26 Adapun masyarakat yang menyandang gelar bangsawan mereka tetap
menggunakan bahasa yang biasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Jika diamati dari berbagai ranah, maka penggunaan bahasa Sumbawa dapat dijelaskan bahwa dalam
ranah lingkungan sehari-hari baik itu ranah tetangga maupun pertemanan, baik itu lelaki ataupun perempuan tetap menggunakan bahasa Sumbawa yang biasa saja dan
tidak ada penggunaan bahasa yang sangat halus dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa Sumbawa memiliki tingkatan yang lebih sederhana.
4.2 Pengaruh dari Kategori – Kategori Sosial
4.2.1 Bahasa Bali
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, stratifikasi sosial di Bali menyebabkan adanya penggunaan tingkatan-tingkatan Bahasa Bali. Berikut merupakan percakapan
bahasa Bali oleh komunitas tutur bahasa Bali dataran yang masih erat kaitannya dengan pelapisan sosial masyarakat berdasarkan keturunan Wangsa sehingga
penggunaan tingkatan-tingkatan bahasa Bali sangat kental. Menurut data lapangan yang telah dikumpulkan, penggunaan bahasa masyarakat Bali tetap dipengaruhi
stratifikasi sosial, tetapi mengalami perkembangan khususnya perilaku verbal penutur terhadap petutur dengan kecenderungan bertolak pada stratifikasi modern yaitu
stratifikasi sosial terdiri atas golongan atas
Triwangsa
+
Jaba
dan golongan bawah
Tri Wangsa
+
Jaba
. Komunikasi etnografi
SPEAKING Setting and Scenes,
Participants, End, Act Sequence, Key, Instrumentalities, Norms,
and
Genre
yang dikemukakan Hymes 1974 membantu menjelaskan fungsi penggunaaan tingkatan-
tingkatan bahasa Bali. Tingkatan-tingkatan bahasa Bali semakin terlihat dalam tataran kalimat yang mengandung unsur-unsur pendukung lain untuk menentukan bentuk
Berikut percakapan yang menunjukkan penggunaan tingkatan-tingkatan bahasa Bali berdasarkan ranah keluarga, tetangga, kantor pasar, dan agama.
4.2.1.1 Ranah Keluarga
Ranah keluarga dibatasi dari latarnya yaitu percakapan keluarga dengan latar rumah, sehingga dapat dipastikan contoh percakapan ini diketahui latar tempatnya
dengan pasti yaitu di rumah. Tingkatan-tingkatan bahasa Bali oleh masyarakat Bali dalam ranah keluarga umumnya ditemukan penggunaan
basa Bali andap
yang sering disebut
basa Bali kepara
lebih banyak, tetapi kondisi-kondisi tertentu yang mendorong penutur dan petutur menggunakan
basa Madya
yang menunjukkan rasa bahasa yang ada di tengah di antara biasa dan
alus
.
27 L:
Uli dije busan, Luh?
‘darimana tadi,
Luh
?’ P:
ne ngateh adi, li sepatu, Po Nik
‘ini, mengantar adik beli sepatu,
Po Nik
’ 1 Percakapan 1 adalah percakapan beda usia antara laki-laki yang lebih tua
daripada perempuan tetapi keduanya memiliki status sosial yang sama. Penggunaan bahasa yang digunakan adalah
basa kepara
yang biasa digunakan dalam suasana bersahaja. Panggilan
Luh
merupakan panggilan anak perempuan di Bali dengan status sosial
Jaba
yang juga memiliki suasana bersahaja serta menunjukkan keakraban, sedangkan
Po Nik
merupakan panggilan yang bermakna literal ‘bapa cenik’ panggilan khusus untuk paman bungsu dengan status sosial yang sama yaitu
Jaba.
P:
Om Swastyastu, mriki ngajeng dumun Dewa Man, Jero twn sareng?
‘Om Swastyastu, sini makan dulu, Dewa Man. Jero ga ikut’ L:
Om Swastyastu, tyang sampun Mek Yan, ten Ibu ten sareng.
‘Om Swastyastu. Saya sudah makan, Mek Yan. Tidak Ibu tidak ikut’ 2 Percakapan 2 adalah percakapan antara perempuan dan laki-laki berbeda
usia dan berbeda status sosial. Perempuan memiliki usia yang lebih tua dari laki-laki, tetapi sebaliknya, status sosial wrga brjenis kelamin laki-laki ini memiki status sosial
yang lebih tinggi dari perempuan tersebut sebagai lawan bicaranya. Dalam percakapan ini penutur dan petutur menggunakan
basa alus madya
karena kedudukan status sosial petutur Laki-laki lebih tinggi walaupun memiliki usia yang lebih muda
daripada penutur. Fenomena ini banyak ditemyukan akhir-akhir ini dii ranah keluarga karena banyaknya pernikahan antara
Tri Wangsa
dan
Jaba
terjadi sehingga pihak
Jaba
yang biasanya perempuan memiliki panggilan
Jero
sebagai penanda bahwa status sosialnya sudah naik lebih tinggi di masyarakat.
4.2.1.2 Ranah Tetangga
Ranah tetangga juga dibatasi seperti ranah keluarga dengan membatasi latar dan topik percakapan, percakapan ranah tetangga berlangsung di rumah tetangga
dengan percakapan sehari-hari yang tidak berkaitan dengan ranah pasar dan keagamaan. Berikut contoh percakapan yang diambil di lapangan.
L
1
: mangkin sampun memenjor, Pak Kelian?
‘sekarang sudah membuat penjor, Pak Kelian?’ L
2
:
nggih, ngemalunin gis Man
‘ya. Mendahului sedikit Man’ 3
28 Percakapan 3 adalah percakapan antara laki-laki dan laki-laki yang
bertetangga memiliki usia dan status sosial yang berbeda. Penutur yang memiliki status sosial lebih rendah dari petutur menggunakan
basa alus madia
yang menunjukkan adanya suasana bersahaja dan rasa hormat penutur kepada petutur
sebagai orang yang kedudukan lebih tinggi di masyarakat sebagai perangkat dusun. Percakapan tersebut dalam situasi normal tanpa melibatkan emosional keduanya
sehingga bahasa yang digunakan adalah
basa madia
. L
1
:
liu sajan ngutang di warung, dije Kae Rik? Oke gedeg
‘banyak sekali berhutang di warung, dimana Kamu Rik? aku gedeg’ L
2
:
adi bani ngojog umah Kae? Pesu
‘kok berani-beraninya mendatangi rumahku?’ 4 Percakapan 4 merupakan percakapan antara laki-laki dan laki-laki yang
memiliki usia dan status sosial sama. Keadaan kedua laki-laki tersebut sedang marah sehingga menggunakan
basa kasar
yang ditegaskan dengan panggilan
Oke
‘aku’ pada dirinya sendiri dan
kae
‘kamu’ pada lawan bicaranya.
4.2.1.3 Ranah Kantor
Latar ranah kantor yaitu di kantor dengan topik pembicaraan yang berkaitan dengan kantor seperti administratif, kegiatan di kantor tanpa menyentuh topik jual beli
di pasar dan keagamaan. Ranah kantor yang lebih luas dari ranah keluarga dan tetangga membuat penggunaan tingkatan-tingkatan bahasa Bali lebih intensif
penggunaannya serta bahasa semakin halus menyesuaikan rasa bahasa yang sarat akan rasa hormat dan penghargaan kepada lawan bicara.
P:
semengan be ngopi pegawai ne
‘pagi-pagi sudah ngopi pegawai ini’ L:
mriki sareng Bu Bos, ijin jebos
‘mari ikut Bu Bos, ijin sebentar’ 5 Percakapan 5 adalah percakapan antara perempuan dan laki-laki yang
memiliki kedudukan yang berbeda dalam pekerjaan. Keduanya berjenis kelamin yang berbeda tetapi terlihat pada percakapan tersebut petutur pembicara laki-laki
menggunakan
basa madia
kepada penutur karena kedudukan pembicara perempuan lebih tinggi dalam pekerjaan. Percakapan di aas menunjukkan situasi normal.
4.2.1.4 Ranah Pasar
Latar ranah pasar adalah di pasar dengan topik pembicaraan yang berkaitan dengan pasar seperti pengiriman barang dagangan, jual beli, harga barang yang naik
29 turun dan obrolan seputar kegiatan antarpedagang. Pada ranah ini lebih banyak
ditemukan penggunaan
basa kepara dan madia
karena situasinya juga situasi informal.
P
1
:
Mriki belinin tyang Geg, mare teka cekalang ne gede-gede bin
‘sini berbelanjalah pada saya Geg, ikan cakalangnya baru saja datang, besar besar lagi’
P
2
:
kude a kilo, Bu?
‘berapa sekilo Bu?’ 6 Percakapan 6 adalah percakapan antara pedagang dan pembeli yang sama-
sama perempuan tetapi berbeda usia. Dalam percakapan di atas, pedagang yang berumur lebih tua menggunakan
basa madia
pada awal tuturannya pada pembeli yang lebih muda darinya. Percakapan di atas menunjukkan adanya penggunaan tingkatan-
tingkat bahasa Bali dalam ranah pasar disebabkan oleh kedudukan kedua pembicara yang berbeda dan tidak memperhitungkan perbedaan umur yang umumnya juga
menjadi indikator penggunaan tingkatan-tingkatan bahasa Bali. Percakapan di atas merupakan percakapan dengan situasi normal.
4.2.1.5 Ranah Keagamaan
Ranah keagamaan merupakan ranah dengan latar di tempat-tempat kegiatan keagamaan berlangsung dan tempat berkumpul seperti
balai banjar
yang berkaitan dengan topik pembicaraan dan kegiatan keagamaan. Umumnya penggunaan bahasa
Bali dalam ranah keagamaan cenderung ke situasi normal sehingga bahasa Bali yang memiliki rasa bahasa halus, sopan, dan rasa hormat digunakan.
Dewasa :
Damuh Alit sampun sami makta canang angge mebakti?
‘anak-anak sudah semua membawa canang untuk sembahyang?’ Anak
:
Sampun, Jero Mangku
‘sudah, Jero Mangku’ 7 Percakapan 7 merupakan percakapan antara penutur dewasa dan anak-anak
yang menggunakan
basa alus mider
yang digunakan untuk menunjukkan rasa sangat hormat walaupun dalam percakapan tersebut lawan bicara penutur dewasa adalah
anak-anak tetapi anak-anak tersebut juga dihormati sehingga penggunaan
basa alus mider
digunakan dalam percakapan di atas.
4.2.2 Bahasa Sasak