil kita dulu kn?haha. ditunggulah undangan di hari yang special itu #cairr), Endika (yang udah jadi ass.dosen inilah, kasi nilai A ya buat adek”ntu #mantapp), Acong (cong ingat timbangan kw wda 90 kg lebih nanti sikawan gak mau lagi, buktikanlah tinggal membalikkan telapak tangan #gakyakinn), Ibrahim (em, madung heppeng do tu atm ki #sumberr), Ojan (wda mamam menteri awakk, makanlah apa aja yg bisa dimakan #gasteruss), Ferdy (lanjut aja ber jadi gubernurnya, masih yakin rakyat anda yang terus memimpin #laksanakann), Mas Dika (maksih banyak bro ya udah banyak bantu aku, aku doakan semoga makin langgeng ajalah ma si LR, dan kita akan ketemu nanti di satu titik #ehmasmas), Babang Amir (kalau rezeki kw tunggu aku dijakarta ya mir, masih banyak mimpi kita belum tercapai kasian x petani karo itu,tetap di bangun silaturahmi ma adek”itu hahah #salesmimpi), Bolang dan Bill ( curiga aku kelen berdua terus, aku tunggu secepatnya selesai dan berjuang di dunia nyata pal #semangat) dan segenap buat kawan”kessos yang gak bisa disebut satu persatu #kejulah

8. Buat teman-teman yang cakep di CNC (emang masih ada ya?). Buat Malida (makasih ya malida udah banyak membantu, salam ma si abang ditunggu juga untuk tahun depan ya), Miftah (semoga itha


(8)

semoga terus langgeng maksih banyak ya ithaa), Erlina ( ntar kalo saya main ke Jakarta di anterin ya dan makasih wda mau bantu kasi hadiah buat si kawan,hahaha), Wirda (rajin bgt baca novelnya disimpan ya tanda tangan dari kang abik ntu), Titiq (yang udah jadi pengusaha muda, pintar, ditunggu juga kabar bahagia), Vien, Ayu, Tika ( semoga sukses selalu dan kapan kita kumpul lagi maen”ke pantai cermin,hehehe)

9. Buat rekan-rekan Kolektif dan Sintesa connection tempat saya mengaplikasikan ilmu yang sudah di dapat. Buat Bang Dadang Darmawan ( makasih bang atas pembelajaran hidup yang telah diberikan dan motivasinya selama saya mengikuti organisasi), Bang Iskandar, Bang sofyan, Bang zulham,Bang Aulia, Bang Salmi, Bang marwan, Bang Amru, Bang Kelana,Bang Wawan, Bang Timan, Bang Densi, Pak Tedon, Bang Tata, Bang Mario,dll. Kemudian buat Bang Henri Saragih ( makasih bang ilmu yang telah diberikan,tetap istiqomah di gerakan rakyat), kak Lisda, Kak novi, kak Tanti, Kak Epi, Kak andre, Kak novi Bang Sopyan (papi), Bang wagimin, Bang dani, Bang Dika, Bang Fufu, Maspurwanto, Bang taufik, Bang harris, Bang Untung, Bang Supan, cak kardi, Bang wawan Lentera,dll.

10. Buat Kawan-kawan Seperjuangan “BATU KRISTAL” HMI KOMISARIAT FISIP USU. Buat Akbar (kw lah bay yang menjaga pohon itu, kalau gak kuat ajak aja bang anto,hehehe,maksih bar udah banyak bantu aku), Kocik ( kecil-kecil emang tetap cabe rawit lah buat sekum awak ni), Ika ( makasih ka udah banyak bantu aku ya,


(9)

gak papa kan aku selesai duluan?hehehe,ika cepat menyusul yah!biar bisa pake kebaya), Edo (tinggal menunggu kandidat ketum cabang aja lah yakin medan bisa goyang di buatnya), Siti Maryam (manggil siti aja gak bisa manggil aya, makasih ya sit wda ciptakan lagu temu ramah), Afdal,Dedy dan budi (woi aku duluan lah ya, jangan sampe ikut IMLT ajaran sesat si keeling ntu,hehehe), Kiki (salam sama mama mu di rumah, jangan buat kayak dulu lagi lah), Trie (ibu trik yang sabar ngajarin anak”SD ya,kalo bandel jitak aja), Wanda (wda lama nunggu gak jadi-jadi juga si aluga melahirkan ya), Rozy (sahabat satu kost, makasih zy wda banyak aku merepotkan mu, tapi ente hati-hati juga kalo udah udara dingin ya), Taufik (makin merem aja ntu mata ya,), Ara (mantap x kalo ara pake kemeja + dasi gaya eksekutif muda, hahaha), Dina, Firdha, Nenda, Bang Boy, Sari, Vira, dan lain-lain (mudah”an kita bisa ketemu dan tetap saling menjaga silaturahmi). Insya allah kenangan kita suka maupun duka tidak pernah luntur walaupun kita tidak lagi selalu dekat, dan terus menjaga silaturahmi dan bisa kita tunnjukkan bahwa kita punya kenangan manis secara bersama di HMI KOMISARIAT FISIP USU.

11 Buat kakanda alumni dan juga senioren yang sudah meluangkan waktu, pemikiran, dan mau berbagi cerita kepada saya. Bang Zulpadli Mtg, Bang Sutan, Bang Naldi, Mas Purwanto, Bang Brem, Kak Ratih, Bang Rajab, Bang jean, Bang ryan beserta segenap generasinya.


(10)

12 Buat kawan-kawan Kepengurusan HMI KOMISARIAT FISIP USU PERIODE 2011-2012. Tetap terus menjalankan amanah yang telah diberikan oleh keluarga besar. Jadikan proses selama berkomisariat menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat. Tetap membangun kekuatan bersama secara kolektif kepengurusan dan juga kepada keluarga besar. Yakin Usaha Sampai…

13 Buat adinda-adinda stambuk 2010 dan 2011, tetap terus belajar dikomisariat, karena komisariat rumah kita untuk belajar bagaimana proses belajar yang baik dan bagaimana bentuk aplikasi dari proses belajar itu dilakukan. Selamat belajar dengan sungguh-sungguh karena kan dapat banyak sesuatu yang belum tentu kita dapatkan diluar.

14 Buat kawan-kawan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak dukungan dan do’a kepada saya dalam melakukan proses penyelesaian skripsi. Insya allah akan di berikan yang terbaik dari-Nya buat kita semua. Amin ya rabb.

Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengakui banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam skripsi ini. Saya mohon maaf atas kekurangan tersebut. Dan saya sangat berharap skripsi ini sangat bermanfaat bagi para pembaca.


(11)

Medan, Oktober 2011

Hormat Saya,


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah...10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...10

1.4 Sistematika Penulisan...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...14

2.1 Kebijakan...14

2.1.1 Teori Kebijakan Publik...15

2.2 Pendidikan...16

2.2.1 Kebijakan Pendidikan...18

2.3 Perkembangan Perguruan Tinggi...18

2.3.1 Tiga Pandangan Filosofis...18

2.4 Usaha Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi...23

2.4.1 Pemberdayaan Sumber daya Manusia (SDM)...23

2.4.2 Perencanaan PT yang Objektif, dimulai dari bawah yangMelibatkan Semua Pihak yang terkait DanbersifatTerbuka...25

2.4.3 Evaluasi Perguruan Tinggi...26


(13)

2.5 Kerangka Pemikiran...31

2.6 Hipotesis...33

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional...34

2.7.1 Defenisi Konsep...34

2.7.2 Defenisi Operasional...35

BAB III METODE PENELITIAN...37

3.1 Tipe Penelitian...37

3.2 Lokasi Penelitian...37

3.3 Populasi dan sampel...37

3.3.1 Populasi...37

3.3.2 Sampel...38

3.4 Teknik Pengumpulan Data...38

3.5 Teknik Analisa Data...39

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...42

4.1 Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara...42

4.1.2 KeunggulanKompetitif...43

4.1.3 Pimpinan Universitas...46

4.2 Profil Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik...47

4.2.1Sejarah...47

4.2.2 Dekanat...50

4.2.3 Departemen dan Program Studi...52

4.2.4 Akreditasi Departemen...54

4.2.5 Sarana dan Prasarana...54


(14)

BAB V ANALISA DATA...57

5.1 Data Identitas Responden...58

5.1.1 Data Indentitas Berdasarkan Jenis Kelamin...58

5.1.2 Data Indentitas Berdasarkan Status Kependudukan.59 5.1.3 Data Indentitas Responden Berdasarkan pekerjaan orang Tua...60

5.1.4 Data Identitas Responden Berdasarkan Sumber uang Kuliah...61

5.1.5 Data Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Keperluan...63

5.2 Gambaran Variabel...65

5.2.1 Kualitas Pendidikan Secara Fisik dan Non Fisik...65

5.2.2 Mengenai Kebijakan Kenaikan uang kuliah...83

5.3 Analisis Kuantitatif...88

5.4 Analisis Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah terhadap Kualitas Pendidikan di Fisip Usu………...……93

BAB VI PENUTUP...98

6.1 Kesimpulan...99

6.2 Saran...100


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Bagan Kerangka Pemikiran...32

Tabel 2 Struktur Dekanat...51

Tabel 3 Akreditasi Departemen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik..54

Tabel 4 Sarana Dan Prasarana...54

Tabel 5 Daftar Dosen dalam Strata Pendidikan...56

Tabel 6 Data Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...58

Tabel 7 Data Identitas Responden Berdasarkan Status Kependudukan...59

Tabel 8 Data Identitas Berdasarkan Profesi/Pekerjaan Orang Tua Laki- Laki………60

Tabel 9 Data Identitas Berdasarkan Profesi/Pekerjaan Orang Tua Perempuan...61

Tabel 10 Data Identitas Responden atas Sumber Biaya kuliah Diperole...62

Tabel 11 Data identitas Responden Berdasarkan Jumlah Keperluan setiap Bulan...63

Tabel 12 Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Ruangan kelas...65

Tabel 13 Tanggapan Responden atas Ketersediaan Proyektor, Spidol...66

Tabel 14 Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Jaringan Internet...67

Tabel 15 Tanggapan Responden Mengenai Parkiran Kenderaan dan Keamanan...68

Tabel 16 Tanggapan responden Mengenai Kondisi Kamar Mandi...69

Tabel 17 Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Kualitas Fisik...70

Tabel 18 Jumlah Indeks Prestasi komulatif...72


(16)

Tabel 21 Pemenuhan Dosen Minimal Strata dua (S2)...75 Tabel 22 Kesesuaian Dosen Terhadap Satuan Acara Praktikum (SAP)...76 Tabel 23 Tanggapan Responden Mengenai Sistem pengajaran Dosen...77 Tabel 24 Tanggapan Responden mengenai Sistem pengajaran Berbasis

Teknologi...78 Tabel 25 Tanggapan Responden atas Dukungan Dosen Menggunakan Sistem

Pengajaran Berbasis Teknologi...79 Tabel 26 Tanggapan Responden Terhadap Materi Perkuliahan Dosen...80 Tabel 27 Tanggapan Responden Mengenai Pelayanan Administrasi...81 Tabel 28 Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Kualitas Non

Fisik………82 Tabel 29 Tanggapan Responden Mengenai Kenaikan Uang Kuliah...83 Tabel 30 Sosialisasi dari Pihak Universitas tentang Kenaikan Uang

Kuliah...84 Tabel 31 Tanggapan Responden atas Kenaikan Uang Kuliah...85 Tabel 32 Tanggapan Responden terhadap Alasan Rektorat...86


(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 32 tabel dan 27 kepustakaan)

Penelitian tentang pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di latar belakangi oleh masih rendahnya peningkatan kualitas pendidikan secara fisik maupun non fisik. Akibat dari kebijakan ini banyak terjadi kontra dari mahasiswa terhadap pihak universitas karena dinilai sangat memberatkan mahasiswa dan menutup akses pendidikan masyarakat kecil untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan.

Masalah yang ingin diangkat adalah “Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh dari kebijakan tersebut dan juga untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari kebijakan tersebut terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara. Dimana kualitas pendidikan yang di maksud adalah kualitas pendidikan secara fisik dan kualitas pendidikan secara non fisik. Penelitian ini dilakukan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara dengan jumlah sampel sebanyak 73 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner kepada mahasiswa stambuk 2010 yang menjadi objek kenaikan uang kuliah tersebut. Data yang didapat ditabulasi kedalam tabel selanjutnya dianalisa dan mengolah data kuantitatif melalui analisis uji regresi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan telah dianalisis disimpulkan bahwa pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara adalah memiliki hubungan positif yang rendah dengan nilai korelasi (rxy) sebesar 0,083. Dan uji regresi bahwa setiap peningkatan sebesar 1 satuan, maka pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah akan meningkat sebesar 0,036 satuan dan koefisien determinasi sebesar 0,68%.


(18)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

Increase Policy Influence Of Money Lecture Quality Education In the Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatra (This

thesis is composed of 6 chapters, 101 pages, 32 tables and 27 libraries) Research on the effect of rising tuition policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science in the background backs by low education quality improvement of physical and non physical. As a result of this policy occurs cons of many students of the university as it is considered extremely burdensome students and close the small communities access to education to study at college bench.

Problem you want removed is "To what extent is the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra". This study aims to determine whether or not the effect of these policies and also to determine the extent of the effect of the policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra. Where the quality of education in the mean quality of physical education and the quality of education in non-physical. The research was conducted at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra with a sample size of 73 students. Techniques of data collection was conducted by questionnaire to students stambuk 2010, which became the object of tuition increases. The data obtained were tabulated into a table and process the data further analyzed quantitatively through regression test analysis.

Based on the data obtained have been analyzed and concluded that the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra is to have a low positive relationship with the correlation (rxy) of 0.083. And regression tests that every increase of 1 unit, then the effect of increase in tuition policy will increase by 0.036 units and the coefficient of determination of 0.68%.

Keywords: Policy Lecture Increase Money, Good Quality Physical Education and Non-Physical.


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia seutuhnya yang diidealisasikan menjadi titik puncak pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati masih terus menjadi dambaan, ketika sosok yang sesungguhnya belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan era pasar bebas terus menerpa secara keras. Disinilah harus menerima secara taat asas bahwa pembangunan Indonesia seutuhnya melalui pendidikan dengan beragam jenis, jenjang, sifat, dan bentuknya sebagai proses yang tidak akan pernah selesai. Tatkala warga yang bermukim di banyak negara secara percaya diri dan meyakinkan menyatakan siap berkompetisi dan bermitra pada percaturan global itu, semisal melalui kemitraan sekaligus persaingan pasar bebas terus berkutat untuk mencari jalan keluar dari multikrisis, baik di bidang ekonomi, politik, sosial dan kemanusiaan, keadilan, maupun penegakan hukum. Bahkan, ketika peradaban masyarakat dunia menunjukkan tanda-tanda megapolis, sebagian besar masih jauh dari tatanan sehat, aman, nyaman, dan berkeadilan yang menjadi ciri keberhasilan proses kemanusiaan.

Dengan tetap menghargai pencapaian pembangunan fisik dan kemajuan peradaban yang ada saat ini, krisis proses kemanusiaan di Indonesia secara kekinian benar-benar terjadi jika di soroti dengan tajam. Ketika itu pula, pendidikan sebagai instrument utama proses kemanusiaan dan pemanusiaan terus disoroti oleh masyarakat dan pemakai lulusan. Sebagai sebuah agenda proses kemanusiaan dan pemanusiaan, pendidikan dapat dipandang melalui dua sisi,


(20)

yaitu sebagai proses pendewasaan peserta didik untuk hidup di alam demokrasi dan memasuki sektor ekonomi produktif. Memposisikan pendidikan sebagai wahana penyiapan peserta didik untuk berkiprah pada sektor ekonomi produktif ini menjadi nisbi, ketika ada kesadaran bahwa ada satuan waktu yang dipakai untuk keperluan proses belajar dibandingkan dengan waktu yang tersedia bagi mereka di masyarakat (Danim, 2003:4)..

John Dewey dalam bukunya (Democracy and Education) seperti di kutip oleh adler (1985) mengatakan bahwa tidak pada tempatnya mengaitkan tatanan perilaku kelembagaan pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja, mengingat pendidikan bertujuan meneruskan cita-cita demokrasi. Agenda pendidikan secara fungsional adalah membentuk komunitas-komunitas sosial yang ideal sebagai bagian dari proses transformasi pendewasaan peserta didik, apapun bentuknya dalam ragam pendidikan. Disinilah pendidikan dipandang sebagai proses penanaman modal dalam bentuk manusia (human investment), dimana pendidikan merupakan proses menyiapkan manusia untuk terjun di sektor produktif. Maka demikian seleksi kelas sosial dalam memperoleh kesempatan pendidikan merupakan pertanda praktik-praktik kemasyarakatan yang bersifat kapitalistik.

Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998 secara tidak langsung berdampak banyak ke dalam setiap sektor yang ada. Tidak terkecuali dengan sektor pendidikan. Krisis yang terjadi ternyata juga mau tidak mau mengalami dampak terhadap anggaran pemerintah terhadap pendidikan yang terpaksa mengalami pengurangan. Sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi pengurangan anggaran pendidikan yang terjadi adalah dengan merumuskan suatu bentuk baru terhadap perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia.


(21)

Rumusan bentuk baru perguruan tinggi tersebut pada akhirnya dituangkan dalam PP 60 dan 61 tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi kampus agar perguruan tinggi bisa mengatur rumah tangganya sendiri tanpa intervensi dari pemerintah. Sesuai dengan PP yang telah dikeluarkan, paradigma Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mengalami pergeseran. Paradigma PTN yang pada awalnya memiliki konsep sentralisasi secara perlahan bergeser menjadi desentralisasi, yang mengisyaratkan perlunya dilakukan otonomi bagi setiap perguruan tinggi negeri yang ada. Dan pada akhirnya pemerintah indonesia melakukan privatisasi terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Salah satunya adalah dengan merubah status Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas Sumatera Utara (USU) adalah BUMN menjadi BHMN (Badan Hukum Milik Negara) pada tahun 2003 dengan menggunakan PP No. 56 Tahun 2003. Sejak berstatus BHMN, Universitas Sumatera Utara secara perlahan-lahan diarahkan untuk dapat menjadi mandiri dalam mencari dana. Sebab pemberian status BHMN itu juga berarti tidak mendapat subsidi lagi dari pemerintah. Dengan kata lain, PTN yang bersangkutan memiliki kebebasan sendiri untuk mencari dana operasional pendidikannya masing-masing (Lidus Yardi S.Pd.I, Bebaskan masyarakat dari belenggu pendidikan, dalam

Pendidikan merupakan hak setiap warganegara. Oleh karena itu, negaralah yang seharusnya mengelola bidang pendidikan, baik pembiayaan maupun kurikulumnya. Karena, baik atau buruknya pendidikan akan berdampak langsung bagi baik atau buruknya suatu negara. Paradigma baru dalam bidang pendidikan tersebut, seperti sebuah gagasan yang mulia. Akan tetapi, dampak yang nampak


(22)

tentu saja akan melepaskan negara dari tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan dasar warganegaranya akan pendidikan. Dampak yang akan langsung terlihat adalah berkurangnya subsidi pendidikan, sehingga biaya pendidikan akan semakin mahal. Dengan kondisi ini, maka tidak menutup kemungkinan pendidikan (tinggi) hanya akan menjadi sebuah khayalan bagi sebagian besar warganegara negeri ini sebagaimana di jaman kolonial Belanda dulu. Akibatnya, persentase rakyat yang bodoh semakin tinggi. Menurut Prof. HAR Tilaar, salah seorang pakar pendidikan di Indonesia menegaskan bahwa pengalihan status PTN menjadi BHMN, adalah bentuk lain dari neoliberaliasi dalam dunia pendidikan (neoliberalisasi pendidikan, dalam Harian Surat Pembaharuan, tanggal 15 Maret 2007).

Konsep subsidi silang dalam dunia pendidikan, yaitu pemberian beasiswa bagi golongan tidak mampu yang diambil dari biaya pendidikan dari golongan kaya, tidak akan efektif. Hal ini karena jumlah golongan tidak mampu lebih banyak dari pada golongan mampu. Disamping itu juga harus diperhatikan dampak psikis yang mungkin akan muncul, jika biaya pendidikan golongan tidak mampu menjadi beban bagi golongan mampu. Oleh karena itu, menjadikan pendidikan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat adalah lebih bijak.

Kebijakan pemerintah dalam melakukan upaya privatisasi lembaga-lembaga pendidikan tidak hanya berhenti pada tingkat perguruan tinggi, akan tetapi melakukan perluasan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah dengan di keluarkannya Undang-Undang No 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk


(23)

Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan BHP adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen. Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.


(24)

Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.

Menurut pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi . Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.


(25)

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat 4 “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Semenjak diberlakukannya USU menjadi PT BHMN maka Universitas Sumatera Utara memiliki Motto mewujudkan universitas yang berbasis industri yaitu University for Industry. dilihat sebagai sebuah industri tetapi jika dilihat prosesnya maka dapat dikatakan bahwa pengelolaan sebuah Perguruan Tinggi mirip dengan pengelolaan sebuah industri. Di dalam penjelasan mengenai fungsi dan kedudukan perguruan tinggi di Indonesia disebutkan bahwa perguruan tinggi di Indonesia diantaranya berfungsi sebagai lahan/tempat untuk mempersiapkan tenaga kerja bagi pembangunan nasional, yang memiliki kemampuan akademik dan menyiapkan tenaga peneliti yang mampu mengembangkan, menciptakan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(26)

Sebagai sebuah organisasi atau jika dianalogikan bahwa perguruan tinggi adalah seperti perusahaan yang melakukan produksi, perguruan memiliki ciri unik. Perguruan tinggi sebagai perusahaan memiliki persamaan sekaligus perbedaan dengan perusahaan atau industri lainnya. Persamaan di antara keduanya adalah perguruan tinggi juga memerlukan keuntungan secara finansial karena tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mengembangkan mutunya dan mengelola aset yang dimiliknya memerlukan biaya (Ida Anggraeni Ananda dalam jurnal visi komunikasi Vol 1 No 3, Oktober 2003).

Dalam menyesuaikan kebutuhan akan kepengelolaan sumber daya yang ada maka pimpinan rektorat dalam hal ini mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan uang kuliah pada tahun ajaran 2007-2008. Pada SK Rektor yang ditanda tanganin oleh rektor USU Prof. dr. Chairuddin Panusunan Lubis, DTM&H, Sp.A(K), untuk mahasiswa baru pada program diploma (D3). Kenaikan uang kuliah tersebut tidak tangung-tanggung mulai dari 100% sampai 200%. Kemudian pada tahun ajaran 2010-2011 di tanda tanganin oleh rektor yang sama mengeluarkan SK bernomor 933/H5/1.R/SK/KEU/2010 pada tanggal 20 maret 2010. itu dikeluarkan tepat sepuluh hari sebelum masa jabatannya sebagai rektor berakhir. SK tersebut menyatakan SPP mahasiswa Strata Satu (S1) angkatan 2010 naik 100 persen dari mahasiswa di tahun-tahun sebelumnya. Mahasiswa 2010 harus membayar SPP dua kali lipat dari mahasiswa yang terdaftar di tahun-tahun sebelumnya. 2 juta per tahun untuk eksakta, dan 1,5 juta untuk non-eksakta, padahal Rektor pada masa jabatannya telah berjanji untuk tidak menaikkan uang kuliah. Kemudian SK tersebut di cabut kembali dan diganti dengan SK No 2026/H5.1.R/SK/KEU/2010, ditanda tanganin oleh rektor yang baru Prof.Dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc


(27)

(CTM),Sp.A(K) tanpa ada perubahan didalamnya, Pada tanggal 31 Maret 2010, kabar baik datang dari Mahkamah Konstitusi (MK). Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (UU-BHP) yang telah disahkan pada 17 Desember 2008 lalu dan mendapat kecaman dari hampir seluruh mahasiswa Indonesia ini akhirnya dibatalkan oleh MK. Alasannya cukup kuat, UU-BHP dinilai bertentangan dengan UUD 1945 yang menjadi konstitusi negara ini (www.suarausu-online.com)

Akibat dari lepasnya tanggung jawab pemerintah dalam hal pendanaan pendidikan maka terjadilah proses pendidikan dengan biaya yang mahal serta komersialisasi pendidikan di negara ini. Namun perubahan status USU menjadi BHMN tentunya tidak selalu membawa dampak yang negatif terhadap proses pendidikan di USU, perubahan status ini tentunya juga memiliki dampak positif yang dapat dirasakan secara langsung. Salah satunya adalah kebijakan yang dihasilkan terkait dengan permasalahan kegiatan akademik tidak lagi hanya menunggu instruksi yang dikeluarkan oleh pihak pusat. Semenjak diterapkannya bentuk BHMN, USU memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijakan terkait dengan kegiatan akademik seperti penyediaan fasilitas sarana dan prasarana, system pengajaran, kualifikasi dosen, menaikkan uang kuliah dan lain sebagainya dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan baik secara fisik maupun non fisik di Universitas Sumatera Utara.

Berangkat dari latar belakang diatas penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh kebijakan Kenaikan uang kuliah yang terjadi di universitas sumatera utara, khususnya pada mahasiswa Strata Satu (S1) stambuk 2010 pada tahun ajaran 2010-1011 di Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik dalam menunjang


(28)

pendidikan yang berkualitas di Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran yang disebutkan dalam latar belakang, maka penulis dapat merumuskan masalah yang nantinya akan diteliti. Agar studi masalah tersebut bias fokus dan tidak keluar jalur, dalam pembahasan skripsi ini penulis mengajukan rumusan permasalahan pokok sebagai berikut :

1. “Apakah ada pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU)?”

2. “ Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU)?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).


(29)

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

A. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat menambah wawasan dan pengalaman berharga dalam meningkatkan kapasitas kemampuan untuk menganalisis bagaimana sebenarnya pengaruh kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

B. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap keilmuan yang dikembangkan mahasiswa dalam disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan studi kebijakan sosial dalam dunia perguruan tinggi serta menyikapi permasalahan-permasalahan pendidikan yang ada didalamnya.

C. Secara teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan, mengasah kemampuan dalam berfikir dan menganalisis masalah-masalah sosial dalam dunia pendidikan.

D. Secara praktis, daharapkan memberikan masukan dan kontribusi yang positif terhadap penyelenggaraan pendidikan yang ideal di Universitas


(30)

Sumatera Utara, baik kepada mahasiswa, masyarakat, aktivis pendidikan, pemerintah, dekanat maupun rektorat.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data yang diterapkan.


(31)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Bab ini juga akan memberikan kritik dan saran dalam rangka proses membangun kearah yang lebih baik lagi untuk semua objek yang terkait dalam penelitian ini.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan

Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sansekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik atau pemerintahan ( Dunn,1999:51).

Secara umum, saat ini kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh lembaga pemerintah, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalah-permasalahan yang terjadi di masyarakat dalam sebuah negara (Dunn, 1999:132).

Dalam defenisi diatas dapat dilihat dengan jelas adalah bahwa pelaku yang melahirkan kebijakan adalah pemerintah. Dimana untuk melahirkan suatu kebijakan tidaklah dapat dilakukan hanya dalam waktu yang seketika. Namun untuk membuat suatu kebijakan dibutuhkan suatu proses yang sering disebut dengan proses pembuatan kebijakan. Proses pembuatan kebijakan itu sendiri memiliki makna sebagai serangkaian aktivitas intelektual yang divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu.

Adapun tahapan yang harus dilalui dalam proses pembuatan kebijakan adalah penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, serta evaluasi kebijakan.


(33)

Gambar 1 : Proses Pembuatan Kebijakan

Sumber : Dikutip dari Buku William Dunn, Pengantar Analisa Kebijakan

Publik (Edisi II), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999. Hal. 25.

Dalam proses melahirkan kebijakan yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa kebijakan yang akan dilahirkan nantinya akan dapat dipengaruhi oleh kepentingan pihak lain.

2.1.1 Teori Kebijakan publik

Kebijakan publik mempunyai banyak pemahaman teoritis. Kebijakan publik adalah keputusan yang di buat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari Negara yang bersangkutan. Kebijakan

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan


(34)

memasuki masyarakat pada masa transisi untuk menuju kepada masyarakat yang di cita-citakan (Tilaar dan Nugroho, 2008:184).

Sebuh fakta strategis dari pada fakta politis ataupun fakta teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-preferensi politis dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya pada proses perumusan. Sebagai sebuah strategi, kebijakan publik tidak hanya bersifat positif, namun juga negatif, dalam arti pilihan keputusan selalu bersifat menerima salah satu dan menolak yang lain.

Meskipun terdapat ruang bagi win-win solutions dimana sebuah tuntutan dapat diakomodasi, namun pada akhirnya ruang bagi win-win solutions sangat terbatas, sehingga kebijakan publik lebih banyak pada ranah zero-sum-game, yaitu yang menerima yang ini, dan menolak yang lain.

2.2 Pendidikan

Secara filosofis pendidikan bertujuan untuk mendorong kebebasan pemikiran terhadap apa yang disebut sebagai kebenaran, berdimensi moral dan mendorong seseorang untuk menemukan jati diri kemanusiannya ( http/multiply.com/yuyun harmono/pendidikan dalam pusaran neoliberal). Secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan (Djumransjah, 2004:22).


(35)

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan proses sadar dan sistematis di institusi pendidikan, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah ditetapkan. Tujuan pendidikan yaitu diharapkan individu mempunyai kemampuan dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan perannya sebagai pribadi,warga masyarakat,warga Negara. Tingkat kualitas sumber daya manusia suatu bangsa pada hakikatnya ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan yang baik dan berkualitas akan melahirkan individu yang baik dan berkuaitas pula. Sebaliknya apabila pendidikan yang diperoleh tidak baik dan berkualitas, maka hal ini akan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia (human resource) yang dibangun.

Paulo freire, salah satu tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap dunia pendidikan memiliki pendapat sendiri. Ia berpendapat bahwa pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya. Artinya adalah pendidikan haruslah mampu membawa manusia pada kesadaran akan realitas kehidupan di sekeliling tempat manusia itu berada. Inti dari proses pendidikan yang dikemukakannya adalah berupa penyadaran.

Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif, akan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma, dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan manusia. Dengan kata lain, ilmu pendidikan bertugas merumuskan peraturan-peraturan tentang tingkah laku perbuatan makhluk yang bernama


(36)

2.2.1 Kebijakan Pendidikan

Proses pendidikan merupakan kesatuan antara teori dan praktek pendidikan. Praksis pendidikan yang merupakan kesatuan antarteori dan praktik meliputi unsur-unsur sebagai berikut : dalam lingkup teori dirumuskan gambaran manusia mengenai visi, misi, dan program-program pelaksanaan untuk mewujudkan visi misi tersebut. Di samping aspek-aspek teoritis terdapat aspek pelaksanaan atau praktik dari tindakan pendidikan.

Proses pemanusiaan terjadi dalam interaksi sosial, berarti bahwa pendidikan merupakan milik kemasyarakatan. Apabila pendidikan itu merupakan milik masyarakat maka suara masyarakat dalam berbagai tingkat perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pendidikan perlu mendengar suara atau aran-saran dari masyarakat.

Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-lanhkah yang strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu (Tilaar dan Nugroho, 2008:140)

2.3 Perkembangan Perguruan Tinggi

2.3.1 Tiga Pandangan Filosofis

Dalam membicarakan perguruan tinggi (PT) di Indonesia, dua pertanyaan dasar yang menjadi pusat perhatian adalah : (1) Untuk apa perguruan tinggi? (2) Untuk siapa perguruan tinggi?. Pertanyaan pertama berkenaan dengan


(37)

mutu pendidikan atau, dalam praksis, manfaat pendidikan. Pertanyaan kedua berkenaan dengan pemerataan pendidikan atau, dalam praksis, pendidikan itu ditujukan untuk semua anggota masyarakat atau tidak. Tiga pandangan filosofis perlu dikemukakan untuk menjelaskan kedua konsep itu, yaitu : elitisme, populisme, dan integralisme

A. Elitisme

Dilihat dari perkembangan masyarakat, elitisme terbagi atas dua aliran, yaitu elitisme tradisional dan elitisme modern. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa elitisme adalah pandangan yang mengutamakan mutu dalam pengelolaan pendidikan.

(1) Elitisme Tradisional

Elitisme tradisional bermula dan berkembang dalam era pramodern (pra industri). Dalam era ini, ekonomi masyarakat bergantung pada sector pertanian tradisional. Golongan pemilik tanah, yang umumnya kaum bangsawan sangat dominan dalam masyarakat. Disamping itu, golongan agama juga berpengaruh karena dipandang sebagai pembawa dan pembimbing kehidupan spiritual yang sangat diperlukan masyarakat praindustri. Kedua golongan ini dipandang sebagai golongan elit dalam masyarakat. Dari keduanya muncullah pemikir-pemikir yang berpendapat bahwa pendidikan sangat penting terutama untuk melestarikan tradisi kebangsawanan serta memperdalam pengetahuan tentang agama dan menyebarkannya. Melestarikan tradisi juga berarti melanjutkan dominasi kedua


(38)

golongan tersebut, terutama yang pertama mempersiapkan generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah, termasuk perguruan tinggi.

Menurut elitisme tradisional, kemampuan seseorang untuk didik dan belajar banyak ditentukan oleh faktor keturunan yang berkaitan erat dengan status sosial. Keturunan bangsawan dan golongan agama pada umumnya dianggap lebih mampu dididik dan belajar setinggi-tinggiya ketimbang keturunan golongan masyarakat bawah pun terbatas. Berdasarkan pandangan diatas, tujuan utama perguruan tinggi adalah mutu, bukan pemerataan. Mutu diartikan sebagai kemampuan akademik mahasiswa, yang banyak dikaitkan dengan sifat-sifat keturunan dan dan kepentingan golongan bangsawan, karena yang diterima menjadi mahasiswa terutama adalah keturunan golongan itu.

(2) Elitisme Modern

Elitisme modern timbul dalam era modern (masyarakat industry), karena: (a) ada golongan masyarakat yang ingin mempertahankan nilai-nilai positif elitism tradisional, terutama mutu; (b) semakin merosotnya mutu pendidikan tinggi akibat populisme. Dalam elitisme modern, pembatasan memperoleh pendidikan tinggi bukan lagi didasari faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial, melainkan pada kemampuan akademik dan kemampuan ekonomi. Dasar pertama pada hakikatnya sama dengan pandangan meritokratis, yaitu mengutamakan kemampuan atau prestasi, dilihat dari IQ dan bakat yang unggul ditentukan dengan berbagai cara seperti penelusuran minat dan bakat, prestasi disekolah, tes IQ, dan ujian masuk. Dasar kedua umumnya dipergunakan oleh perguruan tinggi swasta. Mereka ingin mengutamakan mutu, tetapi kurang mampu membiayai.


(39)

Karena itu, disamping kemampuan akademik, kemampuan ekonomi merupakan syarat penting penerimaan mahasiswa. Pada mulanya pelaksanaan pembatasan itu berjalan dengan baik, karena kemampuan akademik yang lebih diperhatikan. Tapi, lama kelamaan terjadi kecendrungan untuk mengutamakan kemampuan keuangan (ekonomi), dalam arti siapa yang mampu membayar mahal dia yang di prioritaskan. Dalam perkembangan ini, arti elitisme berubah. Bukan lagi elit dalam arti yang berkaitan dengan keturunan, melainkan mutu yang dikaitkan dengan kemampuan keuangan. Dengan kata lain kelompok elit adalah kelompok “the have” .

B. Populisme

Populisme timbul dan berkembang dalam era modern (masyarakat industri). Setelah revolusi industri, liberalisme berkembang dan pada gilirannya, mendorong perkembangan demokrasi, egaliterisme, individualisme, dan sekulerisme. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan pendapat yang semakin baik, kelas menengah dan atas berkembang. Sejalan dengan itu, kesadaran akan persamaan hak dalam semua bidang kehidupan termasuk pendidikan, meningkat. Di samping itu, industrialisasi juga membuka berbagai lapangan kerja yang memerlukan tenaga-tenaga kerja berpendidikan. Dengan demikian, peranan perguruan tinggi dan pendidikan umumnya semakin penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk industri, dan bukan lagi melestarikan tradisi kebangsawanan dan keagamaan seperti dimasa lalu. Dengan menduduki berbagai posisi dalam industri, status ekonomi dan sosial para lulusan perguruan tinggi meningkat.


(40)

Dari masyarakat industri tersebut, terutama dari kelas menengah dan atas, tampil pemikir-pemikir populis yang menyadari benar ketidakadilan elitisme tradisional. Mereka berpendapat kesempatan untuk dididik dan belajar ditentukan oleh faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial, tetapi terutama oleh faktor-faktor lingkungan, termasuk proses belajar-mengajar itu sendiri. Karena itu, kesempatan memperoleh pendidikan tinggi dan pendidikan pada umumnya, harus diberikan kepada semua orang (warga negara). Seleksi masuk perguruan tinggi tak perlu ada, tapi seleksi akhir dan ujian-ujian pengendalian selama proses belajar-mengajar diadakan. Anak pintar (unggulan) tak perlu dipisahkan dari yang kurang pintar agar secar wajar solidaritas, rasa saling menghargai dan menghormati berkembang dalam diri peserta didik kelas-kelas elit tidak perlu berkembang.

Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pemikiran-pemikiran di atas, tujuan utama perguruan tinggi adalah pemerataan. Mutu juga diusahakan, tetapi sering diabaikan karena mengutamakan pemerataan demi penyesuaian terhadap tuntutan masyarakat akan kesempatan mendapatkan pendidikan tinggi. Mutu tetap diartikan sebagai kemampuan akademik, karena dengan kemampuan itu para lulusan diharapkan dapat bekerja diberbagai industri.

C. Integralisme

Pengalaman menunjukkan bahwa elitisme meninbulkan kesenjangan sosial-ekonomi dan politik serta ekslusivisme, walaupun mutu lulusan terjmin baik. Sebaliknya, populisme cenderung menimbulkan pengangguran karena banyak lulusan yang tidak bermutu sehingga tidak diterima bekerja didunia usaha. Dengan demikian, mutu tanpa pemerataan dan pemerataan tanpa mutu sama-sama


(41)

menimbulkan masalah social-ekonomi dan politik. Karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan, mutu dan pemerataan harus sama-sama mendapat perhatian, dengan kata lain harus terpadu atau diintegrasikan. Pandangan ini disebut integralisme.

Integralisme timbul dalam dekade terakhir era modern dan terus berkembang pada era pascaindustri (pascamodern). Menurut pandangan ini, tujuan perguruan tinggi adlah mutu dan pemerataan secara terpadu. Dan mutu diartikan sebagai kesesuaian produknya dengan kebutuhan mahasiswa, masyarakat dan dunia kerja (Tampubolon, 2001:11).

2.4 Usaha peningkatan kualitas Perguruan Tinggi 2.4.1 Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM)

Pemberdayaan (empowerment) diartikan sebagai penciptaan dan pengembangan situasi menang-menang dalam perguruan tinggi, sehingga semua orang memiliki kemampuan dan kesempatan berkinerja bermutu, berkreasi, berinovasi, serta mengembangkan diri, di Perguruan Tinggi. Sumber daya manusia (SDM) terdiri dari :

a. Pimpinan b. Dosen

c. Tenaga penunjang akademik d. Pegawai administrasi


(42)

perguruan tinggi, serta kedudukannya sebagai civitas akademika. Mahasiwa juga dapat dipandang sebagai kategori sumber daya manusia perguruan tinggi. Menciptakan dan mengembangkan situasi menang dan menang adalah prinsip utama dalam memberdayakan SDM. Agar situai tersebut tercipta dan berkembang, semua kebijakan harus didasarkan pada data kebutuhan objektifserta dilaksanakan dengan jujur dan sungguh-sungguh dalam semangat keterbukaan. Kebijakan-kebijakan harus adal, bersifat memotivasi serta tidak refresif tetapi juga tidak permisif. Semangat kebersamaan, keterpaduan, dan kerja sama tim jelas terasa dalam kebijakan-kebijakan demikian (Tampubolon, 2001:89)

Dalam kebijakan dimaksud, yang paling pokok ialah sistem pemberdayaan SDM, yakni dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai administrasi. Adanya system ini menentukan keberhasilan dalam menciptakan dan mengembangkan situasi yang baik. Sistem pemberdayaan SDM tersebut terdiri dari tiga subsistem yang berkaitan erat satu sama lain. Sehingga harus sama-sama di perhatikan karena saling mendukung. Ketiga subsistem itu diuraikan sebagai berikut :

a. Subsistem pendidikan prajabatan

Subsistem ini berkenaan dengan pendidikan atau kualifikasi sebelum menjadi dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai administrasi. Hal yang terpenting dalam subsistem ini ialah syarat-syarat dan prosedur penerimaan tenaga untuk posisi-posisi tersebut pada setiap lapisan manajemen dan jenjang jabatan.


(43)

b. Subsistem pendidikan dan pelatihan dalam jabatan

Subsistem ini berkenaan dengan peningkatan kualifikasi setelah memegang jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam hal ini yang terpenting adalah penentuan persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan kualifikasi dan pemanfaatan tenaga yang bersangkutan setelah itu, sehingga semua merasakan keadilan dan penghargaan.

c. Subsistem kesejahteran

Subsistem ini berkenaan dengan kebijakan-kebijakan dan ketentuan penggajian dan kepangkatan, pengembangan karier, jaminan hari tua, jaminan kesehatan, berbagai cuti (termasuk cuti penelitian), dan penghargaan (reward), serta hal-hal lain yang menyangkut kesejahteraan (Tampubolon, 2001:90).

Dalam sistem pemberdayaan ini, pemberdayaan SDM mahasiswa juga kan berjalan dengan baik melalui semua kegiatan perguruan tinggi. Semua usaha itu akan menghasilkan SDM bermutu, yaitu SDM yang mampu membenahi tuntutan tugasnya dalam mengembangkan dirinya sebaik-baiknya. Dan hanya SDM bermutulah perguruan tinggi dapat di kembangkan.

2.4.2 Perencanaan Perguruan tinggi yang objektif, dimulai dari bawah, melibatkan semua pihak yang terkait dan bersifat terbuka

Perencanaan perguruan tinggi adalah untuk mencapai mutu, dalam arti bukan untuk target kuantitatif semata-mata. Rencana tersebut adalah semua


(44)

jasa perguruan tinggi yang dapat memenuhi, bahkan melebihi kebutuhan pelanggan, terutama mahasiswa dan dunia kerja harus diidentifikasikan dan dianalisis lebih dahulu. Kegiatan-kegiatan ini tercakup dalam langkah-langkah perencanaan.

Ada dua lapisan managemen, yakni manajemen strategis dan manajemen teknis. Karena itu, mutu juga dilihat pada kedua lapisan itu, yakni mutu strategis dan mutu teknis. Mutu strategis perguruan tinggi dilihat pada kebijakan-kebijakan strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, dan berbagai Undang-Undang yang dibuat DPR. Pada tingkat rektorat juga ada kebijakan-kebijakan strategis, terlebih apabila otonomi perguruan tinggi sudah berjalan dengan sepenuhnya. Mutu teknis perguruan tinggi dilihat pada unit-unit teknis, seperti biro administrasi, fakultas, lembaga dan jurusan. Karena itu perencanaan juga terbagi atas perencanaan mutu strategis dan perencanaan mutu teknis. Perencanaan mutu perguruan tinggi sangat menentukan tingkat keberhasilan. Karena itu harus tersusun dengan sebaik-baiknya (Tampubolon, 2001:91).

2.4.3 Evaluasi Perguruan Tinggi

Evalusi dilaksanakan di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya untuk mengetahui tingkat kemampuan akademik mahasiswa. Dan karena itu, yang terutama dievaluasi adalah produk hasil belajar. Khususnya belajar tengah semester, akhir semester serta akhir studi. Kelemahan yang lebih mendasar lagi dari system evaluasi masa lalu adalah hamper tak adanya pemanfaatan evaluasi untuk peningkatan mutu. Hal ini antara lain dapat dilihat


(45)

dari tidak adanya usaha inventarisasi dan analisis kelemahan-kelemahan mahasiswa dimasa lalu dalam perbaikan masa depan. Hasil-hasil evaluasi kemampuan dalam bentuk nilai ujian adalah data tentang keberhasilan dan kegagalan. Pengevaluasian bukan hanya dosen, tetapi terdiri dari pihak-pihak berikut :

a. Dosen

Mengevaluasi kemampuan mahasiswa, kemampuan lainnya serta berbagai proses, terutama proses perkuliahan

b. Mahasiswa

Mengevaluasi proses-proses pembelajaran yang dialaminya, juga yang terjadi pada dosen serta pengelola lainnya.

c. Pimpinan

Mengevaluasi unit tertentu atau seluruh unit perguruan tinggi (PT) d. Pihak eksternal

Mengevaluasi seluruh unit perguruan tinggi atau unit tertentu. Badan Akreditasi Nasional (BAN) merupakan badan penilaian independen terhadap seluruh perguruan tinggi. Fungsi badan ini akan semakin penting di masa depan, terlebih-lebih apabila otonomi perguruan tinggi telah berjalan sepenuhnya. Pihak dunia usaha juga dapat menjadi penilai dan dapat merupakan bagian dari jalinan kerja sama (Tampubolon, 2001:95).

Dalam mengelola (managing) perguruan tinggi harus diingat satu hal yang menarik dan k has di lembaga pendidikan, yaitu mahasiswa berkedudukan sebagai bahan baku yang hendak di bentuk (yang diproses) sekaligus sebagai konsumen


(46)

yang berkepentingan. Bukan hanya itu. Mahasiswa juga merupakan modal utama (yang membiayai) proses itu, dan pada gilirannya ia akan menjadi produsen pada lembaga yang sama. Oleh karena itu dalam setiap fungsi dan proses peningkatan kualitas perguruan tinggi, mahasiswa berperan menurut mekanisme yang disepakati bersama selayaknya bagi setiap unsur komunitas (Ndraha, 1988:145).

Peningkatan kualitas dalam perguruan tinggi tidak dapat dilihat sebagai proses yang sederhana. Kegiatan ini merupakan sebuah proses jangka panjang yang membutuhkan perubahan organisasi dan restrukturisasi yang tersistematis. Komitmen untuk berubah ke arah mutu yang lebih baik harus dipahami oleh semua level manajemen dan harus didasari oleh keinginan akan perubahan. Hal yang lebih penting disamping kemauan mau berubah adalah kenyamanan dalam melaksanakan peran dalam proses perubahan ini.

2.4.4 Pembiayaan Pendidikan

Dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional maupun daerah mengalami suatu transisi yang sangat signifikan dalam pengelolaan sumber-sumber daya yang ada dalam bidang pendidikan terutama dalam hal pendanaan pendidikan (pembiayaan pendidikan). Dalam hal ini pelaksanaan pendidikan harus disertai dengan adanya peningkatan peran sumber-sumber daya pendidikan (dana pendidikan) yang telah tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 23 yang menjelaskan bahwa Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. Dalam hal ini


(47)

pembiayaan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pendidikan di daerah. Lebih lanjut dalam pasal 47 disebutkan tentang sumber pendanaan pendidikan yaitu

1. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.

2. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 4 juga menerangkan dalam hal pembiayaan pendidikan bahwa;

”Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan pennyelenggaraan pendidikan nasional”

Sejalan dengan itu maka dalam implementasi kebijakan pendidikan di daerah akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumber daya pendidikan (pembiayaan pendidikan) yang memadai dan dapat diandalkan untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya di daerah. Pendidikan dalam operasionalnya tidak dapat lepas dari masalah biaya. Biaya pendidikan yang


(48)

karena itu, dana yang dikeluarkan oleh pemerintah atau masyarakat maupun orang tua untuk menghasilkan pendidikan dianggap sebagai investasi, maksudnya adalah di masa yang akan datang harus dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat, baik dalam bentuk uang atau pengetahuan.

Biaya pendidikan terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pendidikan, sarana/prasarana. Anggaran pendidikan terdiri dari dua sisi, yaitu anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan yaitu pendapatan yang diperoleh oleh perguruan tinggi dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Misalnya dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang tua mahasiswa dan sumber lain. Sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah dana yang dibelanjakan untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah misalnya alat belajar, pengeluaran TU, sarana/prasarana kampus, kesejahteraan pegawai, administrasi, pembinaan teknis educative dan pendataan. Perhitungan biaya harus diatur menurut jenis dan volumenya dan harus diadakan analisis biaya yang dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan dalam menentukan diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas tapi memberikan keuntungan tinggi. Pembiayaan itu meliputi tiga hal, yaitu: 1. Budgeting (penyusunan anggaran), Penyusunan anggaran ini meliputi: Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Nagara serta Rencana Anggaran Pendapatan Belanja perguruan tinggi. 2. Accounting (pembukuan), kegiatan pembukuan ini disebut pengurusan keuangan yang meliputi: kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang dan tindak lanjutnya. 3. Auditing


(49)

(pemeriksaan), yang dimaksud penerimaan disini adalah pemeriksaan semua kegiatan dari mulai penerimaan dan pertanggungjawaban pengeluaran.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pemerintah memberikan ruang sebesar-besarnya kepada seluruh lembaga pendidikan untuk melakukan privatisasi. Yakni dengan lahirnya UU Nomor 20 tentang system pendidikan nasional yang baru pada tahun 2003 yang secara jelas melegalkan pengalihan tanggung jawab Negara kepada masyarakat atau pemilik modal dalam hal menyelenggarakan pendidikan dan pendanaan agar proses pendidikan dapat berlangsung. Pada tahun 2003 pemerintah melakukan privatisasi kepada Perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara dengan mengeluarkan PP N0.56 Tahun 2003 tentang pengalihan USU menjadi BHMN. Hal ini berakibat dengan adanya kenaikan uang kuliah di Universitas Sumatera Utara. Semenjak diterapkannya bentuk BHMN, USU memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijakan terkait dengan kegiatan akademik seperti penyediaan fasilitas sarana dan prasarana, sistem pengajaran, kualifikasi dosen, dan lain sebagainya dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan baik secara fisik maupun non fisik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.


(50)

TABEL 1

Bagan Kerangka Pemikiran

Kualitas Pendidikan

Pendid

SK Rektor bernomor 2026/H5.1.R/SK/KEU/2010 Tentang kenaikan Uang Kuliah pada mahasiswa

tahun ajaran 2010/2011.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU)

Kualitas non Fisik

• Indeks prestasi mahasiswa

• Mutu dosen

• Sistem pengajaran

• Pelayanan administrasi Kualitas Fisik

• Sarana

• Prasarana

• Fasilitas pendukung


(51)

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti benar melalui data yang dikumpulkan. Hipotesis selalu disajikan dalam bentuk statement yang menghubungkan secara ekspilsit maupun implisit satu variable dengan satu atau lebih variable lainnya. Hipotesa yang baik harus memenuhi dua kriteria. Pertama, hipotesa harus menggambarkan hubungan antara variable-variabel. Kedua, hipotesa harus memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut. Ini berarti bahwa variabel-variabel yang dicamtumkan dalam hipotesa harus dapat diukur dan besar serta arah hubungan antara variabel-variabel tersebut harus jelas (Singarimbun & Effendi, 1985:22). Hipotesis itu bias ditolak (H-) dan juga bias diterima (H+), dan bias juga tidak dipengaruhi sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan (Hо). (Nawawi, 1998:43). Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dalam berupa hipotesis satu variabel dan hipotesis dua atau lebih variabel yang dikenal sebagai hipotesis kausal (Prasetyo & jannah, 2005:76). Adapun hipotesa penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H+ : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

Hо: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.


(52)

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989:33).

Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini, maka disusunlah defenisi konsep sebagai berikut:

1. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi, dalam hal ini dilihat bagaimana pengaruh kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

2. Kebijakan adalah adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan dan manfaatnya. Dalam hal ini adalah kualitas fisik dan kualitas non fisik.

4. Pendidikan adalah proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik.

5. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggaraan pendidikan tinggi. Peserta didik disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen.


(53)

2.7.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah penjabaran lebih lanjut tentang konsep, dan keterkaitan konsep yamg telah diterangkan. Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variable diukur, dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan tahu bagaimana suatu variable sehingga dapat mengetahui baik-buruknya pengukuran tersebut (Singarimbun, 1991:49).

Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasional adalah sebagai berikut

A. Variabel bebas atau disebut juga X adalah segala gejala, factor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variable kedua. Tanpa variable ini maka variable berubah sehingga akan muncul (Nawawi: 1998:57). Dalam penelitian ini, yang menjadi variable X adalah kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universtas Sumatera Utara.

Kualitas pendidikan yang dimaksud diantaranya kualias fisik dan kalitas non fisik.

1. Kualitas pendidikan dari segi fisik diantaranya adalah sarana dan prasarana pendidikan seperti: ruangan kelas, ruangan laboratorium, peralatan pendukung kuliah seperti proyektor, alat tulis, jaringan internet kondisi fasilitas kamar mandi,dll.


(54)

2. Kualitas pendidikan dari segi non fisik diantaranya adalah tingkat indeks prestasi mahasiswa, mutu dosen, sistem pengajaran, pelayanan administrasi,dll.

B. Variabel terikat atau disebut juga Y adalah sejumlah gejala atau factor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan dengan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1998:57). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah kebijakan kenaikan uang kuliah yang dilatarbelakangi oleh status universitas sumatera utara yang berubah dari perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi status Perguruan tinggi yang berbadan hukum milik Negara (PT BHMN) yang secara kepengelolaan dilakukan secara otonomi universitas dalam memenuhi terlaksananya pendidikan di Universitas Sumatera Utara.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala yang terjadi. Hasil akhir dalam penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat (Prasetyo dan janah,2005:43). Dalam hal ini adalah pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Jalan Prof. A. Sofian No 1 Kampus USU. Padang Bulan Medan-Sumatera Utara tempat peneliti melakukan perkuliahan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, atau sekelompok orang masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (silalahi, 2009:253).


(56)

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) stambuk 2010, dimana Fakultas ini memiliki tujuh Departemen yang diantaranya adalah Ilmu Kesejahteraan Sosial, Administrasi Negara, Ilmu Politik, Sosiologi, komunikasi, Antopologi dan Administrasi Bisnis. Maka berdasarkan dari sumber yang didapat dari data mahasiswa strata satu (S1) stambuk 2010 maka yang menjadi populasi adalah sebanyak 734 mahasiswa. Dengan perincian mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial berjumlah 92 mahasiswa, administrasi Negara berjumlah 112 mahasiswa, ilmu politik berjumlah 107 mahasiswa, sosiologi berjumlah 91 mahasiswa, antropologi berjumlah 76 mahasiswa, komunikasi berjumlah 141 mahasiswa dan administrasi bisnis berjumlah 115 mahasiswa.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representative atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang diwakilinya. Jika populasi lebih dari 100 maka dianjurkan sampel yang diambil antara 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2002:107). Dikarenakan jumlah populasinya lebih dari 100 maka sampelnya dimbil dari 10% dari jumlah populasi, yaitu 73,4 maka dibulatkan menjadi 73 mahasiswa. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling atau teknik penarikan acak.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang di butuhkan, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :


(57)

1. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang ada menyangkut masalah yang akan di teliti dengan mempelajari dan menelaah buku-buku dan media lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari faktor yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan cara :

a. Observasi, mengumpulkan data tentang gejala-gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

b. Kuisioner, mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket yang kemudian dijawab oleh responden.

c. Wawancara, yaitu data yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab dengan responden.

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan eksplanatif kuantitatif, melalui analisis kuantitatif melalui uji regresi. Ukuran statistik ini digunakan untuk menguji hubungan antara sebuah variable dependen dengan satu atau beberapa variable independen. Jika variabel dependen dihubungkan dengan


(58)

sebuah variabel independen, persamaan regresi yang dihasilkan adalah regresi linear (Prasetyo&jannah, 2005:199).

Model Regresi sederhana adalah yˆ =a+bx, di mana,

adalah variabel tak bebas (terikat), X adalah variabel bebas, a adalah penduga bagi intersap (α), b adalah penduga bagi koefisien regresi (β), dan α, β adalah parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel.

Rumus yang dapat digunakan untuk mencari a dan b adalah

X b Y N X b Y

a=

= − .

.

(

)

( )

2

2 . . .

− − = X X N Y X Y X N b keterangan i

X = Rata-rata skor variabel X

i

Y = Rata-rata skor variabel Y

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual, data dikumpulkan dari hasil kuisioner (angket) dan wawancara. Pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap pemeriksaan (editing), proses pemberian identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulations) dan kemudian dianalisis secara mendalam.

1. Editing, yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh dari penelitian.


(59)

3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban. Hal ini berguna untuk dapat dipahami sebagai data sehingga mudah dianalisis serta disimpulkan dan menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam itu dapat disingkatkan.

4. Tabulasi, dimana data disusun dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam suatu table tunggal sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.


(60)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara

Sejak awal pendiriannya, USU dipersiapkan menjadi pusat pendidikan tinggi di Kawasan Barat Indonesia. Sewaktu didirikan pada tahun 1952, USU merupakan sebuah Yayasan, kemudian beralih status menjadi PTN pada tahun 1957, dan selanjutnya berubah menjadi PT-BHMN pada tahun 2003.USU memiliki visi menjadi University for Industry (UfI), dengan misi: (1) mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat bermoral dengan kemampuan akademik dan/atau profesional dan/atau vokasional untuk menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni terutama pada kerjasama berbasis industri, dan pengembangan aplikasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional; dan (3) mendukung pengembangan masyarakat sipil yang demokratis melalui peran USU sebagai suatu kekuatan moral yang otonom untuk mencapai kemampuan yang kuat dalam lingkungan kompetisi global melalui pengelolaan secara profesional sumber daya manusia, memperluas partisipasi dalam pembelajaran, memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran, dan memodernisasi cara pembelajaran.

Kampus USU berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum


(61)

mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan dosen. Selain itu di dalam kampus juga terdapat berbagai sarana seperti asrama, arena olah raga, wisma, kafetaria, toko, bank, dan kantor pos. Wisuda dan berbagai acara akademik lainnya diadakan di Auditorium dan Gelanggang Mahasiswa. Sebuah rumah sakit pendidikan yang berlokasi dikampus Padang bulan telah dimulai pembangunannya sejak Agustus 2009.

Sebuah kampus baru seluas 300 ha yang berlokasi di Kwala Bekala, berjarak 15 km dari Kampus Padang Bulan sedang dikembangkan, yang saat ini digunakan untuk mendukung berbagai penelitian dan percobaan di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, dan peternakan. Dalam upaya mengembangkan diri sebagai universitas berjangkauan luas, USU mengelola Kebun Percobaan seluas sekitar 550 ha di Langkat. USU juga telah memperoleh izin pengembangan hutan percontohan seluas 10.000 ha di Mandailing Natal.

4.1.2 Keunggulan Kompetitif

Diawali dengan membuka sekolah kedokteran, USU memposisikan diri sebagai universitas unggulan. Proses pendidikan dan penelitian melibatkan 1.632 orang dosen, 81% di antaranya memiliki latar belakang pendidikan pascasarjana.


(62)

pelosok tanah air. Sejumlah alumni menempati posisi penting di berbagai sektor kerja, baik pemerintahan maupun swasta.

Program studi bidang kesehatan seperti Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi saat ini menjadi primadona bagi mahasiswa asing terutama yang berasal dari Malaysia. Program studi pada Fakultas MIPA dan Pertanian menjadi ujung tombak berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Program Studi Etnomusikologi memiliki kekhasan tentang musik-musik etnik di Sumatera. Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik banyak terlibat dalam pengembangan hukum dan penataan administrasi pemerintahan. Sebuah produk penjernihan air - Ferro Filter - hasil penemuan dosen Fakultas Teknik sedang dalam proses pengurusan hak paten, telah banyak digunakan di berbagai wilayah Sumatera. Penataan dan pengembangan sistem penjaminan mutu, yang didukung dengan komitmen tinggi para manajer di semua lini, dilakukan secara terus-menerus dan menjadi agenda utama USU dalam upaya menghasilkan lulusan dan produk terbaik.

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut: Abdul Hakim (Ketua); Dr. T. Mansoer (Wakil Ketua); Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara); Ir. R. S. Danunagoro, Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota).


(63)

Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain Dewan Pimpinan Yayasan, Organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan Fakultet. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Tanggal 20 Agustus 1952 telah ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis USU yang diperingati setiap tahun. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956), dan Fakultas Pertanian (1956). Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia


(1)

42 1 1 1 1

43 3 1 1 1

44 3 1 1 1

45 3 1 2 1

46 3 1 2 1

47 3 2 2 2

48 1 1 2 1

49 3 2 3 3

50 3 3 2 3

51 3 1 1 1

52 3 1 1 1

53 3 1 2 3

54 3 1 2 1

55 3 1 1 1

56 4 1 2 1

57 4 3 3 3

58 4 3 3 3

59 3 3 2 3

60 4 1 1 1

61 3 2 2 2

62 3 3 1 1

63 4 1 2 4


(2)

66 4 3 2 3

67 4 2 2 3

68 3 1 1 1

69 2 2 1 1

70 3 2 2 1

71 4 1 1 1

72 3 2 1 2


(3)

N R

X Y X² Y² XY

1 34 7 1156 49 238

2 34 6 1156 36 204

3 35 8 1225 64 280

4 35 8 1225 64 280

5 34 6 1156 36 204

6 39 7 1521 49 273

7 36 7 1296 49 252

8 43 6 1849 36 258

9 33 6 1089 36 198

10 40 7 1600 49 280

11 40 7 1600 49 280

12 46 6 2116 36 276

13 44 6 1936 36 264

14 44 7 1936 49 308

15 46 7 2116 49 322

16 44 6 1936 36 264

17 49 8 2401 64 392

18 36 8 1296 64 288

19 36 7 1296 16 144

20 41 9 1681 81 369


(4)

23 42 9 1764 81 378

24 38 6 1444 36 228

25 36 8 1296 64 288

26 42 8 1764 64 336

27 39 9 1521 81 351

28 37 6 1369 36 222

29 43 9 1849 81 387

30 41 6 1681 36 246

31 31 4 961 16 124

32 37 7 1369 49 259

33 39 6 1521 36 234

34 35 7 1156 49 245

35 40 4 1600 16 160

36 21 6 441 36 126

37 33 6 1089 36 198

38 33 6 1089 36 198

39 39 6 1521 36 234

40 37 7 1369 49 258

41 42 8 1769 64 336

42 42 5 1764 25 210

43 29 6 841 36 174

44 41 6 1681 36 246

45 38 7 1444 49 266

46 42 7 1764 49 294


(5)

49 43 11 1849 121 473

50 43 11 1849 121 473

51 47 6 2209 36 282

52 42 6 1764 36 252

53 37 9 1369 81 333

54 44 7 1936 49 308

55 45 6 2025 36 270

56 45 8 2025 64 360

57 46 13 2116 169 598

58 47 13 2309 169 611

59 43 11 1849 121 473

60 46 7 2116 49 322

61 40 9 1600 81 360

62 45 8 2025 64 360

63 47 11 2209 121 517

64 39 7 1521 49 273

65 52 6 2704 36 312

66 45 12 2025 141 540

67 46 11 2116 121 506

68 44 6 1936 36 264

69 43 6 1848 36 258

70 47 8 2209 64 376


(6)

73 41 7 1681 49 287 ΣX

= 294

5

Σ Y = 53 0

ΣX² = 12075

9

ΣY2

= 421

4

ΣXY = 2145