8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Prestasi Belajar
Slameto 2010: 2 mengemukakan bahwa: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehingga dengan proses belajar yang didapat dari pengalaman dan
berinteraksi langsung dengan orang lain, maka setiap individu akan memperoleh hal baru yang dapat dipelajari”.
Belajar pasti dilakukan secara sadar oleh setiap individu
untuk menghasilkan sebuah perubahan yang positif. Berhasil tidaknya sebuah perubahan dari kegiatan belajar bergantung kepada
faktor - faktor yang mempengaruhi. Menurut Dalyono 2010:55 faktor - faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi
dua macam, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar
diri individu itu sendiri. Adapun faktor - faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah kesehatan, inteligensi dan bakat,
minat dan motivasi serta cara belajar. Sedangkan faktor -faktor yang termasuk ke dalam faktor eksternal adalah keluarga, sekolah dan
kematangan emosional orang tua. Menurut Slameto 2010:3-5 ada enam perubahan tingkah
laku dalam pengertian belajar, yaitu:
9 1
Perubahan terjadi secara sadar Perubahan ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang - kurangnya pembelajar merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan
dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah,
sedangkan perubahan yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian
belajar.
2 Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Misalnya seorang anak belajar
menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus
hingga kecakapan menulisnya semakin menjadi lebih baik dan sempurna.
3 Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan akibat belajar yang tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, serta perubahan itu akibat
adanya usaha yang dilakukan bukan karena sikap yang diam dan pasrah.
4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan dalam belajar bersifat menetap atau permanen berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap. Perubahan ini bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja seperti keringat, bersin, keluar
air mata, menangis dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
5 Perubahan dalam belajar tertuju dan terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah
laku seseorang yang benar – benar disadari. 6
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang dilakukan seseorang setelah melalui suatu
proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Perubahan yang terjadi akibat perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Pengertian prestasi belajar menurut Sutrinah Tirtonegoro 2001: 3 adalah “Penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam
10 periode tertentu”. Sedangkan menurut Muhibbin Syah 2003: 142
“Evaluasi adalah pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif”. Dalam penelitian ini digunakan nilai akhir ujian semester
UAS dan ulangan harian yang tertuang dalam nilai raport siswa SMA N 2 Temanggung. Dengan demikian nilai raport menunjukkan
tingkat keberhasilan siswa dalam melakukan belajar. 2.
Kesadaran Belajar “Kesadaran belajar adalah proses pembentukan kebiasaan –
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap – sikap dan kebiasaan – kebiasaan
perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu” Muhibbin Syah, 2008:123. Uraian
tersebut sejalan dengan Slameto 2010: 82 yang mengatakan bahwa “Kesadaran belajar mempengaruhi prestasi belajar antara lain dalam
hal pembuatan jadwal belajar dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi pelajaran, konsentrasi serta dalam
melaksanakan tugas”. Kesadaran belajar cenderung menguasai siswa bila
melakukan kegiatan belajar. Hal ini disebabkan bila siswa sudah memiliki kesadaran belajar, kegiatan belajar menjadi sebuah kegiatan
yang menyenangkan, bukan sebuah paksaan dari pihak manapun,
11 dan perbuatan kesenangan cenderung untuk diulang, yang pada
akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Hal ini juga didukung oleh Djaali 2007:127 yang menyebutkan bahwa hasil
belajar mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau study habit
. Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang–ulang, yang pada akhirnya menjadi
menetap dan bersifat otomatis. Djaali 2007:99 mengemukakan bahwa:
“Cara belajar setiap siswa berbeda, seperti bagaimana bentuk catatan dan pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas
belajar lainnya. Cara dalam memahami materi pun juga berbeda - beda, ada yang hanya dengan membaca, ada yang
hanya dengan mendengarkan, ada yang harus dicatat terlebih dahulu agar bisa dibaca secara berulang - ulang
dan sebagainya” 2007: 99. Selain itu keterampilan mengatur waktu merupakan suatu
keterampilan yang sangat penting, seperti yang dikutip oleh Tyas Arya Kusuma 2011 bahwa “Ada ahli keterampilan studi yang
berpendapat bahwa keterampilan mengelola waktu dan menggunakan waktu secara efisien merupakan hal yang terpenting
dalam masa studi maupun seluruh kehidupan siswa” The Liang gie, 1995, h.167.
Menurut seorang ahli yang bernama J. Bigger 1980 dalam buku Psikologi Belajar Muhibbin Syah, 2011:155 berpendapat
bahwa “Belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu – waktu lainnya. Di antara siswa ada yang siap belajar pagi
12 hari, ada pula yang siap pada sore hari, bahkan tengah malam.
Perbedaan waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan waktu belajar seorang siswa dengan siswa lainnya”.
Kesadaran belajar merupakan dorongan dari dalam individu siswa yang sedang belajar untuk mendapatkan perubahan tingkah
laku pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung. Menurut Hermianto Sofyan 2004:24 indikator tersebut antara lain:
1 Adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3 Adanya harapan dan cita – cita masa
depan; 4 Adanya penghargaan dalam belajar; 5 Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa
dapat belajar dengan baik. Sumadi Suryobroto 2002: 238 mengatakan bahwa:
“Cita – cita merupakan pusat dari bermacam – macam kebutuhan, artinya kebutuhan - kebutuhan biasanya
disentralisasikan di sekitar cita - cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar.
Dengan adanya keinginan untuk mewujudkan cita - cita ini maka siswa akan lebih terdorong untuk giat belajar tanpa
paksaan dari siapa pun”. Seorang siswa yang memiliki kesadaran dalam belajar akan
memiliki kemauan untuk aktif mempersiapkan diri untuk melakukan kegiatan belajar, bekerja keras merencanakan setiap kegiatan
belajarnya dan berusaha mengatasi kesulitan belajarnya, baik dengan berusaha sendiri ataupun dengan bertanya kepada orang lain yang
13 lebih paham. Hal ini juga didukung oleh Syaiful Bahri Djamarah
2008:153 yang mengatakan bahwa: “Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik
dalam belajar. Siswa yang belajar karena motivasi intrinsik tidak akan cepat terpengaruh oleh lingkungan, semangat
belajar yang dimiliki kuat, tanpa diberikan janji – janji bila mendapat prestasi yang baik siswa ini akan belajar dengan
sendirinya karena ingin memperoleh ilmu yang sebanyak – banyaknya”.
Dari uraian di atas indikator kesadaran belajar dalam
penelitian ini yaitu cara belajar, kesadaran memotivasi diri sendiri dan kesadaran bahwa belajar adalah bekal untuk masa depan.
3. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pergaulan seorang anak untuk pertama kalinya anak lahir di dunia. Selain itu keluarga juga
berpengaruh dalam membentuk karakter anak. Fuad Ikhsan 2008:57 mengatakan bahwa “Keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah kemudian anak dilahirkan dan
berkembang menjadi dewasa”. Hal ini didukung oleh Slameto 2010:61 yang menyebutkan bahwa:
“Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama, keluarga yang sehat besar artinya pendidikan dalam
ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu bangsa, negara dan dunia. Peranan
keluarga di dalam pendidikan anaknya sangat penting karena cara mendidik orang tua pada anak – anaknya sangat
berpengaruh terhadap hasil belajarnya”. Kebanyakan orang tua ingin sekali agar anaknya mencapai
prestasi yang tinggi di sekolah. Mereka ingin membantu
14 perkembangan intelektual dan sosial mereka secara tulus dan
ikhlas. Tetapi orang tua mengalami kesukaran untuk mewujudkan keinginannya itu menjadi perbuatan yang
efektif. Keinginan yang kuat dari orang tua tetapi orang tua tidak berbuat sesuatu yang efektif dalam mendorong anak -
anaknya untuk belajar. Elida, 1989:149 Ada orang tua yang mendorong anaknya untuk mencapai
tingkat pendidikan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kepribadian orang tua, tetapi kurang memperhatikan kebutuhan, kemampuan dan
kepribadian anak – anaknya. Hal ini tentu akan mengganggu mental anak dalam belajar, untuk itu perhatian dan dukungan orang tua
mempunyai andil dalam prestasi belajar anak. Seperti yang diungkapkan oleh Zamroni 2001:48 bahwa bentuk – bentuk
perhatian orang tua kepada anak dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan apabila anak mengalami kesulitan dalam belajar, menjalin
komunikasi aktif dengan pihak sekolah agar memperoleh informasi tentang apa yang harus dilakukan para orang tua untuk membantu
mensukseskan pendidikan anaknya. Sedangkan menurut Slameto 2010:60-64 faktor – faktor
lingkungan keluarga yang mempengaruhi belajar anak adalah: 1
Cara orang tua mendidik Cara mendidik orang tua sangat berpengaruh terhadap belajar
anak. Orang tua yang tidak memperhatikan anaknya dalam pendidikan menyebabkan anak kurang berhasil dalam
belajarnya, sedangkan jika orang tua memperhatikan pendidikan anaknya, tidak memanjakan dan juga tidak
memperlakukan terlalu keras maka anak tersebut akan berhasil dalam belajarnya.
2 Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar keluarga yang terpenting adalah relasi antara orang tua dan anak. Selain itu, relasi anak dengan anggota keluarga
15 lainnya juga mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi ini
misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi kebencian, sikap terlalu keras atau
sikap acuh tak acuh dan sebagainya.
3 Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian – kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak
berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduhramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang
belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya.
4 Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan juga membutuhkan fasilitas – fasilitas belajar seperti
ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku buku dan lain – lain. Fasilitas belajar hanya dapat terpenuhi
jika keluarga mempunyai cukup uang.
5 Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas – tugas di
rumah. Kadang – kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,
sedapat mungkin membantu kesulitan anak di sekolahnya.
6 Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan belajar di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan – kebiasaan yang baik agar mendorong semangat anak untuk belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga mulai dari sarana belajar di rumah ataupun perhatian dari
anggota keluarga seperti dukungan orang tua dalam kegiatan belajar anak, harapan orang tua kepada anaknya, memberikan saran
nasihat, memberikan penghargaan kepada apa yang telah dilakukan oleh anaknya memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi
belajar anak.
16 Indikator lingkungan keluarga yang diambil dalam penelitian
ini yaitu sarana belajar, dukungan untuk belajar dan sikap saling menghormati dan menghargai antar anggota keluarga.
4. Sarana Sekolah
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Menurut Abu Ahmadi H. 1991:22 seperti yang dikutip oleh Muhammad
Saiful menyatakan bahwa:
“
Untuk belajar hendaknya pelajar memilih tempat yang memenuhi syarat kesehatan, tempat itu harus bersih,
udara selalu berganti, sinar matahari bisa masuk terutama di pagi hari, ada penerangan yang cukup, tidak terlalu lemah
atau menyilaukan dan usahakan sinar datang dari belakang atau samping sebelah kiri. Tempat itu harus teratur rapi, jauh
dari gangguan serangga, hiruk pikuk dan lalu lalang orang, dan lain - lain yang dapat mengganggu ketenangan belajar.
Kalau ada hiasan hendaknya hiasan yang dapat mendorong semangat dan gairah belajar serta menambah ketenangan
jiwa. Pendek kata kalau anda atau orang lain masuk ke tempat belajar itu merasa tergugah hatinya untuk belajar.
Jadi bukan kamar yang membuat ngantuk, lesu dan atau malas belajar”.
Sarana yang tersedia di sekolah ikut berperan dalam
pencapaian tujuan pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh Sumadi Suryobroto 1997:292 bahwa “Sarana belajar adalah semua
fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan
dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien”. Hal ini juga didukung oleh Ngalim Purwanto 2003:105 bahwa “Sekolah
yang cukup memiliki alat – alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik oleh guru –
17 gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat - alat tersebut
akan mempermudah belajar anak – anak”. Lengkapnya sarana pembelajaran yang digunakan misalnya buku pegangan, lengkap
tidaknya perpustakaan, modul, OHP, LCD, laboratorium komputer, internet dan lain – lain.
Syaiful Bahri Djamarah 2008:184 menyatakan bahwa lengkap tidaknya buku – buku di perpustakaan ikut menentukan
kualitas suatu sekolah. Buku pegangan anak didik pun harus lengkap sebagai penunjang kegiatan belajar, dengan pemilikan buku sendiri
anak didik dapat membaca sendiri kapan dan dimana pun ada kesempatan.
Fuad Ihsan 2008:196 menyebutkan modul memungkinkan siswa belajar sendiri tanpa harus mengikuti pelajaran di sekolah.
Selain itu modul juga meningkatkan efisiensi penggunaan waktu dan fasilitas sekolah, sebab dengan modul memungkinkan guru
membantu dan memperbaiki siswa selama kegiatan belajar mengajar. Dari uraian di atas tentu tidak dapat disangkal bahwa sarana
sekolah mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Siswa dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat
memenuhi segala kebutuhan siswa, seperti laboratorium komputer, modul, buku pegangan, kelengkapan buku di perpustakaan, fasilitas
internet dan lain – lain.
18 Dalam penelitian ini adanya sarana yang memadai dapat
dilihat dari indikator yang ada, seperti kelengkapan sarana di sekolah dan penerangan, sirkulasi udara serta keadaan lingkungan sekolah.
5. Kedisiplinan Siswa
Masykur Arif Rahman 2011: 64 mengatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa Inggris “discipline” yang mengandung beberapa
arti. Diantaranya adalah pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan beberapa tata
tertib untuk mengatur tingkah laku. Disiplin mendorong siswa belajar secara konkrit dalam
praktik hidup di sekolah maupun dirumah. Seperti dikemukakan A. S. Moenir 2000: 95 bahwa “Melalui disiplin yang tinggi
pelaksanaan suatu ukuran dapat mencapai maksud dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.”
Slameto 20010: 67 mengemukakan bahwa “Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di
sekolah, di rumah dan di perpustakaan.” Dari pendapat tersebut, dapat diartikan disiplin dapat membuat siswa belajar lebih maju dan
dengan kemajuan yang diperoleh tersebut maka akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Arikunto 1990:155, peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan sekolah
sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan.
19 Selain itu juga untuk membentuk sikap dan kebiasaan dalam
mengikuti, mentaati dan mematuhi peraturan yang ada. Menurut Tu’u 2004:35 pentingnya disiplin bagi para siswa
adalah sebagai berikut: a.
Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungan. c.
Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
d. Menjauhkan siswa yang ingin melakukan hal – hal yang
dilarang sekolah. e.
Peserta didik hidup dengan kebiasaan - kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
Hal tersebut diungkapkan dalam Tu’u 2004:37 “Dengan
disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya, tanpa disiplin yang baik, suasana kelas dan juga kelas
menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran”.
B. Penelitian yang Relevan