66
5. Keadaan Siswa SMA Negeri 2 Pati
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sutowo selaku Kepala Sekolah, diperoleh informasi mengenai keadaan siswa SMA N 2 Pati
yang secara umum merupakan siswa pilihan yang lolos seleksi masuk ke SMA N 2 Pati. Ditinjau dari segi prestasi baik secara akademik dan non-akademik, siswa
SMA N 2 Pati telah banyak meraih penghargaan dan kejuaraan lomba baik di tingkat Kabupaten, Karisidenan, Profinsi , maupun Nasional. Dengan kualitas
prestasi akademik dan non-akademik yang dimiliki inilah, siswa-siswi SMA N 2 Pati menjadi patut diperhitungkan dan di golongkan kedalam siswa-siswi
unggulan di Kabupaten Pati. Pada tahun pelajaran 20092010, siswa SMA N 2 Pati berjumlah 1024
anak. Pembagian siswa berdasarkan tingkatan kelas dan jenis kelamin adalah 322 siswa kelas X yang terdiri dari 150 siswa laki-laki dan 172 siswa perempuan,
kelas XI sejumlah 316 siswa yang terdiri dari 120 siswa laki-laki dan 196 siswa perempuan, dan 386 siswa kelas XII yang terdiri dari 171 siswa laki-laki dan 215
siswa perempuan. Ditinjau dari segi religi, sebagian besar siswa SMA N 2 Pati menganut agama Islam yaitu sejumlah 936 anak, dan selebihnya adalah memeluk
Agama Kristen sejumlah 67 anak, Katholik sejumlah 20 anak, dan Budha sejumlah 1 anak.
6. Pembelajaran Seni Rupa di SMA N 2 Pati
Berdasarkan kajian teori yang memaparkan konsep pembelajaran seni rupa, diketahui bahwa pendidikan seni yang tepat untuk diterapkan pada sekolah
umum termasuk juga SMA adalah pembelajaran seni rupa yang berkonsep pendidikan melalui seni. Dalam hal ini pembelajaran seni rupa yang ada di
67
sekolah berperan dalam mendorong dan memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman baik berupa pengetahuan kesenirupaan, pengalaman
mengapresiasi karya seni rupa, dan pengalaman berkarya seni rupa. Sebelum masuk kepada bahasan mengenai bagaimana konsep pembelajaran seni rupa
dalam pendidikan seni di SMA N 2 Pati, terlebih dahulu Bapak Budi Sulistiyono menuturkan sejarah pelaksanaan pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati dengan
menyatakan bahwa, ada dua model pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati, yakni sebelum ada sertifikasi mengajar, dan sesudah ada sertifikasi mengajar.
Sebelum adanya sertifikasi mengajar, pembelajaran seni rupa dilaksanakan dalam waktu yang sama dengan pembelajaran seni musik. Supaya pembelajaran seni
dapat dikelola dengan baik, setiap siswa diberi kebebasan memilih salah satu Sub Mata Pelajaran Seni sesuai minat masing-masing. Dengan adanya kebijakan
tersebut, pelaksanaan pembelajaran seni rupa dan seni musik dilaksanakan dalam waktu yang sama di tempat terpisah pada setiap pertemuan pembelajaran seni.
Masing-masing sub pembelajaran seni yang telah dipilih siswa diberikan selama empat semester yakni mulai kelas satu semester awal, hingga kelas dua semester
akhir. Kebijakan ini memberikan waktu yang sangat cukup bagi Bapak Budi Sulistiyono untuk menyampaikan seluruh materi pembelajaran seni rupa termasuk
beberapa materi kreasi yang bersifat ekspresif seperti halnya berkarya sketsa, ilustrasi, poster, dan lukis kanvas kepada siswa.
Setelah adanya sertifikasi mengajar, tiap sub Mata Pelajaran Seni Budaya baik seni rupa, musik, tari maupun drama mengalami pemecahan jam
pembelajaran. Sebagai konsekuensinya, siswa SMA N 2 Pati dituntut untuk
68
memperoleh semua jenis pembelajaran seni yang ada dalam waktu yang berbeda. Sehubungan dengan hal ini, turun kebijakan yang mewajibkan seluruh siswa kelas
X untuk mengikuti pembelajaran seni musik, sedangkan seluruh siswa kelas XI hingga kelas XII semester ganjil mengikuti pembelajaran seni rupa. Selain itu,
siswa juga diberi kebebasan mengikuti ekstrakurikuler tari ataupun drama. Dengan dialokasikannya waktu sebanyak tiga semester untuk pembelajaran seni
rupa, maka pembelajaran seni rupa setelah ada sertifikasi mengajar mengalami persempitan waktu dibanding sebelum ada sertifikasi mengajar sehingga
pemberian materi dibatasi supaya lebih fokus kepada tujuan kurikulum. Berdasarkan kajian teori mengenai pengembangan KTSP, diketahui
bahwa tiap-tiap Satuan Pendidikan atau sekolah memiliki otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, dalam pemilihan materi
pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati, Bapak Budi Sulistiyono selaku guru menuturkan bahwa guru memiliki kewenangan mengembangkan kurikulum atau
menentukan materi apa saja yang akan diberikan kepada siswa dengan tetap berpegang pada Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD untuk
setiap jenjang kelas. Demi tercapainya tujuan kurikulum dalam keterbatasan waktu, Bapak Budi Sulistiyono lebih memilih untuk mengembangkan materi seni
rupa ke arah apresiasi dan kreasi. Dalam hal ini, Bapak Budi Sulistiyono menuturkan bahwa dalam mengantarkan materi apresiasi maupun kreasi, terlebih
dahulu siswa diberi pengetahuan teori sehingga membantu siswa dalam melaksanakan praktek.
69
Jika dalam kajian teori otonomi pendidikan pada masing-masing sekolah diberikan dengan catatan tetap berpegang pada SK dan KD dalam SI dan SKL,
maka peran pendidikan seni rupa dalam membantu peserta didik mengembangkan multikecerdasan yang diantaranya berupa kecerdasan visual spasial, kreativitas,
serta mengembangkan kecakapan hidup serta bagi penerusan jenjang pendidikan selepas dari bangku SMA menjadi tuntutan yang penting untuk dipenuhi dalam
pendidikan seni rupa di setiap sekolah. Berkaitan dengan hal ini, Bapak Budi Sulistiyono mengungkapkan bahwa, meskipun nantinya kompetensi siswa yang
diperoleh selama pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati tidak digunakan siswa pada penerusan jenjang pendidikan ataupun tidak ditujukan untuk membentuk
siswanya menjadi seorang seniman, akan tetapi pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati setidaknya mampu memberikan pengalaman yang dapat menjadi bekal
siswa dalam menjalani hidup. Berdasarkan pernyatan Bapak Budi Sulistiyono, diketahui bahwa pemberian pengalaman dalam berkesenian rupa tetap menjadi
orientasi utama dari pembelajaran seni rupa yang dilaksanakan di SMA N 2 Pati.
7. Menggambar Konstruksi Perspektif sebagai Materi Pembelajaran Seni Rupa di Kelas XI IPA1 SMA N 2 Pati Tahun Pelajaran 20092010
Jika pada kajian teori diketahui bahwa otonomi pendidikan diberikan kepada sekolah dalam mengembangkan kurikulum dengan tetap berpegang pada
SK dan KD yang tercantum dalam silabus, maka untuk menentukan kesesuaian antara aturan yang berlaku dengan praktek yang berlangsung di SMA N 2 Pati,
peneliti melakukan pengamatan dan pembandingan antara silabus pusat silabus terbitan Dinas Pendidikan Nasional dengan silabus yang dikembangkan guru
70
terkait dengan pemilihan materi menggambar konstruksi perspektif sebagai materi pembelajaran untuk diajarkan di kelas XI Jurusan IPA semester dua.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa Kelas XI
Jurusan IPA pada semester dua yang bersumber dari pusat, peneliti tidak menemukan KD menggambar perspektif secara eksplisit, tetapi peneliti
mendapatkan KD menggambar teknik proyeksi sebagai salah satu bagian dari SKKD seni rupa kelas XI IPA semester dua. Ketidaksesuaian yang ditemukan
peneliti antara SKKD Silabus Pusat dengan SK KD Silabus Sekolah semakin jelas setelah peneliti menemukan SK menggambar teknik prespektif untuk kelas
XII IPA semester satu pada Silabus Pusat. Setelah dilakukan wawancara dengan Bapak Budi Sulistiyono, diperoleh
keterangan bahwa penyelenggaraan pembelajaran menggambar perspektif di kelas XI IPA semester dua, tidak lain adalah sebagai kebijakan Bapak Budi Sulistiyono
selaku guru seni rupa di SMA N 2 Pati dalam pengembangan kurikulum yang tentunya harus menyesuaikan keadaan pembelajaran seni rupa dengan
keterbatasan waktu setelah adanya sertifikasi. Kebijakan ini sengaja ditempuh selama menghadapi kondisi lapangan, yakni berkaitan dengan waktu pelaksanaan
Ujian Nasional siswa kelas XII yang diajukan lebih awal dan banyak menyita waktu dari pada jadwal yang telah ditentukan dalam Kalender Pendidikan.
Sebagai konsekuensinya, materi menggambar perspektif untuk kelas XII IPA semester satu tidak dapat diberikan secara intensif, sehingga waktu pelaksanaan
pembelajaran menggambar perspektif diajukan untuk diajarkan di kelas XI IPA
71
semester dua. Supaya siswa tidak kesulitan dalam mempelajari gambar perspektif, sebelumnya Bapak Budi Sulistiyono telah memberikan materi menggambar teknik
proyeksi pada siswa kelas XI IPA semester satu. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa pemilihan materi
pembelajaran menggambar konstruksi perspektif yang dilaksanaan pada seluruh kelas XI IPA di SMA N 2 Pati termasuk kelas XI IPA1, merupakan salah satu
wujud dari otonomi sekolah dalam menjalankan kurikulum. Hal ini berkaitan langsung dengan wewenang guru Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa dalam
mengembangkan KTSP, serta kebijakan guru dalam menghadapi kondisi lapangan yang sering tidak sesuai dengan idealisme sebuah perencanaan. Dalam hal ini,
meskipun penentuan materi dipertimbangkan sesuai SK dan KD yang telah ditentukan, alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran menggambar konstruksi
perspektif mengalami pergeseran waktu sehingga pelaksanaannya satu semester lebih awal jika dibandingkan dengan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam
silabus pusat.
B. Perencanaan Pembelajaran Menggambar Konstruksi Perspektif di kelas XI IPA1 SMA N 2 Pati