menimbulkan masalah social-ekonomi dan politik. Karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan, mutu dan pemerataan harus sama-sama mendapat
perhatian, dengan kata lain harus terpadu atau diintegrasikan. Pandangan ini disebut integralisme.
Integralisme timbul dalam dekade terakhir era modern dan terus berkembang pada era pascaindustri pascamodern. Menurut pandangan ini, tujuan perguruan
tinggi adlah mutu dan pemerataan secara terpadu. Dan mutu diartikan sebagai kesesuaian produknya dengan kebutuhan mahasiswa, masyarakat dan dunia kerja
Tampubolon, 2001:11.
2.4 Usaha peningkatan kualitas Perguruan Tinggi
2.4.1 Pemberdayaan sumber daya manusia SDM
Pemberdayaan empowerment diartikan sebagai penciptaan dan pengembangan situasi menang-menang dalam perguruan tinggi, sehingga semua
orang memiliki kemampuan dan kesempatan berkinerja bermutu, berkreasi, berinovasi, serta mengembangkan diri, di Perguruan Tinggi. Sumber daya
manusia SDM terdiri dari :
a. Pimpinan
b. Dosen
c. Tenaga penunjang akademik
d. Pegawai administrasi
Keempat kategori itu merupakan unsur-unsur pengelola perguruan tinggi. Apabila dilihat dari keterlibatannya dalam produksi dan penyajian jasa-jaa
Universitas Sumatera Utara
perguruan tinggi, serta kedudukannya sebagai civitas akademika. Mahasiwa juga dapat dipandang sebagai kategori sumber daya manusia perguruan tinggi.
Menciptakan dan mengembangkan situasi menang dan menang adalah prinsip utama dalam memberdayakan SDM. Agar situai tersebut tercipta dan
berkembang, semua kebijakan harus didasarkan pada data kebutuhan objektifserta dilaksanakan dengan jujur dan sungguh-sungguh dalam semangat keterbukaan.
Kebijakan-kebijakan harus adal, bersifat memotivasi serta tidak refresif tetapi juga tidak permisif. Semangat kebersamaan, keterpaduan, dan kerja sama tim jelas
terasa dalam kebijakan-kebijakan demikian Tampubolon, 2001:89
Dalam kebijakan dimaksud, yang paling pokok ialah sistem pemberdayaan SDM, yakni dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai
administrasi. Adanya system ini menentukan keberhasilan dalam menciptakan dan mengembangkan situasi yang baik. Sistem pemberdayaan SDM tersebut terdiri
dari tiga subsistem yang berkaitan erat satu sama lain. Sehingga harus sama-sama di perhatikan karena saling mendukung. Ketiga subsistem itu diuraikan sebagai
berikut :
a. Subsistem pendidikan prajabatan
Subsistem ini berkenaan dengan pendidikan atau kualifikasi sebelum menjadi dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai
administrasi. Hal yang terpenting dalam subsistem ini ialah syarat- syarat dan prosedur penerimaan tenaga untuk posisi-posisi tersebut
pada setiap lapisan manajemen dan jenjang jabatan.
Universitas Sumatera Utara
b. Subsistem pendidikan dan pelatihan dalam jabatan
Subsistem ini berkenaan dengan peningkatan kualifikasi setelah memegang jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam hal ini
yang terpenting adalah penentuan persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan kualifikasi dan pemanfaatan
tenaga yang bersangkutan setelah itu, sehingga semua merasakan keadilan dan penghargaan.
c. Subsistem kesejahteran
Subsistem ini berkenaan dengan kebijakan-kebijakan dan ketentuan penggajian dan kepangkatan, pengembangan karier, jaminan hari tua,
jaminan kesehatan, berbagai cuti termasuk cuti penelitian, dan penghargaan reward, serta hal-hal lain yang menyangkut
kesejahteraan Tampubolon, 2001:90.
Dalam sistem pemberdayaan ini, pemberdayaan SDM mahasiswa juga kan berjalan dengan baik melalui semua kegiatan perguruan tinggi. Semua usaha itu
akan menghasilkan SDM bermutu, yaitu SDM yang mampu membenahi tuntutan tugasnya dalam mengembangkan dirinya sebaik-baiknya. Dan hanya SDM
bermutulah perguruan tinggi dapat di kembangkan.
2.4.2 Perencanaan Perguruan tinggi yang objektif, dimulai dari bawah, melibatkan semua pihak yang terkait dan bersifat terbuka
Perencanaan perguruan tinggi adalah untuk mencapai mutu, dalam arti bukan untuk target kuantitatif semata-mata. Rencana tersebut adalah semua
langkah dan prosedur yang paling efektif untuk menghasilkan dan menyajikan
Universitas Sumatera Utara
jasa perguruan tinggi yang dapat memenuhi, bahkan melebihi kebutuhan pelanggan, terutama mahasiswa dan dunia kerja harus diidentifikasikan dan
dianalisis lebih dahulu. Kegiatan-kegiatan ini tercakup dalam langkah-langkah perencanaan.
Ada dua lapisan managemen, yakni manajemen strategis dan manajemen teknis. Karena itu, mutu juga dilihat pada kedua lapisan itu, yakni mutu strategis
dan mutu teknis. Mutu strategis perguruan tinggi dilihat pada kebijakan-kebijakan strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, dan berbagai Undang-Undang yang dibuat DPR. Pada tingkat rektorat juga ada kebijakan-kebijakan strategis, terlebih apabila otonomi perguruan tinggi
sudah berjalan dengan sepenuhnya. Mutu teknis perguruan tinggi dilihat pada unit-unit teknis, seperti biro administrasi, fakultas, lembaga dan jurusan. Karena
itu perencanaan juga terbagi atas perencanaan mutu strategis dan perencanaan mutu teknis. Perencanaan mutu perguruan tinggi sangat menentukan tingkat
keberhasilan. Karena itu harus tersusun dengan sebaik-baiknya Tampubolon, 2001:91.
2.4.3 Evaluasi Perguruan Tinggi