Materi Pembelajaran Teknik – dari UM (revisi)

(1)

MODUL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

DAN

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI)

Naskah disiapkan untuk materi acuan pada

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15

Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang

oleh:

Dr. Eddy Sutadji, M.Pd

Dr. H. Dwi Agus Sudjimat, ST., M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 15


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga Modul “Penelitian Tindakan Kelas/PTK” dan ”Teknik Penulisan Karya Ilmiah/KI” berhasil diselesaikan.

Naskah dalam bentuk Modul Pembelajaran ini ditulis dalam rangka disiapkan untuk materi acuan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15 Universitas Negeri Malang, khususnya untuk Fakultas Teknik UM.

Modul Pembelajaran ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan berbagai pihak, terutama Pengelola PSG Rayon 5 Universitas Negeri Malang, serta kontributor materi bahan pembelajaran ini, disampaikan terima kasih.

Besar harapan kami agar modul ini dapat memberikan sumbangan dalam hal teori, konsep, prinsip, dan prosedur dalam melakukan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Atas semua amal baik dan jerih payah yang telah diberikan semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien.

Malang, 23 April 2012 Tim Penulis


(3)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Kerangka Isi Pembelajaran (Epitome) ... v

Tujuan Pembelajaran Modul PTK dan KI ... v

KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 1

A. Tujuan Pembelajaran ... 1

B. Pendahuluan ... 1

C. Materi Belajar ... 2

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 2

2. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 3

3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... 6

4. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 8

5. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas ... 11

6. Model-model Penelitian Tindakan Kelas ... 13

D. Rangkuman ... 18

E. Soal Latihan ... 18

F. Kunci Jawaban ... 19

KEGIATAN BELAJAR 2: PROSEDUR PELAKSANAAN PTK ... 20

A. Tujuan Pembelajaran ... 20

B. Pendahuluan ... 20

C. Materi Belajar ... 22

1. Penetapan Fokus Permasalahan ... 22

2. Perencanaan Tindakan ... 39

3. Pelaksanaan Tindakan ... 40

4. Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data ... 43

5. Refleksi ... 48

D. Rangkuman ... 49

E. Soal Latihan ... 50

KEGIATAN BELAJAR 3: PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 51

A. Tujuan Belajar ... 51

B. Pendahuluan ... 51

C. Materi Belajar ... 51

D. Rangkuman ... 55


(4)

iv

KEGIATAN BELAJAR 4:

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 57

A. Tujuan Pembelajaran ... 57

B. Pendahuluan ... 57

C. Materi Pembelajaran ... 58

D. Rangkuman ... 62

E. Soal Latihan ... 62

KEGIATAN BELAJAR 5: TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI) ... 63

A. Tujuan Pembelajaran ... 63

B. Pendahuluan ... 63

C. Materi Pembelajaran ... 63

D. Rangkuman ... 69

E. Soal Latihan ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(5)

v

KERANGKA ISI PEMBELAJARAN (EPITOME): PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN KARYA ILMIAH

TUJUAN PEMBELAJARAN MODUL PTK DAN KI

Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan dapat: 1. menjelaskan hakikat penelitian tindakan kelas (PTK),

2. menjelaskan pentingnya PTK dalam pelaksanaan tugas profesionalisme guru, 3. membedakan PTK, studi kasus, dan penelitian eksperimental,

4. menjelaskan prosedur PTK, 5. menyusun proposal PTK,

6. menjelaskan cara menyusun laporan PTK, 7. menjelaskan ragam karya ilmiah, dan

8. menggunakan berbagai teknik penulisan untuk menyusun proposal PTK.

Waktu

Penelitian Proses Penelitian

Refleksi Awal

Masalah

Siklus I Rencana

Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi Refleksi/

Evaluasi

Siklus II Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi Refleksi/ Evaluasi

Siklus III Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi Refleksi/ Evaluasi

Dst.

Laporan Penelitian

Laporan Penelitian


(6)

1

KEGIATAN BELAJAR 1:

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta pelatihan dapat: 1. Mendeskripsikan makna PTK

2. Menyebutkan tujuan PTK 3. Menjelaskan manfaat PTK 4. Menyebutkan karakteristik PTK 5. Menjelaskan prinsip-prinsip PTK 6. Menjelaskan jenis-jenis PTK 7. Menjelaskan model-model PTK

B. Pendahuluan

Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain: peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari semua cara tersebut peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik menduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif. Dampak positif tersebut berupa: (1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan masalah pembelajaran yang dihadapi secara nyata; (2) peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar; (3) peningkatan keprofesionalan pendidik; dan (4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian (Ditnaga Dikti, 2008).

Upaya meningkatkan kompetensi pendidik untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang dihadapi saat menjalankan tugasnya dapat dilakukan melalui PTK oleh guru. Melalui PTK masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar di lingkungan sekolah, yang di dalamnya


(7)

2

terdapat unsur pimpinan sekolah, tenaga pendidik (guru), tenaga kependidikan (laboran, teknisi, pustakawan, tenaga administrasi), dan siswa. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan masalah-masalah pembelajaran, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan saling memberdayakan.

PTK bersifat kolaboratif, dalam pengertian kegiatan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota peneliti pada setiap kegiatan penelitian, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian (menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan, mengobservasi, merekam data, mengevaluasi, dan melakukan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir. Kedudukan antar anggota peneliti (sesama guru) harus setara, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab sesuai dengan pembagian tugas yang telah disepakati.

PTK berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi alami. Penelitiannya adalah pelaku praktik itu sendiri dan pengguna langsung hasil penelitiannya. Lingkup ajang penelitiannya sangat terbatas. Yang paling menonjol adalah bahwa PTK ditujukan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara meningkat dan berkelanjutan.

C. Materi Belajar 1: Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi


(8)

3

terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.

Ebbut (1985) mengatakan bahwa PTK merupakan studi sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. PTK adalah bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh pendidik untuk menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah belajar peserta didik di kelas/laboratorium/lapang dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dikemukakan ciri khas PTK sebagai berikut: (1) dilakukan sendiri oleh guru sebagai pengelola kelas; (2) berangkat dari masalah aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas; (3) adanya tindakan tertentu yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas; (4) memiliki kerangka kerja yang teratur dengan berdasarkan hasil observasi nyata dan perilaku; (5) kolaboratif, guru bekerjasama dengan guru/orang lain; (6) fleksibel dan adaptif (memungkinkan adanya perubahan selama penelitian); dan (7) pengembangan profesional.

Materi Belajar 2: Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Selain itu, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.


(9)

4

Secara lebih rinci tujuan PTK adalah:

1. Memperbaiki praksis pembelajaran secara langsung;

2. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran;

3. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para pendidik agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran;

4. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para pendidik, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran;

5. Meningkatkan kolaborasi antar pendidik dalam memecahkan masalah pembelajaran;

6. Untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas, yakni PTK merupakan cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan layanan pendidikan melalui penyempurnaan praktik pembelajaran di kelas;

7. Untuk meningkatkan relevansi pendidikan, yakni PTK dapat meningkatkan relevansi unsur-unsur dalam proses pembelajaran dengan karakteristik pribadi siswa, tuntutan masyarakat, perkembangan pengetahuan sehingga terjadi perbaikan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran;

8. Meningkatkan mutu hasil pendidikan artinya meningkatkan motivasi siswa sehingga bersifat positif terhadap pembelajaran;

9. Meningkatkan efesiensi pengelolaan pendidikan yaitu memanfaatkan sumber-sumber daya yang terintegrasi dalam pendidikan;

10.Melalui PTK masalah-masalah pembelajaran dapat dikaji, dicari cara pemecahan masalah ,kualitas dapat ditingkatkan dan dituntaskan dengan harapan proses pembelajaran yang kreatif-inovatif dan hasil belajar yang lebih baik dapat diwujudkan oleh para guru sendiri di sekolahnya;

11.Untuk menciptakan budaya meneliti dan budaya belajar di sekolah;

12.Melalui PTK diharapkan guru mampu meningkatkan, memperbaiki dan melakukan perubahan pembelajaran yang lebih baik,kreatif dan inovatif; dan


(10)

5

13.Dimungkinkannya guru menemukan suatu pola/model/prosedur pembelajaran yang lebih efektif yang dapat menjadi kekayaan intelektualnya.

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan PTK adalah: 1. Perbaikan/peningkatan terhadap kualitas pembelajaran;

2. Peningkatan efektivitas terhadap pemanfaatan sumber belajar, media-teknologi pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran; dan

3. Peningkatan terhadap kinerja belajar siswa dan perubahan sikap siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah (aktif, lebih mandiri, partisipatif).

Manfaat lain dari PTK adalah:

1. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.

2. Peningkatan sikap profesional guru dan dosen.

3. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa. 4. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. 5. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu

belajar, dan sumber belajar lainnya.

6. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

7. Perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah. 8. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.


(11)

6

Materi Belajar 3: Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Karakteristik PTK adalah:

1. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia pendidikan.

2. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis.

3. Fleksibel dan adaftif, karenanya memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengontrolan.

4. Partisipatori karena peneliti dan anggota tim sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung.

5. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.

6. Ada komitmen pada peningkatan pendidikan.

7. Ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan pemahaman.

8. Direncanakan berdasarkan hasil reflektif kritis terhadap praktik terkait. 9. Dilakukan pemantauan secara sistematik untuk menghasilkan data yang

akurat.

Perbedaan PTK, Studi Kasus dan Penelitian Eksperimental

Selain PTK, ada dua kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah belajar siswa, yaitu studi kasus dan penelitian eksperimental. Oleh karena itu pemahaman secara pokok/garis besar terhadap kedua hal tersebut sangat penting bagi guru agar ia dapat melakukan PTK dengan benar dan tidak “terjebak” pada pelaksanaan studi kasus maupun penelitian eksperimental. Perbedaan pokok antara PTK dan studi kasus terletak pada fokus masalah belajar yang dipecahkannya. Pada PTK, masalah belajar yang menjadi fokus kajian guru adalah masalah belajar yang terjadi di kelas, atau masalah belajar yang dialami oleh sebagian besar peserta didik di kelas, sedangkan pada studi kasus, masalah belajar yang menjadi fokus kajian guru adalah


(12)

masalah-7

masalah belajar yang dialami oleh peserta didik tertentu saja, atau masalah belajar yang dialami oleh sebagian kecil peserta didik di kelas.

Perbedaan pokok antara PTK dan penelitian eksperimental dapat ditinjau dari berbagai aspek sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perbedaan PTK dan Penelitian Eksperimental Aspek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Eksperimental Pelaksana Dilakukan oleh guru, guru

berkolaborasi dengan guru lain atau dosen.

Dilakukan oleh orang luar.

Sampel Kerepresentatifan sampel tidak menjadi persyaratan penting. Subyek penelitian adalah kelas yang mempunyai masalah

Sampel harus representatif (terwakili), dipilih dengan teknik tertentu (misal acak).

Validitas Lebih mengutamakan validitas internal

Mengutamakan validitas internal dan eksternal

Analisis Data

Tidak menuntut penggunaan analisis statistik yang rumit.

Menuntut penggunaan analisis statistik yang rumit.

Hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis. Hipotesis

menggambarkan dampak tindakan yang akan dilakukan.

Mempersyaratkan hipotesis yang menunjukkan

hubungan antara variable bebas dan terikat.

Tujuan Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung.

Mengembangkan teori atau mencari temuan baru.

Hasil Hasil penelitian merupakan metode praktis peningkatan mutu

pembelajaran.

Hasil penelitian merupakan produk ilmu atau

penerapan ilmu. Prosedur Berlangsung siklis dan fleksibel

terhadap perubahan rancangan.

Berlangsung linear (bergerak maju). Menggunakan rancangan dan kontrol yang ketat.

Sifat Kolaboratif dan kooperatif. Tidak kolaboratif dan Individual. (Sumber: Dasna, 2008).


(13)

8

Materi Belajar 4: Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut:

1. Tugas utama guru adalah mengajar

Bahwa tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran.

2. Metode penelitian harus tidak mengacaukan/mengganggu komitmen mengajar

Bahwa guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerla ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas secara rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen profesional guru untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.

3. Metode pengumpulan data harus tidak menyita banyak waktu mengajar Bahwa metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.

4. Metode yang diterapkan harus terandalkan sehingga memungkinkan guru membuat hipotesis tindakan yang mantap dan mengembangkan strategi yang dapat diterapkan di kelas

Bahwa metode yang digunakan harus terencana secara cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan.


(14)

9

5. Masalah penelitian yang dipilih harus yang benar-benar dikuasai dan dapat dipecahkan

Bahwa permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.

6. Peneliti harus memperhatikan etika penelitian yang berlaku

Bahwa dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga terkait, dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.

7. Sejauh mungkin penelitian harus berorientasi harapan masa depan pembelajaran atau sistem persekolahan

Bahwa kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.

8. Profesionalisme guru yang baik perlu otonom dalam mempertimbangkan pekerjaannya secara profesional

Bahwa meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah.


(15)

10

Azas-azas PTK: 1. Kritik Reflektif

a. Mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat; catatan pengamatan, transkrip wawancara, atau dokumen resmi;

b. Menjelaskan dasar reflektif catatan-catatan; dan c. Pernyataan dapat ditransformasi menjadi pertanyaan. 2. Kritik Dialektis

Pendekatan dialektis menuntut peneliti untuk melakukan kritik terhadap gejala yang diteliti (Winter, 1989). Hal ini memerlukan pemeriksaan terhadap:

a. Konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan kesatuan, b. Struktur kontradiksi internal – dibalik kesatuannya yang jelas

memungkinkan adanya kecenderungan untuk berubah meskipun ia stabil.

3. Sumber Daya Kolaboratif

Perlu dipertimbangkan bagaimana dengan konsep keobyektifan yang memiliki empat pengertian berikut (Winter, 1989):

a. Proses kolaboratif berfungsi sebagai sebagai tantangan terhadap keobyektifan seseorang.

b. Proses kolaboratif melibatkan pemeriksaan terhadap hubungan antar data yang disediakan oleh berbagai orang yang terlibat dalam penelitian.

c. Keluaran proses adalah sederet analisis yang didasari hubungan yang melekat dan diperlukan.

d. Keluaran proses tersebut berupa usulan praktis. 4. Asas Resiko

Bahwa peneliti harus berani mengambil resiko melalui proses penelitiannya. Salah satu resikonya adalah kadangkala rumusan hipotesis tindakan tidak sesuai atau tidak terbukti, kemungkinan adanya tuntutan melakukan perubahan atau inovasi.


(16)

11

5. Struktur Majemuk

Berhubungan dengan gagasan bahwa gejala yang diteliti harus mencakup semua unsur pokok agar menyeluruh. Misalnya, bila situasi pembelajaran yang diteliti, situasinya harus mencakup (paling tidak) guru, siswa, tujuan pembelajaran, interaksi pembelajaran, dan keluaran.

Materi Belajar 5: Jenis-jenis dan Model-model PTK A. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Setidaknya terdapat empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diagnostik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, dkk 1982). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.

1. Penelitian Tindakan Diagnostik

Dirancang untuk menuntun/membimbing suatau permasalahan anak, kelas atau sekolah ke arah tindakan yang lebih baik. Misalnya di sekolah terjadi pertengkaran antara beberapa kelompok siswa yang sering disertai perkelahian. Suatu tim peneliti mengungkap dalam permasalahan tersebut; wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang berkelahi; tentang keikutsertan dalam perkelahian. Informasi yang diperoleh ditabulasikan, hasilnya dianalisis ,dan rekomendasinya dibuat.

2. Penelitian Tindakan Partisipan

Orang yang akan melakukan PTK partisipan ini harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Mereka tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertantu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan tersebut.


(17)

12

3. Penelitian Tindakan Empiris

Gagasan dasar penelitian jenis ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.

Secara ideal penelitian tindakan empiris bekerja dengan satu kelompok atau beberapa kelompok yang sejenis.

4. Penelitian Tindakan Eksperimental

Jenis penelitian ini memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi penelitian jenis ini, merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan dengan berhasil.

Kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul:

a. Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya.

b. Kekurangmampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan. c. Kekurangmampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak


(18)

13

Materi Belajar 6: Model-Model Penelitian Tindakan

Pada mulanya penelitian tindakan dilaksanakan pada bidang psikologi sosial oleh Kurt Lewin. Perkembangan berikutnya, penelitian tindakan tersebut berkembang menjadi penelitian tindakan kelas (classroom action research) pada tahun 1970-an untuk memecahkan masalah pada bidang pendidikan.

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbutt, dan (5) Model McKernan.

1. Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model

action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang

memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (a) perencanaan (planning), (b) tindakan (acting), (c) pengamatan (observing), dan (d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

2. Model Kemmis dan Taggart

Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.

Model Kemmis dan Taggart paling banyak digunakan pada PTK di Indonesia. Model ini terdiri dari siklus-siklus yang saling berhubungan di mana pada tiap-tiap siklus terdiri dari tahap-tahapan: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan (observasi), dan (d) refleksi. Bila siklus I belum mencapai indikator yang ditargetkan maka dilanjutkan dengan siklus kedua yaituperbaikan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus berikutnya selalu dimulai dengan perbaikan tindakan dari siklus sebelumnya. Model PTK Kemmis dan Taggart disajikan pada Gambar 1 di bawah.


(19)

14

Gambar 1. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart

Pada model Kemmis dan Taggart, perbaikan tindakan dilakukan setelah refleksi. Perbaikan tindakan apa yang akan dilakukan belum dapat diketahui sebelum implementasi tindakan.

Keterangan : 1. Perenungan

2. Perencanaan (penerapan model tindakan I)

3. Tindakan dan observasi I 4. Refleksi I

5. Rencana terevisi II (penerapan model tindakan II)

6. Tindakan dan observasi II 7. Refleksi II

8. Rencana terevisi III (penerapan model tindakan III)

9. Tindakan dan observasi III


(20)

15

3. Model John Elliot

Model Lewin juga ditafsirkan oleh Elliot sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Model ini hampir sama dengan model yang disajikan Kemmis.

Gambar 2. Model Elliot

PTK menurut model Elliot dimulai dengan identifikasi masalah yang terjadi di kelas. Sebagaimana telah dipaparkan pada model yang pertama, guru harus dapat mengetahui masalah apa yang terjadi di kelasnya. Setelah masalah tersebut teridentifikasi maka peneliti melanjutkan dengan pemeriksaan di kelas. Bila guru sebagai peneliti maka masalah-masalah yang telah diidentifikasi dapat dirasakan langsung atau teramati secara langsung. Bila PTK dilakukan dengan


(21)

16

kolaborasi sesama guru, maka guru yang lain harus dapat mengamati langsung kondisi yang ada di kelas setelah memperoleh masukan dari rekan guru.

4. Model Ebbutt

Ebbutt (1985) melakukan penelahaan terhadap praktik penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Kegiatan penelahaan terfokus pada pelaksanaan kolaborasi antar tim peneliti. Ia mengemukakan bahwa praktik kolaborasi menimbulkan dilema antara peneliti dan sasaran penelitian. Demikian juga dalam PTK, Ebbutt lebih memusatkan kegiatan pada adanya kesenjangan antara mengajar untuk pemahaman dan mengajar untuk kebutuhan.

Dalam analisisnya, Ebbutt menelaah adanya dilema dalam kolaborasi antar peneliti yang berasal dari luar kelas dengan agenda penelitiannya dan guru-guru yang lain menyelidiki dan memperoleh gambaran atau pantulan dari apa yang mereka praktikan sendiri.

Dalam PTK, Ebbutt mengemukakan dua hal, yakni (a) sangat memperhatikan alur logika penelitian tindakan, dan (b) menjabarkan teori sistem yang terdiri atas subsistem-subsistem atau konseptual ke dalam bentuk kegiatan operasional.

5. Model McKernan

Model McKernan juga terdiri atas siklus-siklus seperti disajikan pada Gambar 3. Guru/peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang memerlukan tindakan untuk mengatasinya. Setelah itu, dilakukan analisis masalah yang terjadi sehingga dapat ditetapkan masalah-masalah pokok yang akan dipecahkan. Dalam hal ini guru dapat membuat rumusan masalah yang akan dipecahkan. Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk menetapkan tindakan yang digunakan dan perangkat-perangkat yang diperlukan untuk memecahkan masalah termasuk juga pemahaman peneliti terhadap teori/filosofi/langkah-langkah penerapan tindakan.

Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi, peneliti membuat hipotesis tindakan agar upaya pemecahan tindakan dapat dilakukan. Hipotesis


(22)

17

tindakan dapat dalam bentuk: “jika ……maka……” misalnya “jika pembelajaran matematika dilaksanakan dengan metode pemecahan masalah maka hasil belajar siswa akan lebih baik”.

Gambar 3. Model McKernan

Setelah hipotesis tindakan disusun, peneliti membuat rencana tindakan seperti RPP, lembar observasi, tes, bahan ajar, media, dan lain-lain yang diperlukan dalam pembelajaran. Rencana tindakan tersebut kemudian diterapkan dalam proses pembelajaran dimana peneliti menerapkan RPP yang telah dibuat sambil mengumpulkan data proses dan hasil belajar. Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai (minimal 3 pertemuan), dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. Apakah tindakan yang diimplementasikan telah efektif atau belum maka peneliti melakukan keputusan untuk melanjutkan pada tahap berikutnya atau sudah tercapai target yang diinginkan.


(23)

18

D. Rangkuman

1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran. 2. PTK memiliki beberapa model, seperti: model Kurt Levin, model Kemmis

dan Taggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan. Masing-masing model tersebut mempunyai kesamaan bahwa PTK terdiri dari siklus-siklus, bertolak dari masalah di kelas.

3. Bersifat siklis, artinya PTK terikat siklus-siklus (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan, dan refleksi) sebagai prosedur baku penelitian. 4. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu

tertentu (misalnya 2/3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.

5. Bersifat partikular-spesifik yang tidak bermaksud melakukan generaliasi. 6. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku

perubahan dan sasaran yang perlu diubah.

7. Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.

8. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru. 9. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang

pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan, dan tercapainya tujuan penelitian.

E. Soal Latihan

1. Deskripsikan secara singkat makna PTK? 2. Deskripsikan secara singkat tujuan PTK? 3. Deskripsikan secara singkat manfaat PTK? 4. Deskripsikan secara singkat karakteristik PTK?


(24)

19

5. Deskripsikan secara singkat prinsip-prinsip PTK?

6. Deskripsikan secara singkat prinsip utama model-model dalam PTK?

F. Kunci Jawaban

1. Makna PTK adalah strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan masalah-masalah pembelajaran, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan saling memberdayakan.

2. Tujuan PTK untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Selain itu, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.

3. Manfaat PTK adalah (a) perbaikan/peningkatan terhadap kualitas pembelajaran; (b) peningkatan efektivitas terhadap pemanfaatan sumber belajar, media pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran; dan (c) peningkatan terhadap kinerja belajar siswa dan perubahan sikap siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

4. Karakteristik PTK adalah (a) spesifik dan kontekstual, (b) problem solving, (c) kolaboratif, dan (d) reflektif.

5. Prinsip-prinsip PTK adalah (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental.

6. PTK memiliki beberapa model, seperti: model Kurt Levin, model Kemmis dan Taggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan. Masing-masing model tersebut mempunyai kesamaan bahwa PTK terdiri dari siklus-siklus, bertolak dari masalah di kelas.


(25)

20

KEGIATAN BELAJAR 2:

PROSEDUR PELAKSANAAN PTK

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta workshop dapat: 1. Menetapkan fokus permasalahan PTK

2. Membuat perencanaan tindakan 3. Melaksanakan tindakan dalam PTK

4. Melakukan pengamatan/observasi dan pengumpulan data 5. Melakukan refleksi

B. Pendahuluan

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK, yakni:

(1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

(2) Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasar- kan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.

(3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).

Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut.


(26)

21

Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut:

(1) Penetapan fokus permasalahan (2) Perencanaan tindakan

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi) (5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut.

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Siklus Kegiatan PTK

!


(27)

22

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.

Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.

Materi Belajar 1: Penetapan Fokus Permasalahan

Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.

1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai? 2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?

3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai? 4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?


(28)

23

Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.

1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK.

2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.

3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.

Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.

1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?

2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan? 3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan

praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?

Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut.

(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.


(29)

24

(2) Memilah dan mengklasifikasikan permasalahan menurut jenis/bidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut.

(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.

(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis.

Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.

(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi? (2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?

(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah? (4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?

(5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah?

Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan.

Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut.


(30)

25

(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?

(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?

(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?

(4) Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran mekanika kekuatan bahan?

Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.

(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.

(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukkan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya.

(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya.


(31)

26

Tabel 1. Peta Permasalahan dan Tema Penelitian Tindakan Kelas

Jenis Permasalahan Tema Penelitian

1. Manajemen dan Iklim Kelas

a. Perbaikan ikim kelas untuk kepentingan pendidikan b. Peran serta siswa dalam pengembangan pemanfaatan iklim

kelas

c. Peningkatan belajar dan mengajar yang inovatif dan produktif d. Kemangkiran siswa

2. Proses Belajar Mengajar (PBM)

a. Peningkatan penguasaan bahan pengajaran b. Peningkatan daya serap siswa

c. Peningkatan prestasi belajar siswa

d. Peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu e. Perbaikan urutan dan prasyarat bahan ajar

f. Peningkaatan profesionalisme guru g. Peningkatan efektivitas proses evaluasi

3. Sumber Belajar a. Pengadaan dan pendayagunaan media pembelajaran

b. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar

c. Penciptaan sumber belajar yang kreatif dan fungsional oleh guru SMK

d. Penggunaan Kit Perbaikan Sepeda Motor

4. Sosio Psikologik Pembelajaran

a. Peningkatan efektivitas pola hubungan antara guru, siswa, dan orang tua dalam PBM

b. Peningkatan kesiapan dan kematangan belajar siswa c. Peningkatan konsep diri siswa terhadap mata pelajaran d. Pembinaan integritas kepribadian siswa

*) Sumber: Nunuy Nurjanah (2007)

Lewin menggambarkan penelitian tindakan, termasuk PTK, sebagai cara kerja yang memiliki tahapan-tahapan yang bersifat spiral, yang terdiri atas perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Prosedur kerja penelitian tindakan tersebut selanjutnya direvisi dan disempurnakan oleh Kemmis dan McTaggart (1988) menjadi: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang disebut dengan siklus PTK. Suatu PTK umumnya dilaksanakan minimal dalam dua siklus, atau bahkan lebih, di mana setiap siklusnya minimal terdiri dua kali pertemuan. Visualisasi prosedur PTK ditunjukkan pada diagram di halaman 1.


(32)

27

a. Refleksi Awal

Siklus pertama setiap PTK diawali dengan refleksi awal yang merupakan kegiatan penjajagan dengan cara mengumpulkan data dan informasi tentang situasi pembelajaran di kelas di mana guru mengajar (Sudjimat, 2008). Tujuannya adalah untuk mengungkapkan dan menyadarkan guru akan adanya permasalahan pembelajaran yang perlu dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud dapat berupa: rendahnya motivasi belajar peserta didik, kurangnya keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, terjadinya kesalahan konsep pada peserta didik, rendahnya hasil belajar peserta didik, rendahnya kecakapan akademik peserta didik, rendahnya kecakapan sosial peserta didik, dan lain sebagainya.

Kegiatan refleksi awal dapat dilakukan guru dengan berbagai cara, misalnya: (1) mengamati perilaku belajar peserta didik; (2) mengevaluasi hasil belajar peserta didik; (3) mewawancari para peserta didik terkait dengan masalah belajar mereka; (4) berdiskusi dengan guru lain tentang permasalahan belajar peserta didik; (5) merenung dan berpikir secara mendalam tentang proses dan hasil belajar peserta didik; dan lain sebagainya. Berikut ini diberikan dua contoh hasil refleksi awal yang berkaitan dengan pembelajaran Matematika Teknik di SMK.

Contoh 1: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kemampuan matematika teknik” peserta didik SMK “Merah Putih”.

1. Para peserta didik lebih tertarik pada kegiatan belajar yang bersifat fisik (praktik) dibandingkan dengan kegiatan belajar yang bersifat berpikir dan pemecahan masalah.

2. Dalam kehidupan sekolah, kegiatan belajar matematika teknik kurang mendapatkan porsi yang layak.

3. Dalam mengajar, guru matematika teknik kurang mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan permasalahan keteknikan yang menjadi kompetensi keahlian para peserta didik.

4. Dalam mengajar guru cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah yang diikuti dengan latihan soal-soal beserta pembahasannya.

5. Movitasi belajar matematika teknik para peserta didik rendah. 1. Kemampuan matematika teknik para peserta didik rendah.

2. Sarana dan prasarana yang menunjang upaya pengembangan kemampuan matematika teknik peserta didik sangat terbatas.


(33)

28

Contoh 2: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kompetensi kerja bangku” peserta didik SMK “Merah Putih”.

3. Hasil belajar kompetensi kerja bangku peserta didik relatif rendah, di mana 45% peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar.

4. Peserta didik bekerja secara individual dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga interaksi antarmereka relatif kurang.

5. Kemampuan peserta didik memahami lembar kerja (job sheet) relatif rendah. 6. Guru jarang memberikan balikan terhadap hasil kerja peserta didik, sehingga

peserta didik tidak mengetahui kekurangan atas pekerjaan yang dihasilkannya. 7. Peserta didik jarang bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tugasnya.

Contoh 3. Hasil refleksi awal terhadap pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) pada Kompetensi Keahlian Teknik Mesin SMK ”Merah Putih”.

1. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan guru masih menggunakan sistem pembelajaran konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab. 2. Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori, namun lebih suka

pelajaran praktikum.

3. Motivasi belajar sebagian besar peserta didik yang ditunjukkan dengan keterlibatan mereka dalam pembelajaran rendah.

4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah.

5. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar minimum hanya sebesar 60%.

6. Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi yang diberikan oleh guru.

7. Materi pembelajaran yang dipelajari peserta didik diambil dari buku paket.

8. Sebagian besar peserta didik terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru.


(34)

29

b. Masalah Pembelajaran

Berdasarkan hasil refleksi awal, guru harus segera menetapkan masalah pembelajaran yang akan dipecahkannya. Ada tiga hal penting yang harus dilakukan guru berkaitan dengan penetapan masalah pembelajaran yang akan dipecahkan ini, yaitu merumuskan judul penelitian, merumuskan masalah penelitian, dan merumuskan hpotesis tindakan.

1) Merumuskan Judul PTK

Setelah refleksi awal selesai dilakukan, maka guru harus segera merumuskan judul PTK yang akan dilaksanakannya beserta rumusan masalah penelitiannya. Rumusan judul PTK yang baik dapat diacukan pada kedua pedoman/pola praktis berikut ini.

Contoh 1:

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Teknik melalui Penggunaan Metode Problem-Based Learning Siswa Kelas XI-A Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Baja SMK Merah Putih Malang.

Contoh 2:

Penggunaan Metode Pembelajaran Maju Bersama (Maber) untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja Bangku Siswa Kelas X-C Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Merah Putih Malang.

Pola I:

• PENINGKATAN ……...…..….. (Masalah) • MELALUI ……….. (Tindakan) • SISWA KELAS ……….…. (Subyek) • SMK …….………..……. (Setting)

Pola II:

• PENGGUNAAN ……… (Tindakan) • UNTUK MENINGKATKAN …… (Masalah) • SISWA KELAS ……….…. (Subyek) • SMK ….………... (Setting)


(35)

30

Contoh 3:

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang.

Yang seringkali menjadi kesulitan para guru dalam merumuskan judul PTK ada dua hal, yaitu: (1) menetapkan adanya masalah pembelajaran; dan (2) memilih model/strategi/metode/ media yang akan digunakan sebagai tindakan untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut. Terkait dengan cara untuk menetapkan “masalah pembelajaran” berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan: (1) pilihlah masalah yang sangat strategis, yang apabila tidak dipecahkan/diatasi dapat berdampak pada timbulnya masalah yang lain; (2) masalah tersebut mendesak untuk segera diatasi; (3) untuk mengatasi masalah tersebut bisa dilaksanakan oleh pengajar/guru; dan (4) penyelesaian/pemecahan masalah tersebut sesuai dengan prioritas yang telah dipertimbangkan oleh guru. Di samping itu guru juga harus melakukan identifikasi dan analisis masalah sehingga akar masalah yang sesungguhnya ditemukan dan berdasarkan hal itu dapat dipilih alternatif pemecahan masalah yang tepat. Berikut ini diberikan contoh identifikasi dan analisis masalah yang diambil berdasarkan hasil refleksi awal sebagaimana ditunjukkan pada contoh judul PTK nomor 3.


(36)

31

Berdasarkan akar masalah tersebut guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif selama pembelajaran. Berdasarkan pemahaman guru yang mendalam tentang berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik Matapelajaran PDTM dan karakteristik peserta didik yang belajar maka guru memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT). Berdasarkan keputusan tersebut guru dapat menetapkan judul

PTK yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang.

Fakta yang diamati guru:

1.Sistem pembelajaran yang digunakan guru konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab.

2.Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori.

3.Motivasi belajar sebagian besar peserta didik rendah. 4.Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah. 5.Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan

belajar hanya 60%.

6.Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi diberikan oleh guru.

7.Materi pembelajaran diambilkan dari buku paket. 8.Sebagian besar peserta didik terlambat mengumpulkan

tugas.

Identifikasi masalah:

1.Kualitas proses belajar (2, 3, 5, 6, 7)

2.Kualitas hasil belajar (4, 5) 3.Metode pembelajaran:

kurang menarik.

Temuan:

Kualitas proses dan hasil belajar masih rendah.

Penyebab/Akar Masalah:

Metode pembelajaran kurang menarik, berpusat pada guru, dan kurang dapat melibatkan peserta didik secara aktif. Materi pembelajaran diambil dari buku paket.


(37)

32

2) Merumuskan Masalah Penelitian

Setelah menetapkan masalah dan menganalisisnya, kegiatan selanjutnya adalah merumuskan masalah secara jelas, spesifik, operasional, dan dalam bentuk kalimat tanya. Ada dua jenis kata tanya yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah penelitian, yaitu “apakah” dan “bagaimanakah”. Rumusan masalah penelitian yang menggunakan kata “apakah” berarti hanya menuntut jawaban “ya” atau “tidak” saja. Sedangkan masalah penelitian yang menggunakan kata “bagaimanakah” berarti menuntut jawaban yang berkaitan dengan “proses”. Berikut ini diberikan contoh rumusan masalah dari judul PTK yang telah diberikan sebelumnya.

o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

Bandingkan dengan rumusan berikut ini:

o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

3) Merumuskan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan secara operasional sesuai dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif. Perhatikan contoh berikut ini.

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.


(38)

33

2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

4) Merumuskan Hipotesis Tindakan

Setelah masalah dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dalam PTK berupa dugaan yang akan terjadi jika tindakan dilakukan. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan

yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Umumnya hipotesis PTK dirumuskan dengan menggunakan pola: “Jika... (tidakan

dilakukan), maka ... (masalah akan terpecahkan). Perhatikan contoh berikut ini:

1) Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka motivasi belajar siswa akan meningkat. 2) Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan

Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka hasil belajar siswa akan meningkat.

5) Tahap Perencanaan

Penyusunan perencanaan harus didasarkan pada hasil penjajagan tentang situasi pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan refleksi awal. Rencana tindakan ini disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah dirumuskan. Secara rinci perencanaan ini berisi: apa yang akan dilakukan guru beserta rasionalnya, siapa yang akan melakukan, di mana, kapan, dan bagaimana. Perencanaan ini bersifat lentur (tentatif dan fleksibel), dalam pengertian dapat berubah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

Secara teknis, perencanaan dalam PTK memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Perumusan rancangan tindakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan

beserta rancangan evaluasinya. Rancangan tindakan yang disusun hendaknya dapat memunculkan indikator keberhasilan, pengamatan atas indikator tersebut, pengkajian, dan penjelasan setiap perubahan yang terjadi.


(39)

34

2. Perancangan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan mendokumentasikan semua data atau informasi yang relevan.

3. Perencanaan metode pengolahan data sesuai dengan sifat datanya dan tujuan penelitian tindakan.

4. Penetapan bukti atau indikator yang menunjukkan seberapa jauh masalah yang telah dipilih dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan.

Contoh Perencanaan Tindakan:

1. Menetapkan spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai strategi penyampaian pembelajaran KD Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam pada Matapelajaran PDTM.

2. Membagi kelompok belajar.

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk KD Pengecoran pada Matapelajaran PDTM.

Catatan: RPP yang dirancang guru harus menunjukkan “kekhasannya” pada skenario/langkah-langkah pembelajarannya, yaitu skenario pembelajaran yang menggambarkan proses belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari (1) tahap penyajian kelas; (2) tahap belajar kelompok (team), (3) tahap permainan (game), (4) tahap turnamen

(tournament), dan (5) tahap penghargaan kelompok.

Spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan digunakan terdiri dari lima tahapan, yaitu: (1) tahap penyajian kelas; (2) tahap belajar kelompok (team), (3) tahap permainan (game), (4) tahap turnamen

(tournament), dan (5) tahap penghargaan kelompok.

Kelompok belajar siswa ditetapkan secara purposive random ditinjau dari kemampuan akademik siswa. Setiap kelompok terdiri dari lima siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi (1 orang), sedang (2 orang), dan rendah (2 orang).


(40)

35

4. Menyusun lembar kerja kelompok (LKK).

Catatan: LKK berisi sejumlah soal dalam bentuk esai yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok pada tahap belajar kelompok (team). Materi soal diambilkan dari materi pelajaran yang dipresentasikan guru di kelas pada tahap penyajian kelas. LKK dilengkapi dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang diorganisir secara terpisah dengan LKK yang berfungsi untuk mengoreksi kebenaran jawaban masing-masing kelompok.

5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan bernomor.

Catatan: Pertanyaan bernomor adalah pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diberi nomor tertentu yang akan ditanyakan kepada para siswa secara

berkelompok pada tahap permainan (game). Setiap soal/pertanyaan disertai dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang digunakan guru untuk mengoreksi kebenaran jawaban siswa.

6. Menyusun kartu soal.

Catatan: Kartu soal adalah sebuah kartu dari kertas dengan ukuran tertentu (misalnya: 10 x 15 cm) yang berisi sebuah soal/pertanyaan yang diberikan kepada para siswa pada tahap turnamen (tournament). Setiap soal dari kartu tertentu disertai dengan kunci jawaban dan rubrik penilaiannya yang

diorganisir secara terpisah sebagai pedoman guru untuk mengoreksi kebenaran jawaban siswa.

7. Menyusun metode dan alat perekam dan pengumpul data. Catatan:

o Untuk merekam motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung dapat digunakan: (1) alat berupa kamera video, (2) lembar observasi*), (3) pedoman analisis dokumen, dan (4) catatan harian.

o Untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa digunakan tes tertulis dalam bentuk tes esai.

o Untuk mengumpulkan data tanggapan siswa tentang proses pembelajaran digunakan angket.

*)

Contoh lembar penilaian/observasi motivasi belajar siswa terlampir (lihat Lampiran 1).


(41)

36

8. Menyusun perencanaan teknik pengolahan/analisis data.

Catatan: Data yang diperoleh dari kegiatan PTK ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa suasana belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kuantitatif berupa skor atau angka yang merepresentasikan motivasi belajar siswa selama mengikuti

pembelajaran dan hasil belajar siswa berdasarkan tes pada akhir setiap siklus.

o Data kuantitatif dianalisis menggunakan teknik persentase, dan data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif sebagaimana dimaksud oleh Moleong (2005).

o Data motivasi belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut: IMk = n x Sd

S

max

x 100 % (Adaptasi dari Arifiyanti, 2007:30)

Keterangan:

IMk : Persentase Indikator motivasi klasikal

ΣSd : Jumlah skor deskriptor yang muncul dari setiap indikator Smax : Skor maksimal indikator (bergantung jumlah deskriptor)

n : Jumlah siswa

o Taraf keberhasilan motivasi belajar siswa ditetapkan beradarkan kriteria sebagai berikut.

Tabel 2. Persentase Taraf Keberhasilan Motivasi Belajar Siswa Persentase keberhasilan Tingkat Keberhasilan Nilai dengan Huruf Nilai dengan Angka 81—100 61—80 41—60 21—40 02—0 Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang A B C D E 4 3 2 1 0 (Sumber: Arifiyanti, 2007:30).

o Berdasarkan deskriptor motivasi belajar yang telah ditetapkan, yaitu: minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dirangkum taraf keberhasilan motivasi belajar siswa menggunakan tabel sebagai berikut.


(42)

37

Tabel 3. Persentase Motivasi Belajar Siswa Deskriptor motivasi Skor (%) Tingkat keberhasilan Tingkat Keberhasilan Nilai dengan Huruf Nilai dengan Angka Minat Perhatian Konsentrasi Ketekunan Rata-rata

(Sumber: Arifiyanti, 2007:30)

o Data hasil belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

• Secara perorangan (individual): siswa dianggap telah “tuntas belajar” (TB) apabila penguasaannya mencapai 70% atau SKM ≥ 70,00. Taraf keberhasilan prestasi belajar siswa ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut.

Tabel 4. Persentase Taraf Keberhasilan Tindakan Prestasi Belajar Nilai Taraf Keberhasilan

90—100 Sangat Baik (A)

80—89 Baik (B)

70—79 Cukup (C)

0—69 Belum Tuntas (D) (Sumber: Ristianah, 2007:45)

• Secara kelompok (klasikal): ketuntasan belajar (TB) siswa dihitung menggunakan rumus: % 100 70 x siswa seluruh skor memperoleh yang Siswa TB

= (Adaptasi dari Arifiyanti,


(43)

38

9. Menyusun indikator keberhasilan.

o Indikator keberhasilan siklus I ditetapkan sebagai berikut. Tabel 5. Indikator Keberhasilan Siklus I

Aspek Kualifikasi Keberhasilan (%)

Cukup (C) Baik (B) Sangat Baik (A)

Motivasi Belajar 50 40 10

Ketuntasan Belajar Individual

35 30 10

Ketuntasan Belajar Klasikal

75% siswa minimal berkualifikasi C

o Indikator keberhasilan siklus II ditetapkan sebagai berikut: Tabel 6. Indikator Keberhasilan Siklus II

Aspek Kualifikasi Keberhasilan (%)

Cukup (C) Baik (B) Sangat Baik (A)

Motivasi Belajar 30 50 20

Ketuntasan Belajar Individual

15 40 20

Ketuntasan Belajar Klasikal


(44)

39

Materi Belajar 2: Perencanaan Tindakan

Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.

Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini.

(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.

(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS.

Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut.

(1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.

(2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.


(45)

40

(3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

Materi Belajar 3: Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK.

1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D.

2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.

3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam LCD untuk persiapan presentasi.

4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar LCD hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.

Penelitian tindakan mengharuskan adanya kolaborasi antara guru peneliti dan guru bukan peneliti (pengamat). Jumlah guru pengamat ditentykan sesuai


(46)

41

dengan kebutuhan dan tingkat kerumitan aspek pembelajaran yang harus diamati. Peran masing-masing guru peneliti dan guru pengamat adalah sebagai berikut. 1. Guru Peneliti

o Merancang tindakan/intervensi dan berbagai teknik untuk mengamatinya.

o Mengkomunikasikan rencana tindakan dan berbagai teknik pengamatannya kepada guru pengamat.

o Melaksanakan tindakan/intervensi yang telah direncanakan.

o Bersama-sama guru pengamat melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan.

o Melakukan analisis data hasil pengamatan dan/atau pengukuran baik secara deskriptif kuantitatif maupun secara deskriptif kualitatif.

2. Guru Pengamat

o Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan secara kritis dan objektif sesuai dengan yang diinginkan oleh guru peneliti.

o Bersama-sama guru peneliti melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan.

Berikut ini diberikan contoh pelaksanaan tindakan untuk PTK dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang”.

a. Tahap penyajian kelas

Pada tahap penyajian kelas ini guru peneliti memaparkan tujuan, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT kepada para siswa, dan lingkup materi pembelajaran.

b. Tahap belajar kelompok (team)

Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk belajar dan mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) tentang “pengenalan pengecoran” dengan berdiskusi bersama anggota kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan bersama tentang jawaban LKK untuk soal yang dianggap paling sulit oleh siswa.


(47)

42

c. Tahap permainan (game)

Permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Permainan ini dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok memilih nomor soal di papan tulis kemudian menjawab pertanyaan berdasarkan nomor soal yang telah diplih. Jumlah soal ada 10, masing-masing memiliki poin 10. Kelompok yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor 10. Sedangkan kelompok yang tidak dapat menjawab tidak akan memperoleh skor dan pertanyaan dilempar kepada semua kelompok secara berebut. Setelah semua kelompok memilih soal, ada 3 soal untuk diperebutkan untuk semua kelompok.

d. Tahap turnamen (tournament)

Pada tahapan ini siswa duduk dalam meja turnamen yang telah ditentukan. Tiap meja turnamen terdiri dari anggota yang memiliki kemampuan homogen, yaitu siswa yang mempunyai kemampuan tinggi bertanding dengan siswa yang berkemampuan tinggi, siswa yang berkemampuan sedang I bertanding dengan siswa yang berkemampuan sedang I, siswa yang berkemampuan sedang II bertanding dengan siswa yang berkemampuan sedang II, serta siswa yang berkemampuan rendah bertanding dengan siswa yang berkemampuan rendah. Guru membagikan kartu soal pada meja yang terdiri dari beberapa siswa. Siswa mengerjakan kartu soal tersebut di kartu soal. Siswa yang telah selesai mengerjakan langsung menghadap guru untuk dikoreksi. Siswa yang menjawab benar akan mendapat skor. Semua skor ditulis dan direkap, kemudian dijumlahkan dan diambil rata-rata tiap kelompok.

e. Tahap penghargaan kelompok

Kelompok yang memiliki rata-rata skor turnamen terbaik akan mendapatkan penghargaan. Penghargaan yang diberikan berupa “barang/benda” yang mendidik. Penghargaan kelompok terbaik diberikan pada akhir jam pelajaran atau setelah guru peneliti membacakan skor untuk tiap kelompok.


(48)

43

Materi Belajar 4: Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data

Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.

Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.

Berdasarkan data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.

Kegiatan pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan oleh guru peneliti. Kegiatan pengamatan ini dilaksanakan oleh satu atau lebih guru pengamat. Dari pengamatan ini akan


(49)

44

diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan, kendala-kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang ada. Berbagai teknik untuk memperoleh data dalam pengamatan ini di antaranya adalah catatan anekdot, catatan lapangan, deskripsi tingkah laku secara ekologis, analisis dokumen, buku harian, portofolio, kuesioner, interview, ceklis, perekaman, dan tes kinerja. Jika diperlukan, guru peneliti juga dapat menggunakan alat-alat optik atau elektronik, seperti kamera dan perekam video atau perekam suara. Data tersebut selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan refleksi.

Dalam PTK, observasi dipusatkan baik pada proses maupun hasil tindakan pembelajaran beserta segala peristiwa yang melingkupinya. Sebagaimana telah dikemukakan, sama seperti pada tindakan pembelajaran yang dilaksanakan secara rutin, pada saat dilaksanakannya tindakan, secara bersamaan juga dilakukan pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadi atau tidak terjadi selama proses pernbelajaran berlangsung. Selanjutnya, sebagaimana halnya dalam tindakan pembelajaran umumnya, data yang diperoleh dan observasi itu langsung diinterpr-etasikan maknanya dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang telah direncanakan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Pada gilirannya, data dan interpretasi hasil observasi tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka pelaksanaan refleksi.

1.Pilihan Prosedur Observasi

Dengan menggunakan kombinasi dan berbagai sudut pandang di atas sebagai rujukan, dapat dibedakan empat metode observasi yaitu observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Namun, perlu ditambahkan bahwa derajat kelaikan metode observasi tersebut dalam konteks PTK, terlebih-lebih apabila guru bertindak sebagai aktor tunggal pelaksanaan PTK, tentu saja berbeda-beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara jeli dan kreatif memodifikasi metode observasi yang dimaksud sehingga sejauh mungkin memenuhi harapan, baik dan segi mutu data yang dapat dihasilkannya maupun dari segi kelaikan implementasinya.


(50)

45

a. Observasi Terbuka

Sebagaimana disarankan oleh namanya, ohservasi terbuka dapat secara har-fiah dimulai dengan halaman kosong sehingga pengamat harus berimprovisasi dalam merekam “tonggak-tonggak penting” dalam penggelaran proses pembelajanan dalam rangka implementasi tindakan perbaikan. Tujuannya adalah agar pengamat dapat merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan. Vanian lain yang sebenarnya telah mulai menampilkan struktur adalah penggunaan kategori besar sasaran amatan yang secara komprehensif mencakup berbagai tindakan pembelajaran.

b. Observasi Terfokus

Observasi terfokus adalah observasi yang secara cukup spesifik diarahkan pada aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh kemungkinan fokus amatan adalah dimensi strategi bertanya yang tergelar dalam episode pembelajaran.

c. Observasi Terstruktur

Observasi terstruktur ditandai dengan perekaman data yang relatif sederhana, berhubungan dengan telah tersediakannya format yang nelatif ninci. Sebagai contoh dapat dikemukakan teknik bertanya yang digelar oleh guru dalam episode pembelajaran seperti (i) penyebaran pertanyaan kepada sebanyak mungkin siswa, (ii) jenis respons siswa — karena ditunjuk atau mengajukan diri, di samping (iii) respons guru terhadap jawaban siswa — langsung ditangani sendiri atau dilemparkan kepada siswa lain. Dengan format rekaman yang nelatif ninci itu, pengamat tinggal membubuhkan tanda cacah (tallies) atau tanda-tanda lain sehingga gejala yang diamati itu terpetakan secara rapi.

d. Observasi Sistematik

Dalam observasi sistematik pengkategorian bentuk atau jenis data amatan distrukturkan secara lebih rinci lagi. Salah satu contoh observasi sistematik yang telah diketahui secara meluas adalah format FLAC (Flanders’ Interaction


(1)

83 permainan (game)

3. Memusatkan perhatian dalam menjawab soal turnamen 4. Memusatkan perhatian dalam mendengarkan jawaban

dan penjelasan guru

Ketekunan 1. Membaca modul dengan bersungguh-sungguh dan berusaha dengan sekuat tenaga mencari jawaban atas pertanyaan/tugas yang diberikan guru

2. Menyelesaikan tugas secepatnya (tepat waktu) 3. Siswa aktif dalam bekerja sama/diskusi di dalam

kelompok

4. Siswa mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya

Observer

(...)


(2)

84

No. NAMA

ASPEK PENILAIAN

Minat Perhatian Konsentrasi Ketekunan Total

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.


(3)

85 Lampiran 2

KUNCI JAWABAN

a. Untuk Latihan Pengembangan Materi PTK

1. Jawaban peserta boleh bervariasi rumusannya namun mengandung kata-kata kunci:

a. penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru,

b. untuk menemukan solusi dari pemasalahan pembelajaran yang timbul di kelas,

c. dengan tujuan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

2. Refleksi awal, judul penelitian, rumusan masalah, hipotesis tindakan, dan tujuan penelitian yang dibuat guru memenuhi rambu-rambu sebagai berkut.

a. Refleksi Awal

Mengemukakan data dan/atau informasi yang berkaitan dengan kebijakan, proses dan hasil pembelajaran terutama yang merupakan kelemahan-kelemahan. Misalnya: ktersediaan sumber belajar, motivasi belajar siswa, keterlibatan siswa dalam pembelajaran, hasil belajar siswa, dan sebagainya.

b. Judul Penelitian

Judul penelitian yang dibuat guru memenuhi salah satu dari dua pola perumusan judul PTK sebagai berikut:

Pola I:

• PENINGKATAN ……...…..….. (Masalah)

• MELALUI ……….. (Tindakan)

• SISWA KELAS ……….…. (Subyek)

• SMK …….………..……. (Setting)

Pola II:

• PENGGUNAAN ……… (Tindakan)

• UNTUK MENINGKATKAN …… (Masalah)

• SISWA KELAS ……….…. (Subyek)

• SMK ….………... (Setting)

c. Rumusan Masalah

• Dirumuskan secara jelas, spesifik, operasional, dan dalam bentuk kalimat tanya.

• Menggunakan kata tanya “apakah” atau “bagaimanakah”. • Sesuai dengan judul penelitian.


(4)

86 d. Hipotesis Tindakan

• Dirumuskan dengan pola: Jika… maka….

• Sesuai rumusan masalah yang telah dirumuskan. e. Tujuan Penelitian

• Dirumuskan secara operasional

• Sesuai dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya

• Dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif.

3. Perencanaan tindakan yang dibuat guru berisi tentang:

• Rancangan tindakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan beserta rancangan evaluasinya.

• Rancangan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan mendokumentasikan semua data atau informasi yang relevan.

• Rancanaan metode pengolahan data sesuai dengan sifat datanya dan tujuan penelitian tindakan.

4. Indikator keberhasilan yang dibuat guru menunjukkan:

a. jenis dan jumlah variabel tentang proses dan hasil belajar yang sesuai dengan yang ada dalam rumusan masalah dan hipotesis tindakan yang telah

dirumuskan sebelumnya, dan

b. ukuran kuantitatif, baik berupa persentase, skor, atau gabungan antara keduanya.

5. a. Tanggapan guru terhadap kasus tersebut HARUS menunjukkan ketidaksetujuannya, dengan alasan tidak boleh ada pengulagan siklus dalam PTK.

b. Saran guru harus menunjukkan: (1) saran untuk menghentikan PTK sesuai dengan rencana meskipun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan, dan (2) saran untuk melaporkan hasil PTK tersebut sebagaimana adanya dengan disertai argumen-argumen yang rasional mengapa PTK tersebut tidak berhasil meningkatkan hasil belajar para siswa.


(5)

87 a. Untuk Evaluasi/Asesmen

Kelompok I:

No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban

1. d 6. d 11. b 16. e

2. c 7. a 12. c 17. a

3. d 8. c 13. d 18. d

4. b 9. d 14. e 19. a

5. e 10. e 15. c 20. d

Kelompok II:

1. PTK harus dilaksanakan secara bersiklus, minimal dua siklus, di mana setiap siklus terdiri dari tahapan: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

2. Refleksi awal dapat dilaksanakan dengan cara-cara: (1) mengamati

perilaku belajar peserta didik; (2) mengevaluasi hasil belajar peserta didik; (3) mewawancari para peserta didik terkait dengan masalah belajar

mereka; (4) berdiskusi dengan guru lain tentang permasalahan belajar peserta didik; (5) merenung dan berpikir secara mendalam tentang proses dan hasil belajar peserta didik.

3. Pelibatan guru/orang lain dalam pelaksanaan PTK terjadi pada tahap observasi dan refleksi. Bentuk pelibatannya adalah: (a) melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan secara kritis dan objektif sesuai dengan yang diinginkan oleh guru peneliti; (b) melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan bersama-sama guru peneliti.


(6)

88

4. a. Keputusan guru untuk memperpanjang PTK dengan cara mengulang siklus I dan II kedalam siklus III dan IV adalah suatu kesalahan karena prinsip siklis dalam PTK harus terjadi secara reguler sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sudah direncanakan sejak awal dalam proposal PTK.

b. Ketidakberhasilan PTK dalam meningkatkan hasil belajar siswa harus dilaporkan apa adanya dengan mengemukakan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam PTK tersebut.

c. Jika siklus I dan II diulang dalam siklus III dan IV maka: (1) akan mengganggu jadwal pelajaran secara reguler, dan (2) kalaupun hasil belajar siswa meningkat maka peningkatan tersebut bukan karena efek PTK yang direncanakan melainkan efek dari pengulangan itu sendiri.

5. Perbedaan pokok antara karya ilmiah dalam bentuk laporan PTK dan artikel hasil PTK ditinjau dari isi dan sistematikanya:

Aspek Laporan PTK Artikel Hasil PTK

Isi Mengkomunikasikan proses

dan hasil PTK secara detil dan menyeluruh.

Mengkomunikasikan proses dan hasil PTK secara ringkas.

Sistematika Mencakup tiga bagian: (1) bagian awal, (2) bagian inti, dan (3) bagian akhir secara lengkap. Bagian inti dibuat dalam bab-bab: I.

Pendahuluan, II. Kajian Pustaka, III. Metode

Penelitian, IV. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian, dan V. Penutup.

Mencakup: Judul, Nama Penulis, Abstrak dan Kata Kunci, Pendahuluan, Metode, Hasil,

Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, dan Daftar Rujukan.