Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

9

BAB III METODE PENELITIAN

Kajan penelitian ini menerapkan metode kualitatif. Data primer dalam penelitian ini adalah data tulis dan lisan, sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung teori dasarnya. Metode penelitian ini dibagi menjadi dua sub-bab, yaitu pengumpulan data, pemrosesan data, dan analisis data.

3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kajian ini melibatkan observasi partisipasi dan teknik elisitasi Labov 1972b: 102-11. Observasi partisipasi diterapkan sebagai teknik dasar dimana peneliti terlibat dan menjadi bagian dari sebuah kelompok tutur. Penelitian seperti ini penting dilakukan guna untuk meminimalkan paradoks pengobservasi Labov 1972a: 10 dan untuk memperoleh tuturan spontan dari para penutur. Prosedur teknik elisitasi bisa mengambil berbagai bentuk yang bergantung pada respon alami yang diinginkan. Dalam penelitian ini respon lisan lebih diutamakan. Akan tetapi, wawancara individu juga akan dilakukan guna mengumpulkan data tambahan. Ketika penelitian sosiolinguistik dilakukan, faktor sosiologis dianggap lebih utama dibandingkan dengan faktor geografis dan kompleksitas struktur sosial yang membuat pengetahuan individual tentang area tersebut menjadi tidak begitu berterima Trudgil 1974:20. Lebih lanjut, kajian ini intinya untuk menjabarkan kategori status sosial, jenis kelamin, dan umur di masyarakat dimana bahasa tersebut dituturkan. Guna mengukur kelas sosial secara objektif, digunakan tiga unsur indeks dari Labov 1972c:115, yaitu: pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Trudgill 1974: 60 membagi enam unsur indeks: pekerjaan, penghasilan, pendidikan, perumahan, lokalitas, dan pekerjaan ayah. Chaika 1989-236 mengemukakan indeks karakteristik status sosial ISC yang terdiri dari pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan tempat tinggal digunakan untuk mengukur subjek status sosial. Sampai sejauh ini, status sosial dapat diukur oleh empat unsur indeks, yaitu pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan hubungan sosial. Indeksnya diadaptasikan pada situasi yang berkembang di masyarakat baru-baru ini. Analisis kajian ini berupa analisis kategori sosial. Faktor sosio-ekonomi kemungkin juga penting dalam variasi bahasa yang relevan dengan penggunaan 10 bahasa secara potensial. Selanjutnya indikator primer informan dalam kajian ini sebagai berikut: A. Umur antara 15-60 tahun dan berbicara dengan normal B. Laki-laki atau perempuan C. Indeks status sosial; 1. Grup etnik asli berasal dari tempat bahasa dituturkan 2. Memiliki pekerjaan tetap di pemerintahan atau sektor swasta di daerah sekitar. 3. Anggota dari organisasi lokal tertentu. 4. Menduduki posisi tertentu dalam pekerjaan; misalnya berkedudukan tinggi, kedudukan menengah, atau kedudukan rendah dalam sebuah pekerjaan. 5. Berinteraksi aktif dengan pasangan atau pasangan masa depan, orang tua, kakak laki-laki atau perempuan dan kerabat. 6. Aktif secara sosial di masyarakat. Dengan metode tersebut peneliti menentukan variabel dalam populasi yang dikaji untuk memastikan individu yang dikumpulkan mewakili semua profesi, jenis kelamin, dan umur. Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah bahasa-bahasa tersebut dituturkan, dengan mengaplikasikan tiga variabel sosial yang ditentukan: umur, jenis kelamin, dan status sosial. Dari ketiga variabel sosial tersebut akan ada beberapa kelompok individu yang terdiri atas jenis kelamin laki-laki dan perempuan, posisi pekerjaan berbeda termasuk manajer, kepala kantor, direktur atau pegawai; pegawai biasa seperti staf, dan pekerja terampil; dan pekerja kantor tingkat rendah atau pekerja tidak terampilburuh meliputi pesuruh, supir, penjaga malam, petani, nelayan dan lain- lain, dan rentang umur antara 15 sampai 60 tahun. Pemilihan wilayah dimulai dari menghubungkan semua aktivitas sosial dengan grup etnis yang akan diidentifikasi. Dari grup etnis tersebut paling tidak dipilih sepuluh tempat dalam setiap komunitas tutur. yang diseleksi secara acak, sejauh tempat tersebut relevan dengan aktivitas sosial yang dimaksud. Data dan informasi untuk aktivitas sosial berbeda diperoleh dari organisasi lokal. Setiap tempat yang diseleksi akan dikunjungi untuk pertama kali untuk mendapat informasi tentang anggota komunitas. Berdasarkan informasi tersebut, setidaknya informan seorang laki-laki dan seorang perempuan akan diseleksi dari setiap tempat. Dari informan 11 tersebut akan ada kira-kira 40 informan sebagai informan utama informan kunci secara keseluruhan. Selanjutnya, setiap informan akan digunakan sebagai terusan untuk menghubungkan individual lain di wilayah tersebut sebagai teman. Informasi- informasi terseleksi tersebut kemudian diobservasi berdasarkan beragam ranah seperti keluarga, tetangga, pasar, dan seterusnya. Sebelum kerja lapangan dilaksanakan, asisten peneliti akan dilatih. Mereka merupakan mahasisswa yang peminatannya dalam pengerjaan penelitian sosiolinguistik. Surat izin untuk masuk ke komunitas dari pemerintah lokal disiapkan sebagai langkah primer. Dengan menggunakan surat ini peneliti akan masuk komunitas dengan mudah. Informan terpilih di tempat kerja akan didekati, dan setiap dari mereka akan diberitahu tujuan dari wawancara yang dlakukan. Ketika itu disetujui, informan di bawah investigasi akan diminta untuk memperkenalkan peneliti pada teman laki-laki atau perempuannya di tempat kerja atau di kehidupan sosial lainnya. Mereka akan diminta untuk berpartisipasi dalam observasi. Sekali informan ditentukan, mereka akan diminta untuk mengisi kuesioner memfokuskan latar belakang pribadi mereka, aktivitas-aktivitas sosial, dan kecenderungan berbahasa. Kuesioner menanyai informan untuk mengindikasikan bahasa apa dan bagaimana mereka berbicara pada orang-orang dekat, yang mereka hargai, dan yang mereka marahi. Ini memungkinkan kita memperoleh dampak komposisi linguistik informan dan untuk memungkinkan pemerolehan informasi informan yang informan dengan latar belakang sosial beragam akan paling bisa menggunakan bahasa secara tepat. Setelah subjek-subjek yang dibutuhkan dipilih, peneliti menyediakan kuesioner yang akan mengambil waktu kira- kira satu bulan untuk dikumpulkan. Peneliti menjadwalkan para informan untuk wawancara berdasarkan pilihan mereka instrumen penelitian akan dirancang di kemudian hari. Semua wawancara berupa wawancara grup. Percakapan grup, yang terdiri dari minimal dua dan maksimum lima informan akan dilakukan antara di tempat kerja mereka atau di tempat lain. Semua grup percakapan akan direkam dan divideokan menggunakan media elektronik radio kaset perekam stereo Sony dan perekam video-cam Sony . Fungsi peneliti di sini sebagian besar menjadi inisiator dan monitor. Para informan sendiri melanjutkan percakapan dan peneliti aktif mencatat, merekam, dan terlibat dalam percakapan seperlunya. Secara khusus, para informan dapat mengerti bahwa peneliti khususnya tidak menginginkan mereka berbicara dalam “bahasa tepat atau standar”. Demi 12 meminimalkan efek paradoks pengobservasi Labov, 1972, informan didorong untuk berbicara satu sama lain daripada pada peneliti, dan untuk berbicara senaturalnya. Observasi dilaksanakan di ranah berbeda. Janji dengan informan dibuat untuk mengamati pembawaan mereka pada percakapan dalam ranah tertentu. Oleh karena wilayah penelitiannya di komunitas berbeda Sasak dan Sumbawa, kategori sosial tiap komunitas juga berbeda. Oleh sebab itu, metode akan dimodifikasi menurut kepentingan sesuai dengan situasi dalam komunitas tutur masing-masing

3.2 Pemrosesan data