Tujuan Pembelajaran Rangkuman Soal Latihan

20 KEGIATAN BELAJAR 2: PROSEDUR PELAKSANAAN PTK

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta workshop dapat: 1. Menetapkan fokus permasalahan PTK 2. Membuat perencanaan tindakan 3. Melaksanakan tindakan dalam PTK 4. Melakukan pengamatanobservasi dan pengumpulan data 5. Melakukan refleksi

B. Pendahuluan

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK, yakni: 1 PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. 2 Kegiatan refleksi perenungan, pemikiran, evaluasi dilakukan berdasar- kan pertimbangan rasional menggunakan konsep teori yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi. 3 Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran. Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. 21 Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah- langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut: 1 Penetapan fokus permasalahan 2 Perencanaan tindakan 3 Pelaksanaan tindakan 4 Pengumpulan data pengamatanobservasi 5 Refleksi analisis, dan interpretasi 6 Perencanaan tindak lanjut. Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4. Siklus Kegiatan PTK 22 Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya. Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. Materi Belajar 1: Penetapan Fokus Permasalahan Sebelum suatu masalah ditetapkandirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini. 1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai? 2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif? 3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai? 4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas? 5. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu? 23 Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut. 1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosenwidyaiswarapengawas untuk melaksanakan PTK. 2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi. 3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan gurupeneliti. Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini. 1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar? 2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan? 3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan? Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan- gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut. 1 Menuliskan semua hal permasalahan yang perlu diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran. 24 2 Memilah dan mengklasifikasikan permasalahan menurut jenisbidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut. 3 Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi. 4 Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis. Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut. 1 Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi? 2 Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah? 3 Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah? 4 Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan? 5 Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah? Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan. Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut. 25 1 Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis? 2 Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran? 3 Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran? 4 Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran mekanika kekuatan bahan? Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini. 1 Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan pendidikanpembelajaran. 2 Aspek orisinalitas tindakan, yang menunjukkan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. 3 Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. 4 Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK dana, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya. 26 Tabel 1. Peta Permasalahan dan Tema Penelitian Tindakan Kelas Jenis Permasalahan Tema Penelitian

1. Manajemen dan Iklim Kelas

a. Perbaikan ikim kelas untuk kepentingan pendidikan b. Peran serta siswa dalam pengembangan pemanfaatan iklim kelas c. Peningkatan belajar dan mengajar yang inovatif dan produktif d. Kemangkiran siswa

2. Proses Belajar Mengajar PBM

a. Peningkatan penguasaan bahan pengajaran b. Peningkatan daya serap siswa c. Peningkatan prestasi belajar siswa d. Peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu e. Perbaikan urutan dan prasyarat bahan ajar f. Peningkaatan profesionalisme guru g. Peningkatan efektivitas proses evaluasi

3. Sumber Belajar a.

Pengadaan dan pendayagunaan media pembelajaran b. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar c. Penciptaan sumber belajar yang kreatif dan fungsional oleh guru SMK d. Penggunaan Kit Perbaikan Sepeda Motor

4. Sosio Psikologik Pembelajaran

a. Peningkatan efektivitas pola hubungan antara guru, siswa, dan orang tua dalam PBM b. Peningkatan kesiapan dan kematangan belajar siswa c. Peningkatan konsep diri siswa terhadap mata pelajaran d. Pembinaan integritas kepribadian siswa Sumber: Nunuy Nurjanah 2007 Lewin menggambarkan penelitian tindakan, termasuk PTK, sebagai cara kerja yang memiliki tahapan-tahapan yang bersifat spiral, yang terdiri atas perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Prosedur kerja penelitian tindakan tersebut selanjutnya direvisi dan disempurnakan oleh Kemmis dan McTaggart 1988 menjadi: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang disebut dengan siklus PTK. Suatu PTK umumnya dilaksanakan minimal dalam dua siklus, atau bahkan lebih, di mana setiap siklusnya minimal terdiri dua kali pertemuan. Visualisasi prosedur PTK ditunjukkan pada diagram di halaman 1. 27

a. Refleksi Awal

Siklus pertama setiap PTK diawali dengan refleksi awal yang merupakan kegiatan penjajagan dengan cara mengumpulkan data dan informasi tentang situasi pembelajaran di kelas di mana guru mengajar Sudjimat, 2008. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan dan menyadarkan guru akan adanya permasalahan pembelajaran yang perlu dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud dapat berupa: rendahnya motivasi belajar peserta didik, kurangnya keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, terjadinya kesalahan konsep pada peserta didik, rendahnya hasil belajar peserta didik, rendahnya kecakapan akademik peserta didik, rendahnya kecakapan sosial peserta didik, dan lain sebagainya. Kegiatan refleksi awal dapat dilakukan guru dengan berbagai cara, misalnya: 1 mengamati perilaku belajar peserta didik; 2 mengevaluasi hasil belajar peserta didik; 3 mewawancari para peserta didik terkait dengan masalah belajar mereka; 4 berdiskusi dengan guru lain tentang permasalahan belajar peserta didik; 5 merenung dan berpikir secara mendalam tentang proses dan hasil belajar peserta didik; dan lain sebagainya. Berikut ini diberikan dua contoh hasil refleksi awal yang berkaitan dengan pembelajaran Matematika Teknik di SMK. Contoh 1: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kemampuan matematika teknik” peserta didik SMK “Merah Putih”. 1. Para peserta didik lebih tertarik pada kegiatan belajar yang bersifat fisik praktik dibandingkan dengan kegiatan belajar yang bersifat berpikir dan pemecahan masalah. 2. Dalam kehidupan sekolah, kegiatan belajar matematika teknik kurang mendapatkan porsi yang layak. 3. Dalam mengajar, guru matematika teknik kurang mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan permasalahan keteknikan yang menjadi kompetensi keahlian para peserta didik. 4. Dalam mengajar guru cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah yang diikuti dengan latihan soal-soal beserta pembahasannya. 5. Movitasi belajar matematika teknik para peserta didik rendah. 1. Kemampuan matematika teknik para peserta didik rendah. 2. Sarana dan prasarana yang menunjang upaya pengembangan kemampuan matematika teknik peserta didik sangat terbatas. 28 Contoh 2: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kompetensi kerja bangku” peserta didik SMK “Merah Putih”. 3. Hasil belajar kompetensi kerja bangku peserta didik relatif rendah, di mana 45 peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar. 4. Peserta didik bekerja secara individual dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga interaksi antarmereka relatif kurang. 5. Kemampuan peserta didik memahami lembar kerja job sheet relatif rendah. 6. Guru jarang memberikan balikan terhadap hasil kerja peserta didik, sehingga peserta didik tidak mengetahui kekurangan atas pekerjaan yang dihasilkannya. 7. Peserta didik jarang bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Contoh 3. Hasil refleksi awal terhadap pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin PDTM pada Kompetensi Keahlian Teknik Mesin SMK ”Merah Putih”. 1. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan guru masih menggunakan sistem pembelajaran konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab. 2. Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori, namun lebih suka pelajaran praktikum. 3. Motivasi belajar sebagian besar peserta didik yang ditunjukkan dengan keterlibatan mereka dalam pembelajaran rendah. 4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah. 5. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar minimum hanya sebesar 60. 6. Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi yang diberikan oleh guru. 7. Materi pembelajaran yang dipelajari peserta didik diambil dari buku paket. 8. Sebagian besar peserta didik terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. 29 b. Masalah Pembelajaran Berdasarkan hasil refleksi awal, guru harus segera menetapkan masalah pembelajaran yang akan dipecahkannya. Ada tiga hal penting yang harus dilakukan guru berkaitan dengan penetapan masalah pembelajaran yang akan dipecahkan ini, yaitu merumuskan judul penelitian, merumuskan masalah penelitian, dan merumuskan hpotesis tindakan. 1 Merumuskan Judul PTK Setelah refleksi awal selesai dilakukan, maka guru harus segera merumuskan judul PTK yang akan dilaksanakannya beserta rumusan masalah penelitiannya. Rumusan judul PTK yang baik dapat diacukan pada kedua pedomanpola praktis berikut ini. Contoh 1: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Teknik melalui Penggunaan Metode Problem-Based Learning Siswa Kelas XI-A Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Baja SMK Merah Putih Malang. Contoh 2: Penggunaan Metode Pembelajaran Maju Bersama Maber untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja Bangku Siswa Kelas X-C Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Merah Putih Malang. Pola I: • PENINGKATAN …….......…..….. Masalah • MELALUI ……………………….. Tindakan • SISWA KELAS ……………….…. Subyek • SMK …….…………………..……. Setting Pola II: • PENGGUNAAN ………………… Tindakan • UNTUK MENINGKATKAN …… Masalah • SISWA KELAS ……………….…. Subyek • SMK ….…………………………... Setting 30 Contoh 3: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang. Yang seringkali menjadi kesulitan para guru dalam merumuskan judul PTK ada dua hal, yaitu: 1 menetapkan adanya masalah pembelajaran; dan 2 memilih modelstrategimetode media yang akan digunakan sebagai tindakan untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut. Terkait dengan cara untuk menetapkan “masalah pembelajaran” berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan: 1 pilihlah masalah yang sangat strategis, yang apabila tidak dipecahkandiatasi dapat berdampak pada timbulnya masalah yang lain; 2 masalah tersebut mendesak untuk segera diatasi; 3 untuk mengatasi masalah tersebut bisa dilaksanakan oleh pengajarguru; dan 4 penyelesaianpemecahan masalah tersebut sesuai dengan prioritas yang telah dipertimbangkan oleh guru. Di samping itu guru juga harus melakukan identifikasi dan analisis masalah sehingga akar masalah yang sesungguhnya ditemukan dan berdasarkan hal itu dapat dipilih alternatif pemecahan masalah yang tepat. Berikut ini diberikan contoh identifikasi dan analisis masalah yang diambil berdasarkan hasil refleksi awal sebagaimana ditunjukkan pada contoh judul PTK nomor 3. 31 Berdasarkan akar masalah tersebut guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif selama pembelajaran. Berdasarkan pemahaman guru yang mendalam tentang berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik Matapelajaran PDTM dan karakteristik peserta didik yang belajar maka guru memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament TGT. Berdasarkan keputusan tersebut guru dapat menetapkan judul PTK yang akan dilaksanakan sebagai berikut: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang. Fakta yang diamati guru: 1. Sistem pembelajaran yang digunakan guru konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab. 2. Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori. 3. Motivasi belajar sebagian besar peserta didik rendah. 4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah. 5. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar hanya 60. 6. Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi diberikan oleh guru. 7. Materi pembelajaran diambilkan dari buku paket. 8. Sebagian besar peserta didik terlambat mengumpulkan tugas. Identifikasi masalah: 1. Kualitas proses belajar 2, 3, 5, 6, 7 2. Kualitas hasil belajar 4, 5 3. Metode pembelajaran: kurang menarik. Temuan: Kualitas proses dan hasil belajar masih rendah. PenyebabAkar Masalah: Metode pembelajaran kurang menarik, berpusat pada guru, dan kurang dapat melibatkan peserta didik secara aktif. Materi pembelajaran diambil dari buku paket. 32 2 Merumuskan Masalah Penelitian Setelah menetapkan masalah dan menganalisisnya, kegiatan selanjutnya adalah merumuskan masalah secara jelas, spesifik, operasional, dan dalam bentuk kalimat tanya. Ada dua jenis kata tanya yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah penelitian, yaitu “apakah” dan “bagaimanakah”. Rumusan masalah penelitian yang menggunakan kata “apakah” berarti hanya menuntut jawaban “ya” atau “tidak” saja. Sedangkan masalah penelitian yang menggunakan kata “bagaimanakah” berarti menuntut jawaban yang berkaitan dengan “proses”. Berikut ini diberikan contoh rumusan masalah dari judul PTK yang telah diberikan sebelumnya. o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang? o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang? Bandingkan dengan rumusan berikut ini: o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang? o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang? 3 Merumuskan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan secara operasional sesuai dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif. Perhatikan contoh berikut ini. 1 Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 33 2 Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 4 Merumuskan Hipotesis Tindakan Setelah masalah dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dalam PTK berupa dugaan yang akan terjadi jika tindakan dilakukan. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Umumnya hipotesis PTK dirumuskan dengan menggunakan pola: “Jika... tidakan dilakukan, maka ... masalah akan terpecahkan. Perhatikan contoh berikut ini: 1 Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka motivasi belajar siswa akan meningkat. 2 Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka hasil belajar siswa akan meningkat. 5 Tahap Perencanaan Penyusunan perencanaan harus didasarkan pada hasil penjajagan tentang situasi pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan refleksi awal. Rencana tindakan ini disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah dirumuskan. Secara rinci perencanaan ini berisi: apa yang akan dilakukan guru beserta rasionalnya, siapa yang akan melakukan, di mana, kapan, dan bagaimana. Perencanaan ini bersifat lentur tentatif dan fleksibel, dalam pengertian dapat berubah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Secara teknis, perencanaan dalam PTK memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Perumusan rancangan tindakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan beserta rancangan evaluasinya. Rancangan tindakan yang disusun hendaknya dapat memunculkan indikator keberhasilan, pengamatan atas indikator tersebut, pengkajian, dan penjelasan setiap perubahan yang terjadi. 34 2. Perancangan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan mendokumentasikan semua data atau informasi yang relevan. 3. Perencanaan metode pengolahan data sesuai dengan sifat datanya dan tujuan penelitian tindakan. 4. Penetapan bukti atau indikator yang menunjukkan seberapa jauh masalah yang telah dipilih dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Contoh Perencanaan Tindakan: 1. Menetapkan spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai strategi penyampaian pembelajaran KD Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam pada Matapelajaran PDTM. 2. Membagi kelompok belajar. 3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP untuk KD Pengecoran pada Matapelajaran PDTM. Catatan: RPP yang dirancang guru harus menunjukkan “kekhasannya” pada skenariolangkah-langkah pembelajarannya, yaitu skenario pembelajaran yang menggambarkan proses belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari 1 tahap penyajian kelas; 2 tahap belajar kelompok team, 3 tahap permainan game, 4 tahap turnamen tournament, dan 5 tahap penghargaan kelompok. Spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan digunakan terdiri dari lima tahapan, yaitu: 1 tahap penyajian kelas; 2 tahap belajar kelompok team, 3 tahap permainan game, 4 tahap turnamen tournament, dan 5 tahap penghargaan kelompok. Kelompok belajar siswa ditetapkan secara purposive random ditinjau dari kemampuan akademik siswa. Setiap kelompok terdiri dari lima siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi 1 orang, sedang 2 orang, dan rendah 2 orang. 35 4. Menyusun lembar kerja kelompok LKK. Catatan: LKK berisi sejumlah soal dalam bentuk esai yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok pada tahap belajar kelompok team. Materi soal diambilkan dari materi pelajaran yang dipresentasikan guru di kelas pada tahap penyajian kelas. LKK dilengkapi dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang diorganisir secara terpisah dengan LKK yang berfungsi untuk mengoreksi kebenaran jawaban masing-masing kelompok. 5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan bernomor. Catatan: Pertanyaan bernomor adalah pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diberi nomor tertentu yang akan ditanyakan kepada para siswa secara berkelompok pada tahap permainan game. Setiap soalpertanyaan disertai dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang digunakan guru untuk mengoreksi kebenaran jawaban siswa. 6. Menyusun kartu soal. Catatan: Kartu soal adalah sebuah kartu dari kertas dengan ukuran tertentu misalnya: 10 x 15 cm yang berisi sebuah soalpertanyaan yang diberikan kepada para siswa pada tahap turnamen tournament. Setiap soal dari kartu tertentu disertai dengan kunci jawaban dan rubrik penilaiannya yang diorganisir secara terpisah sebagai pedoman guru untuk mengoreksi kebenaran jawaban siswa. 7. Menyusun metode dan alat perekam dan pengumpul data. Catatan: o Untuk merekam motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung dapat digunakan: 1 alat berupa kamera video, 2 lembar observasi , 3 pedoman analisis dokumen, dan 4 catatan harian. o Untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa digunakan tes tertulis dalam bentuk tes esai. o Untuk mengumpulkan data tanggapan siswa tentang proses pembelajaran digunakan angket. Contoh lembar penilaianobservasi motivasi belajar siswa terlampir lihat Lampiran 1. 36 8. Menyusun perencanaan teknik pengolahananalisis data. Catatan: Data yang diperoleh dari kegiatan PTK ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa suasana belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kuantitatif berupa skor atau angka yang merepresentasikan motivasi belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa berdasarkan tes pada akhir setiap siklus. o Data kuantitatif dianalisis menggunakan teknik persentase, dan data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif sebagaimana dimaksud oleh Moleong 2005. o Data motivasi belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut: IMk = n x Sd S max ∑ x 100 Adaptasi dari Arifiyanti, 2007:30 Keterangan: IMk : Persentase Indikator motivasi klasikal Σ Sd : Jumlah skor deskriptor yang muncul dari setiap indikator S max : Skor maksimal indikator bergantung jumlah deskriptor n : Jumlah siswa o Taraf keberhasilan motivasi belajar siswa ditetapkan beradarkan kriteria sebagai berikut. Tabel 2. Persentase Taraf Keberhasilan Motivasi Belajar Siswa Persentase keberhasilan Tingkat Keberhasilan Nilai dengan Huruf Nilai dengan Angka 81—100 61—80 41—60 21—40 02—0 Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang A B C D E 4 3 2 1 Sumber: Arifiyanti, 2007:30. o Berdasarkan deskriptor motivasi belajar yang telah ditetapkan, yaitu: minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dirangkum taraf keberhasilan motivasi belajar siswa menggunakan tabel sebagai berikut. 37 Tabel 3. Persentase Motivasi Belajar Siswa Deskriptor motivasi Skor Tingkat keberhasilan Tingkat Keberhasilan Nilai dengan Huruf Nilai dengan Angka Minat Perhatian Konsentrasi Ketekunan Rata-rata Sumber: Arifiyanti, 2007:30 o Data hasil belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut: • Secara perorangan individual: siswa dianggap telah “tuntas belajar” TB apabila penguasaannya mencapai 70 atau SKM ≥ 70,00. Taraf keberhasilan prestasi belajar siswa ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut. Tabel 4. Persentase Taraf Keberhasilan Tindakan Prestasi Belajar Nilai Taraf Keberhasilan 90—100 Sangat Baik A 80—89 Baik B 70—79 Cukup C 0—69 Belum Tuntas D Sumber: Ristianah, 2007:45 • Secara kelompok klasikal: ketuntasan belajar TB siswa dihitung menggunakan rumus: 100 70 x siswa seluruh skor memperoleh yang Siswa TB ∑ ∑ ≥ = Adaptasi dari Arifiyanti, 2007:31 38 9. Menyusun indikator keberhasilan. o Indikator keberhasilan siklus I ditetapkan sebagai berikut. Tabel 5. Indikator Keberhasilan Siklus I Aspek Kualifikasi Keberhasilan Cukup C Baik B Sangat Baik A Motivasi Belajar 50 40 10 Ketuntasan Belajar Individual 35 30 10 Ketuntasan Belajar Klasikal 75 siswa minimal berkualifikasi C o Indikator keberhasilan siklus II ditetapkan sebagai berikut: Tabel 6. Indikator Keberhasilan Siklus II Aspek Kualifikasi Keberhasilan Cukup C Baik B Sangat Baik A Motivasi Belajar 30 50 20 Ketuntasan Belajar Individual 15 40 20 Ketuntasan Belajar Klasikal 85 siswa minimal berkualifikasi C 39 Materi Belajar 2: Perencanaan Tindakan Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaranpenelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal. Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini. 1 Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. 2 Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 3 Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4 Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS. Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut. 1 Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru. 2 Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu. 40 3 Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; a bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; b merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta c menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data. Materi Belajar 3: Pelaksanaan Tindakan Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana skenario tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK. 1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D. 2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan. 3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerjabelajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam LCD untuk persiapan presentasi. 4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran. 5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar LCD hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum pretes dan setelah postes tindakan dilak- sanakan. Penelitian tindakan mengharuskan adanya kolaborasi antara guru peneliti dan guru bukan peneliti pengamat. Jumlah guru pengamat ditentykan sesuai 41 dengan kebutuhan dan tingkat kerumitan aspek pembelajaran yang harus diamati. Peran masing-masing guru peneliti dan guru pengamat adalah sebagai berikut. 1. Guru Peneliti o Merancang tindakanintervensi dan berbagai teknik untuk mengamatinya. o Mengkomunikasikan rencana tindakan dan berbagai teknik pengamatannya kepada guru pengamat. o Melaksanakan tindakanintervensi yang telah direncanakan. o Bersama-sama guru pengamat melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan. o Melakukan analisis data hasil pengamatan danatau pengukuran baik secara deskriptif kuantitatif maupun secara deskriptif kualitatif. 2. Guru Pengamat o Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan secara kritis dan objektif sesuai dengan yang diinginkan oleh guru peneliti. o Bersama-sama guru peneliti melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan. Berikut ini diberikan contoh pelaksanaan tindakan untuk PTK dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang”. a. Tahap penyajian kelas Pada tahap penyajian kelas ini guru peneliti memaparkan tujuan, langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT kepada para siswa, dan lingkup materi pembelajaran. b. Tahap belajar kelompok team Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk belajar dan mengerjakan Lembar Kerja Kelompok LKK tentang “pengenalan pengecoran” dengan berdiskusi bersama anggota kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan bersama tentang jawaban LKK untuk soal yang dianggap paling sulit oleh siswa. 42 c. Tahap permainan game Permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Permainan ini dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok memilih nomor soal di papan tulis kemudian menjawab pertanyaan berdasarkan nomor soal yang telah diplih. Jumlah soal ada 10, masing-masing memiliki poin 10. Kelompok yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor 10. Sedangkan kelompok yang tidak dapat menjawab tidak akan memperoleh skor dan pertanyaan dilempar kepada semua kelompok secara berebut. Setelah semua kelompok memilih soal, ada 3 soal untuk diperebutkan untuk semua kelompok. d. Tahap turnamen tournament Pada tahapan ini siswa duduk dalam meja turnamen yang telah ditentukan. Tiap meja turnamen terdiri dari anggota yang memiliki kemampuan homogen, yaitu siswa yang mempunyai kemampuan tinggi bertanding dengan siswa yang berkemampuan tinggi, siswa yang berkemampuan sedang I bertanding dengan siswa yang berkemampuan sedang I, siswa yang berkemampuan sedang II bertanding dengan siswa yang berkemampuan sedang II, serta siswa yang berkemampuan rendah bertanding dengan siswa yang berkemampuan rendah. Guru membagikan kartu soal pada meja yang terdiri dari beberapa siswa. Siswa mengerjakan kartu soal tersebut di kartu soal. Siswa yang telah selesai mengerjakan langsung menghadap guru untuk dikoreksi. Siswa yang menjawab benar akan mendapat skor. Semua skor ditulis dan direkap, kemudian dijumlahkan dan diambil rata-rata tiap kelompok. e. Tahap penghargaan kelompok Kelompok yang memiliki rata-rata skor turnamen terbaik akan mendapatkan penghargaan. Penghargaan yang diberikan berupa “barangbenda” yang mendidik. Penghargaan kelompok terbaik diberikan pada akhir jam pelajaran atau setelah guru peneliti membacakan skor untuk tiap kelompok. 43 Materi Belajar 4: PengamatanObservasi dan Pengumpulan Data Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasipenilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain, tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain. Instrumen yang umum dipakai adalah a soal tes, kuis; b rubrik; c lembar observasi; dan d catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi. Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: a skor tes essai; b skor kualitas kualitatif pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta c hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa. Berdasarkan data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai instrumen; a soal tes yang berbentuk essai; b pedoman dan kriteria penilaianskoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan selama diskusi; c lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan rubrik; dan d catatan lapangan. Kegiatan pengamatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan oleh guru peneliti. Kegiatan pengamatan ini dilaksanakan oleh satu atau lebih guru pengamat. Dari pengamatan ini akan 44 diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan, kendala-kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang ada. Berbagai teknik untuk memperoleh data dalam pengamatan ini di antaranya adalah catatan anekdot, catatan lapangan, deskripsi tingkah laku secara ekologis, analisis dokumen, buku harian, portofolio, kuesioner, interview, ceklis, perekaman, dan tes kinerja. Jika diperlukan, guru peneliti juga dapat menggunakan alat-alat optik atau elektronik, seperti kamera dan perekam video atau perekam suara. Data tersebut selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan refleksi. Dalam PTK, observasi dipusatkan baik pada proses maupun hasil tindakan pembelajaran beserta segala peristiwa yang melingkupinya. Sebagaimana telah dikemukakan, sama seperti pada tindakan pembelajaran yang dilaksanakan secara rutin, pada saat dilaksanakannya tindakan, secara bersamaan juga dilakukan pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadi atau tidak terjadi selama proses pernbelajaran berlangsung. Selanjutnya, sebagaimana halnya dalam tindakan pembelajaran umumnya, data yang diperoleh dan observasi itu langsung diinterpr- etasikan maknanya dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang telah direncanakan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Pada gilirannya, data dan interpretasi hasil observasi tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka pelaksanaan refleksi.

1. Pilihan Prosedur Observasi

Dengan menggunakan kombinasi dan berbagai sudut pandang di atas sebagai rujukan, dapat dibedakan empat metode observasi yaitu observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Namun, perlu ditambahkan bahwa derajat kelaikan metode observasi tersebut dalam konteks PTK, terlebih-lebih apabila guru bertindak sebagai aktor tunggal pelaksanaan PTK, tentu saja berbeda-beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara jeli dan kreatif memodifikasi metode observasi yang dimaksud sehingga sejauh mungkin memenuhi harapan, baik dan segi mutu data yang dapat dihasilkannya maupun dari segi kelaikan implementasinya. 45

a. Observasi Terbuka

Sebagaimana disarankan oleh namanya, ohservasi terbuka dapat secara har-fiah dimulai dengan halaman kosong sehingga pengamat harus berimprovisasi dalam merekam “tonggak-tonggak penting” dalam penggelaran proses pembelajanan dalam rangka implementasi tindakan perbaikan. Tujuannya adalah agar pengamat dapat merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan. Vanian lain yang sebenarnya telah mulai menampilkan struktur adalah penggunaan kategori besar sasaran amatan yang secara komprehensif mencakup berbagai tindakan pembelajaran.

b. Observasi Terfokus

Observasi terfokus adalah observasi yang secara cukup spesifik diarahkan pada aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh kemungkinan fokus amatan adalah dimensi strategi bertanya yang tergelar dalam episode pembelajaran.

c. Observasi Terstruktur

Observasi terstruktur ditandai dengan perekaman data yang relatif sederhana, berhubungan dengan telah tersediakannya format yang nelatif ninci. Sebagai contoh dapat dikemukakan teknik bertanya yang digelar oleh guru dalam episode pembelajaran seperti i penyebaran pertanyaan kepada sebanyak mungkin siswa, ii jenis respons siswa — karena ditunjuk atau mengajukan diri, di samping iii respons guru terhadap jawaban siswa — langsung ditangani sendiri atau dilemparkan kepada siswa lain. Dengan format rekaman yang nelatif ninci itu, pengamat tinggal membubuhkan tanda cacah tallies atau tanda-tanda lain sehingga gejala yang diamati itu terpetakan secara rapi.

d. Observasi Sistematik

Dalam observasi sistematik pengkategorian bentuk atau jenis data amatan distrukturkan secara lebih rinci lagi. Salah satu contoh observasi sistematik yang telah diketahui secara meluas adalah format FLAC Flanders’ Interaction 46 Analysis Categories yang memperkenalkan 3 kategori besar yaitu ii ujanan guru teacher talk, ii ujaran siswa pupil talk, dan iii diam silence.

2. Langkah-Iangkah Observasi

Dalam PTK yang dilakukan secara kolaboratif observasi perlu dilakukan dalam tiga fase kegiatan yaitu a pertemuan perencanaan, b pelaksanaan observasi kelas, dan c pembahasan balikan. Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai fokus, kriteria, atau kerangka pikir interpretasi di samping teknik observasi termasuk perekaman hasil observasi yang akan digunakan. Bila kesamaan pandang telah tercapai, maka di satu pihak, keinginan masing-masing dapat dipenuhi sedangkan di pihak lain, kekakuan dalam mengobservasi dikurangi. Kondisi kerja seperti ini dapat menghemat waktu yang digunakan dalam melaksanakan observasi di kelas, dalam mendiskusikan balikan dan dapat melakukan refleksi serta dalam menyusun rencana tindak lanjut, apabila diperlukan.

3. Pelaksanaan Observasi

Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas. Perlu diingat bahwa observer hanya mencatat apa yang dilihat dan didengar bukan memberikan penilaian atau mengganggu. Untuk menghilangkan ketegangan guru selama diobservasi, pada akhir observasi dilakukan diskusi yang bersifat positif selama 5 atau 10 menit. Observer sebaiknya juga memberikan salinan catatan observasi kepada guru yang diobservasi. 47

4. Diskusi Balikan

Sebagaimana telah dikemukakan, diskusi balikan harus dilaksanakan dalam situasi yang tidak menakutkan melainkan saling mendukung mutually supportive serta didasarkan pada informasi yang diperoleh selama observasi. Penentuan serta penetapan target dilakukan berdasarkan pembahasan yang terjadi dalam diskusi balikan ini. Targer-target yang ditetapkan itu harus bersifat realistis dalam arti laik untuk dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Pada gilirannya, rencana tindakan untuk pengembangan berikutnya juga disusun dengan bertolak dari diskusi balikan di tempat segala sesuatu yang terjadi danatau tidak terjadi selama implementasi tindakan perbaikan itu direfleksikan. Secara visual ketiga fase observasi kelas dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 5. Tiga Fase Siklus Observasi Hopkins, 1992 Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan. 48 Contoh instrumen pengamatan untuk mengobservasi motivasi belajar siswa ditunjukkan pada Lampiran 1. Materi Belajar 5: Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi. Menurut Kemmis dan McTaggart 1988 kegiatan refleksi dan analisis data hasil pengamatanpengukuran merupakan dua kegiatan organik dalam setiap penelitian tindakan kelas, maupun penelitian tindakan lainnya.

a. Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi dapat dilakukan pada setiap akhir pertemuan danatau setiap akhir siklus. Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan bukti empiris, serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan kerangka konseptual. Refleksi yang tajam dan terpercaya dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai instrumen observasi yang handal, dan akan menghasilkan masukan yang sangat berharga dan akurat untuk menyusun danatau merevisi perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mendapatkan hasil refleksi yang optimal, beberapa pertanyaan berikut dapat dimanfaatkan sebagai pemandu. • Bagaimana persepsi Anda guru, siswa, pengamat lain terhadap tindakan yang dilakukan? • Apakah efek dari tindakan tersebut? 49 • Isu pembelajaran apa saja yang muncul sehubungan dengan tindakan yang dilakukan? • Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan? Mengapa kendala tersebut muncul? • Apakah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran? • Perlukah perencanaan ulang? • Jika “ya”, alternatif tindakan manakah yang paling tepat? • Jika “ya” apakah diperlukan siklus berikutnya?

b. Tahap Analisis

Kegiatan analisis dilakukan pada setiap akhir siklus. Data yang dianalisis adalah data hasil pengamatan danatau hasil pengukuran, baik yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk data kuantitatif biasanya digunakan teknik analisis deskriptif yang mencakup teknik analisis persentase dan teknik analisis perbandingan. Teknik penyajian data hasil analisis persentase bisa disajikan dalam bentuk 1 tabel distribusi frekuensi; 2 grafik histogram; 3 grafik poligon; dan 4 grafik serabi. Sedangkan hasil analisis perbandingan dapat disajikan dalam bentuk tabel perbandingan. Analisis secara deskriptif kualitatif dapat dilakukan melalui analisis terhadap hasil pengamatan, wawancara mendalam dengan siswa, dan analisis terhadap catatan lapangan. Contoh teknik analisis data dapat dilihat pada paparan contoh perencanaan tindakan.

D. Rangkuman

1. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus-siklus PTK adalah: a penetapan fokus permasalahan, b perencanaan tindakan, c pelaksanaan tindakan, d pengumpulan data pengamatanobservasi, e refleksi analisis, dan interpretasi, dan f perencanaan tindak lanjut. 2. Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan. 50 3. Alternatif tindakan dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaranpenelitian sebidang. 4. Pelaksanaan tindakan adalah rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, umumnya membutuhkan waktu antara 2 sampai 3 bulan. 5. Tahap observasipengamatan berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan dengan mencatat semua hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. 6. Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya.

E. Soal Latihan

1. Bagaimanakah langkah-langkah pokok dalam siklus PTK? 2. Bagaimanakah membuat perencanaan tindakan dalam PTK? 3. Bagaimanakah melaksanakan tindakan dalam PTK? 4. Bagaimanakah melakukan pengamatanobservasi dan pengumpulan data dalam PTK? 5. Bagaimanakah melakukan refleksi pada PTK? 51 KEGIATAN BELAJAR 3: PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Tujuan Pembelajaran