Upaya Mengurangi Praktik money politic

Terkait faktor ketatnya persaingan, Hamdi Muluk 2010: 35 mengistilahkan persaingan elit politik sebagai sindroma kepiting dimana mereka akan saling menjatuhkan dan saling menyaingi untuk memenangkan pemilu sekaligus untuk menguasai pihak lain. Guru Besar Hukum Pidana Universitas Indonesia Harkristuti Harkrisnowo mengungkapkan bahwa lemahnya aturan dan penegakan hukum dalam peraturan pemilu merupakan penyebab utama maraknya money politic. Sementara itu, Anggota KPU Pusat Endang Sulastri mengungkapkan bahwa money politic akan menghasilkan yang cenderung kurang pro-rakyat dan lebih mengakomodir keinginan pemberi dukungan dana selama kampanye Sarundajang. 2012: 129. Selain itu, faktor yang lebih berperan dalam menyuburkan praktik money politic adalah belum adanya kesadaran baik dari peserta pemilu maupun dari pemilik hak pilih tentang pentingnya pemilu yang bersih, jujur, dan adil. Apabila peserta pemilu dan pemilik hak pilih sudar sadar akan pentingnya pemilu yang bersih, jujur, dan adil tentu saja tidak akan ada money politic, karena pembelian suara tidak akan terjadi ketika kedua belah pihak tidak memiliki kesepakatan.

e. Upaya Mengurangi Praktik money politic

Menurut Amzulian Rifai 2003: 102, memberantas praktik money politic merupakan hal yang mustahil untuk dilakukan. Hal ini berdasarkan pada beberapa alasan, yaitu : 1. Mekanisme pengawasan yang dirasa masih lemah 2. Sanksi terhadap partai yang hampir tidak ada sama sekali 3. Lemahnya komitmen untuk menuju kebaikan 4. Penegakan hukum yang lemah. Meskipun demikian, tidak menutup adanya kemungkinan untuk sedikit menekan maupun meminimalkan praktik money politic ini. Rifai sendiri mengajukan 2 langkah untuk mengurangi politik uang, yaitu dengan memunculkan disiplin partai yang keras tanpa diskriminasi dan penegakan hukum yang tidak diskriminatif. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah perluasan praktik money politic adalah dengan mengadakan pengaturan dana kampanye maupun dana parpol agar uang tidak menjadi faktor utama yang menentukan hasil pemilu. Selain itu, upaya ini juga dapat mencegah timbulnya politik patron- klien, dimana parpol maupun wakil rakyat nantinya akan yang lebih memilih untuk mengabdi, tunduk pada kepentingan donatur parpol. Faktor utama yang mampu menyukseskan peraturan dana kampanye dan dana parpol untuk memperkecil kemungkinan adanya praktik money politic adalah adanya transparansi atau keterbukaan yang bersifat universal, komprehensif, dan tepat waktu. Faktor lain yang tak kalah penting adalah adanya dukungan yang diberikan masyarakat dalam melaporkan tindak korupsi politik atau politik uang money politic. IFES atau International Foundation for Election System Toni Andrianus Pito. 2013: 283 pada tahun 2000 mengemukakan setidaknya ada 14 hal yang harus dimasukkan dalam pengaturan dana kampanye dan dana parpol, antara lain: 1 Pengeluaran partai politik untuk tujuan kampanye pemilu harus diambil dari dana kampanye partai yang sudah resmi di audit. 2 Seluruh dana yang dikumpulkan atau dikeluarkan oleh seorang caleg untuk tujuan kampanye harus melalui dana kampanye partai politik yang mencalonkan caleg tersebut dan telah diaudit. 3 Sumbangan yang diterima partai politik dalam bentuk barang atau jasa, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, harus diperlakukan sama dengan sumbangan dalam bentuk uang. 4 Apabila sebuah partai politk menerima sejumlah sumbangan yang dilarang atau melebihi batas yang ditentukan oleh hukum, maka sumbangan tersebut harus dikembalikan kepada donaturnyasecara keseluruhan atau jumlah yang melebihi batas dalam waktu 2 hari 48 jam 5 Sumbangan kontan, tanpa nama, atau tanpa catatan yang melebihi batas dalam rupiah dilarang. 6 Sumbangan melalui secara palsu dibuat atas nama individu ataupun kelompok lain dilarang. 7 UU Pemilu dan UU Partai politik harus secara jelas menyatakan larangan penggunaan dana, tenaga, fasilitas, persediaan, peralatan, perlengkapan, atau sumber daya lain milik negara atau pemerintah untuk mendukung caleg maupun parpol tertentu kecuali diperbolehkan oleh hukum. 8 UU Pemilu secara khusus harus mencantukan pembatasan sumabngan untuk dana kampanye partai politik, yang dibedakan dari sumbangan kepada partai-partai politik dibawah UU Partai Politik. 9 Partai-partai politik harus menunjuk seorang pengurus yang bertangggung jawab atas keuangan parpol. 10 KPU harus menentukan standar yang konsisten dengan prinsip akuntansi professional mengenai pencatatan transaksi partai politik. 11 Partai-partai politik harus diminta untuk mencatat semua transaksi yang melibatkan dana kampanye. 12 Perlu penyediaan komputer untuk mempermudah penyimpanan dan pelaporan catatan dana politik. 13 KPU harus menyediakan perpustakaan untuk memperjelas pengungkapan laporan-laporan audit partai. 14 Pemberlakuan sistem denda uang yang bertingkat, sanksi administratif, dan sanksi pidana terhadap pelanggaran-pelanggaran atas UU dan peraturan dana kampanye dan parpol. Langkah lainnya adalah dengan mengadakan pengawasan bersama yang dapat dilakukan oleh aparat penegak hukum beserta masyarakat terhadap money politic dan negatif campaign untuk meningkatkan kualitas pemilihan pemimpin negeri yang didasarkan atas hukum, transparansi, pertanggungjawaban, efektivitas dan efisiensi sebagai prinsip kunci dalam proses pemilu Sarundajang. 2012: 127. Dengan kata lain pengawasan tersebut ditujukan untuk melindungi hak individu dan kepentingan umum terutama menyangkut suara pemilih guna meningkatkan kualitas dalam pengambilan keputusan yang bijaksana karena pemilih dapat memilih sesuai dengan hati nurani sehingga dapat meningkatkan reabilitas dan legitimasi dari sebuah proses politik. Dengan demikian maka, meningkatkan mekanisme pengawasan pemilu, mempertegas sanksi, penegakan hukum, pengaturan dana kampanye dan parpol, meningkatkan transparansi, serta dukungan sekaligus pengawasan dari masyarakat merupakan kunci utama dalam upaya memperkecil kemungkinan adanya praktek money politic dalam suatu pemilu.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Sabilal Rosyad. 2009. Dengan judul “Praktik Money Politic dalam Pemilu Legislatif di Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 Studi Sosio-Legal- Normatif dari IAIN Walisongo UIN Walisongo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pemilu legislatif tahun 2009 praktek money politic