Sebab dan Akibat Money Politic

tidak dibagikan dalam bentuk uang kepada seluruh anggota masyarakat yang memiliki hak pilih. Jadi money politic saat ini tidak hanya bentuk, kemasannya saja yang semakin banyak tetapi juga sifatnya yang kini semakin terbuka.

d. Sebab dan Akibat Money Politic

Menurut T. Jacob dalam Artidjo Alkostar. 2008: 18 pembelian suara money politic merupakan salah satu bentuk korupsi politik selain tirani, penghianatan atau subversi, lobbyism, kecurangan dalam pemilu, patronage dan favoritism. Alkostar sendiri mengartikan korupsi politik sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh elit politik atau pejabat pemerintahan negara yang memiliki dampak terhadap keadaan maupun kondisi politik dan ekonomi. Korupsi politik setidaknya dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a Ambisi untuk mempertahankan dan memperluas kekuasaan b Sikap acuh tak acuh dari rakyat sehingga tidak ada kontrol efektif dari rakyat c Krisis keteladanan dan kevakuman moral para elit politik d Kemerosotan kredibilitas penegak hukum merosot yang karena krisis institusi dan mental aparat penegak hukum. Korupsi politik yang didalamnya juga mencakup praktik money politic dapat berdampak pada terampasnya kehidupan rakyat sehingga rakyat kehilangan hak strategisnya untuk hidup layak dan mematikan harapan masa depan mereka untuk memperoleh pemipin yang memiliki kemampuan intelektual, kredibilitas, dan juga akseptabilitas yang mumpuni sehingga kesejahteraan rakyat dapat lebih mudah diciptakan. Lebih ekstrim lagi, terdapat anggapan bahwa money politic juga menyebabkan akal sehat masyarakat terbeli hanya untuk membela penjahat daripada pahlawan Tim Redaksi LP3ES. 2002: 65. Mengingat bahwa dampak korupsi politik dinilai lebih mengerikan dibandingkan korupsi biasa karena berkaitan dengan rendahnya moralitas bangsa dan defisit moral penegak hukum, maka tidak salah jika korupsi politik termasuk money politic dianggap sebagai sebagai extra ordinary crime.Didik Suprianto Sarundajang. 2012: 128, mengatakan bahwa money politic dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu : 1. Ketatnya persaingan Ketika terjadi persaingan yang cukup ketat, biasanya para kandidat akan saling berlomba untuk memenangkan persaingan, tetapi tidak dengan saling mengawasi, justru biasanya mereka akan saling berlomba dalam melakukan money politic. 2. Minimnya jumlah dan kemampuan pengawas baik lokal maupun asing 3. Kurangnya partisipasi media dalam mengungkap kasus money politic. Terkait faktor ketatnya persaingan, Hamdi Muluk 2010: 35 mengistilahkan persaingan elit politik sebagai sindroma kepiting dimana mereka akan saling menjatuhkan dan saling menyaingi untuk memenangkan pemilu sekaligus untuk menguasai pihak lain. Guru Besar Hukum Pidana Universitas Indonesia Harkristuti Harkrisnowo mengungkapkan bahwa lemahnya aturan dan penegakan hukum dalam peraturan pemilu merupakan penyebab utama maraknya money politic. Sementara itu, Anggota KPU Pusat Endang Sulastri mengungkapkan bahwa money politic akan menghasilkan yang cenderung kurang pro-rakyat dan lebih mengakomodir keinginan pemberi dukungan dana selama kampanye Sarundajang. 2012: 129. Selain itu, faktor yang lebih berperan dalam menyuburkan praktik money politic adalah belum adanya kesadaran baik dari peserta pemilu maupun dari pemilik hak pilih tentang pentingnya pemilu yang bersih, jujur, dan adil. Apabila peserta pemilu dan pemilik hak pilih sudar sadar akan pentingnya pemilu yang bersih, jujur, dan adil tentu saja tidak akan ada money politic, karena pembelian suara tidak akan terjadi ketika kedua belah pihak tidak memiliki kesepakatan.

e. Upaya Mengurangi Praktik money politic