15
3. Model John Elliot
Model Lewin juga ditafsirkan oleh Elliot sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Model ini hampir sama dengan model yang disajikan Kemmis.
Gambar 2. Model Elliot
PTK menurut model Elliot dimulai dengan identifikasi masalah yang terjadi di kelas. Sebagaimana telah dipaparkan pada model yang pertama, guru
harus dapat mengetahui masalah apa yang terjadi di kelasnya. Setelah masalah tersebut teridentifikasi maka peneliti melanjutkan dengan pemeriksaan di kelas.
Bila guru sebagai peneliti maka masalah-masalah yang telah diidentifikasi dapat dirasakan langsung atau teramati secara langsung. Bila PTK dilakukan dengan
16
kolaborasi sesama guru, maka guru yang lain harus dapat mengamati langsung kondisi yang ada di kelas setelah memperoleh masukan dari rekan guru.
4. Model Ebbutt
Ebbutt 1985 melakukan penelahaan terhadap praktik penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Kegiatan penelahaan terfokus pada
pelaksanaan kolaborasi antar tim peneliti. Ia mengemukakan bahwa praktik kolaborasi menimbulkan dilema antara peneliti dan sasaran penelitian. Demikian
juga dalam PTK, Ebbutt lebih memusatkan kegiatan pada adanya kesenjangan antara mengajar untuk pemahaman dan mengajar untuk kebutuhan.
Dalam analisisnya, Ebbutt menelaah adanya dilema dalam kolaborasi antar peneliti yang berasal dari luar kelas dengan agenda penelitiannya dan guru-guru
yang lain menyelidiki dan memperoleh gambaran atau pantulan dari apa yang mereka praktikan sendiri.
Dalam PTK, Ebbutt mengemukakan dua hal, yakni a sangat memperhatikan alur logika penelitian tindakan, dan b menjabarkan teori sistem
yang terdiri atas subsistem-subsistem atau konseptual ke dalam bentuk kegiatan operasional.
5. Model McKernan
Model McKernan juga terdiri atas siklus-siklus seperti disajikan pada Gambar 3. Gurupeneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang
memerlukan tindakan untuk mengatasinya. Setelah itu, dilakukan analisis masalah yang terjadi sehingga dapat ditetapkan masalah-masalah pokok yang akan
dipecahkan. Dalam hal ini guru dapat membuat rumusan masalah yang akan dipecahkan. Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk
menetapkan tindakan yang digunakan dan perangkat-perangkat yang diperlukan untuk memecahkan masalah termasuk juga pemahaman peneliti terhadap
teorifilosofilangkah-langkah penerapan tindakan. Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi, peneliti membuat
hipotesis tindakan agar upaya pemecahan tindakan dapat dilakukan. Hipotesis
17
tindakan dapat dalam bentuk: “jika ……maka……” misalnya “jika pembelajaran matematika dilaksanakan dengan metode pemecahan masalah maka hasil belajar
siswa akan lebih baik”.
Gambar 3. Model McKernan
Setelah hipotesis tindakan disusun, peneliti membuat rencana tindakan seperti RPP, lembar observasi, tes, bahan ajar, media, dan lain-lain yang
diperlukan dalam pembelajaran. Rencana tindakan tersebut kemudian diterapkan dalam proses pembelajaran dimana peneliti menerapkan RPP yang telah dibuat
sambil mengumpulkan data proses dan hasil belajar. Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai minimal 3 pertemuan, dilakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran. Apakah tindakan yang diimplementasikan telah efektif atau belum maka peneliti melakukan keputusan untuk melanjutkan pada tahap
berikutnya atau sudah tercapai target yang diinginkan.
18
D. Rangkuman