Thalassaemia berasal dari bahasa Yunani yaitu Talasa  yang artinya Laut dan  Emia  yang  artinya  terkait  dengan  darah  dan  dalam  sejarahnya  banyak
ditemukan di daerah Mediterania Weatherall, 1977  Yaish 2007.
Menurut hukum Mendel  dalam  Latief  dkk,  1985  Thalassaemia merupakan  penyakit  anemia  hemolitik  herediter  yang  diturunkan  dari  kedua
orangtua kepada anak-anaknya.
Rizkiani 2009 menyebutkan Thalassaemia merupakan penyakit dimana sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal
120 hari, sehingga penderita akan mengalami anemia.
Thalassaemia,  khususnya  Thalassaemia-beta  merupakan  suatu  kelainan 27eprese yang paling sering ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Jenis
penyakit Thalassaemia adalah penyakit hemolitik yang diderita seumur hidup sejak umur kurang dari 1 tahun, penyakit ini menimbulkan baik masalah dari
segi medis maupun sosial. Penderita Thalassaemia membutuhklan  transfuse darah seumur hidup. Frekuensi gen Thalassaemia di Indonesia berkisar antara
3-10, dan diperkirakan lebih dari 2000 kasus baru dilahirkan setiap tahun di Indonesia IDAI, 2004.
2. Penyebab Thalassaemia
Eleftheriou  2003  menjelaskan Thalassaemia  adalah  sekelompok heterogen  gangguan genetik di  mana  produksi  hemoglobin  normal  adalah
sebagian  atau  seluruhnya  ditekan  karena  cacat  sintesis  dari  satu  atau  lebih rantai globin. Eleftheriou juga menjelaskan tidak ada diagnosis thalassaemia
pada anak  yang lahir dengan thalassaemia menunjukkan tanda-tanda adanya penyakit ini.
Thalassaemia berkembang akibat adanya ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin
dalam darah, yang disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Selain itu,  Thalassaemia  disebabkan  oleh  sel-sel  darah  didalam  tubuh  yang  yang
tidak  mengandung  cukup  Hemoglobin,  kelainan  hemoglobin  ini  disebabkan
Universitas Sumatera Utara
karena  adanya  perubahan  pada  salah  satu  bagian  gen  hemoglobin Kusumawardani, 2010.
Kembali  menurut  Eleftheriou  2003,  jika  seseorang  dilakukan  tes laboratorium akan muncul adanya kemungkinan gagal tes untuk ditemukannya
thalassaemia, terutama jika orang tua belum dilakukan tes  yang sama, tidak ada tes prenatal dilakukan anak yang terkena dampak lain di dalam keluarga.
Alasannya adalah sangat sulit untuk mendiagnosis pada tahap awal, kehadiran dalam jumlah yang cukup hemoglobin janin HbF memastikan keseimbangan
dalam  jumlah  rantai  globin  dan  yang  membentuk  HbF.  Thalassemia  dapat didiagnosis  pada  usia  dini  dengan  menggunakan  teknik  molekuler  yang
mengidentifikasi  mutasi  bahwa  anak  telah mewarisi  dari  orang  tua  masing- masing. Namun, tes ini hanya mungkin dilakukan apabila timbul kecurigaan
spesifik  misalnya,  di  mana  program  skrining  bayi  baru  lahir  dengan  baik pertimbangkan  juga,  tes diagnostik yang  terlibat  dalam  identifikasi
thalassemia utama incoclusive pada  tahap  awal  .  Namun,  deteksi  mungkin digunakan dalam mendiagnosis adanya varian HbE atau HbS.
Dalam  kebanyakan  kasus,  thalassaemia  mayor  dan  dapat  didiagnosis sebelum usia 2 tahun. Pada Thalassemia intermedia, dapat tetap terdiagnosis
untuk waktu yang lebih lama dan dilakukan tes untuk mengetahuinya.
3. Jenis- jenis Thalassaemia