PEMBAHASAN dr.Halinda Sari Lubis, M.KKK

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa unmet need KB mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kehamilan Di Puskesmas Helvetia Medan. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa ibu yang unmet need KB mempunyai peluang 8,673 kali dapat mengalami kehamilan yang sebenarnya tidak diinginkan. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI menyatakan bahwa salah satu alasan terjadinya kehamilan, khususnya kehamilan tidak diinginkan adalah karena tidak menggunakan alat kontrasepsi terutama perempuan yang sudah menikah Muzdalifah, 2008. Setelah diteliti dari keseluruhan ibu hamil yang unmet need KB, peneliti mengkaji alasan yang menyebabkan ibu hamil memutuskan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi. Ibu hamil tersebut sebenarnya tidak ingin atau belum merencanakan untuk hamil. Dua puluh dari ibu yang unmet need KB menyatakan alasan mereka memutuskan untuk tidak menggunakan alat KB apapun karena “merasa tidak perlu”. Alasan mereka mengatakan tidak perlu bervariasi, sebagian ibu mengatakan karena istri dan suami dapat menahan diri KB alami dengan tidak melakukan hubungan seksual, ternyata istri dan suami gagal melakukan niatnya sehingga tiba-tiba hamil tanpa merencanakannya. Sebagian lagi ibu hamil mengatakan karena umur sudah tua, ibu merasa tidak produktif lagi sehingga 62 Universitas Sumatera Utara menganggap tidak perlu memakai alat KB untuk mencegah kehamilannya. Namun tanpa diketahui ibu sudah hamil sehingga ibu tidak menerima kehamilan tersebut karena umur sudah terlalu tua. Ibu takut kehamilan sangat berisiko terhadap kesehatannya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang unmet need KB yang mayoritas rendah. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda terdapat pengaruh pengetahuan ibu tentang jenis alat cara KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia. Pengetahuan yang rendah menyebabkan ibu tidak mengerti bagaimana pemakaian alat kontrasepsi, bagaiaman cara menggunakan serta jenis alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu itu sendiri. Hal tersebut juga didukung oleh pendidikan ibu yang unmet need KB mayoritas rendah. Dalam Notoatmodjo, 2010 dikatakan pendidikan merupakan upaya yang diberikan kepada orang lain guna mengubah sikap atau perilaku seseorang yang berlangsung seumur hidup kearah yang diinginkan. Semakin tinggi pendidikan semakin mudah seseorang menerima perubahan yang terjadi disekelilingnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka orang tersebut akan semakin mampu mencari tahu sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan mampu mengatasi masalah-masalahnya. Hal di atas dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa mayoritas ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas tersebut juga mempunyai pengetahuan yang kurang tentang jenis alat cara KB. Universitas Sumatera Utara Jumlah anak yang dimiliki ibu juga mempunyai pengaruh terhadap kehamilan yang terjadi di Puskesmas Helvetia Medan. Dari keseluruhan ibu yang unmet need KB, mayoritas ibu mempunyai anak 3 dan masih produktif sehingga kemungkinan untuk hamil sangat besar. Mayoritas dari ibu yang unmet need KB adalah ibu yang gagal menunda kehamilan. Dimana salah satu alasan kehamilan tidak diinginkan oleh ibu karena jarak anak terlalu dekat. Sedangkan dari keseluruhan dari ibu yang mempunyai anak ≥3 menyatakan kehamilan tidak diinginkan 88,9Muzdalifah, 2008. Kehamilan dengan 4 terlalu akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi dan kematian pada ibu hamil, disamping dapat menyebabkan terjadinya aborsi tidak aman yang berkontribusi dalam meningkatkan AKI. Kehamilan tidak diinginkan dapat berakibat buruk terhadap kesehatan, kehidupan sosial dan psikologis ibu dan bayi, sehingga tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu tetapi juga menghasilkan janin maupun bayi yang berisiko tinggi, misalnya mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan BKKBN, 2007. Sebagian dari ibu hamil tersebut menyatakan karena mereka mengalami kesalahan dalam pemakaian alat KB sebelumnya sehingga memutuskan untuk tidak menggunakan alat KB. Kesalahan pemakaian tersebut menyebabkan ibu merasa tidak nyaman dalam pemakaian alat KB menyebabkan tidak suka menggunakan alat KB. Dengan demikian Ibu dalam masa reproduktif akan mempunyai peluang yang besar hamil tanpa direncanakan dan tidak diinginkan. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil tabulasi umur dengan kehamilan, dari hasil tersebut menunjukkan mayoritas Universitas Sumatera Utara kehamilan tidak diinginkan terjadi pada ibu yang mempunyai umur 20-35 tahun, yaitu dalam masa reproduktif. Hasil penelitian Handrina, 2011 menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya unmet need KB di Kelurahan Kubu Kecamatan Guguk Panjang adalah karena kesalahan pemakain alat kontrasepsi yang berakibat terjadinya gangguan kesehatan. Akibat kesalahan pemakaian istri mengambil keputusan tidak akan memakai alat kontrasepsi jenis apapun, karena berpendapat pemakaian alat kontrasepsi akan mengganggu kesehatan mereka dan bila diberhentikan kesehatan tidak akan terganggu. Selain mendapat efek buruk terhadap kesehatan kesalahan pemakain alat kontrasepsi juga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi. Kegagalan dalam pemakaian dapat menyebabkan kehamilan. Hal ini sesuai dengan teori Muzdalifah, 2008, menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya kehamilan tidak diinginkan karena kegagalan alat kontrasepsi yang ibu gunakan saat itu. Dalam penelitiannya menyatakan sampai saat ini tidak ada alat kontrasepsi yang terbukti 100 efektif. Diperkirakan 8 – 30 juta kehamilan setiap tahunnya merupakan hasil dari kegagalan kontrasepsi yang tidak konsisten atau tidak benar atau justru karena kegagalan metode itu sendiri. Peneliti di New York menyatakan, satu dari empat wanita memiliki kemungkinan menjadi hamil karena ketidakkonsistenan penggunaan kontrasepsi. Beberapa masalah ini dikarenakan kurangnya akses pelayanan kesehatan, diamana Universitas Sumatera Utara para ibu mereka tidak memiliki uang atau tidak sanggup untuk memperoleh beberapa metode modern yang efektif Muzdalifah, 2008. Kesalahan pemakaian yang dapat menyebabkan efek buruk atau bahkan kegagalan dalam pemakaian sehingga ibu bisa hamil tanpa merencanakannya. Hal tidak terlepas dari pengetahuan responden yang masih kurang tentang KB. Khusunya pengetahuan tentang cara memilih jenis alat kontrasepsi yang cocok bagi dirinya. Pengetahuan menyumbang peran dalam menentukan pegambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tertentu. Semakin baik pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka ibu akan paham tentang alat kontrasepsi yang sesuai bagi dirinya Tambaru, 2013. Indonesia merupakan negara ketiga yang cukup banyak menggunakan kontrasepsi setelah Brazil dan Repoblik Donimika. Semakin banyak kontrasepsi yang digunakan, maka angka kegagalannya juga semakin besar, baik kegagalan metode maupun kegagalan pemakai. Para pemakai kontrasepsi pada dasarnya belum atau tidak ingin hamil lagi, sehingga dapat dinyatakan bahwa kegagalan kontrasepsi mengakibatkan kehamilan yang sebenarnya tidak diinginkan Muzdalifah, 2008. Sedangkan sepuluh diantara ibu hamil yang sebelumnya memutuskan unmet need KB di Puskesmas Helvetia menyatakan alasan karena suami tidak mengijinkan untuk memakai alat kontrasepsi sementara ibu sendiri belum ingin hamil, ibu harus hamil atas permintaan suami atau keluarga lainnya. Alasan suami karena ingin memiliki jenis kelamin tertentu atau jumlah anak tertentu sebagai pewaris keturunan yang membantu mencari nafkah dalam keluarga Muzdalifah, 2008. Universitas Sumatera Utara Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Hadrina, 2011 dengan judul faktor penyebab unmet need KB di Kelurahan Kubu Kecamatan Guguk Panjang. Penelitian tersebut menyatakan penyebab kedua terjadinya unmet need KB karena larangan suami, ketidaksetujuan suami atau penentangan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Dengan alasana suami melarang istri untuk memakai alat kontrasepsi karena melihat efek samping seperti terganggunya kesehatan istri setelah memakai, suami menginginkan anak dengan jenis alat kelamin yang berbeda dari jenis kelamin anak yang telah mereka punya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Nigeria, menyatakan bahwa 80,5 sampel yang kebutuhan KB nya tidak terpenuhi memiliki pemahaman yang buruk tentang konsep kontrasepsi. Beberapa alasan yang diberikan oleh responden yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah kesalahpahaman, dan hal tersebut telah banyak didokumentasikan di Nigeria. Namun 30 dari antara mereka yang tidak menggunakan alat kontrasepsi tidak memberikan alasan yang spesifik mengapa mereka melakukannya. Mereka mungkin memiliki kemungkinan terpendam lain seperti penolakan suami istri sebagai faktor yang bertanggungjawab untuk memutuskan pasangan tersebut tidak menggunakan alat kontrasepsi. Selain faktor larangan suami, bahwa salah satu alasan PUS memutuskan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi karena persepsi dan pengetahuan yang buruk tentang resiko kehamilan Adeyemi, 2005. Sumber daya manusia yang masih rendah dengan pola pikir tradisional yang di latar belakangi oleh faktor keagamaan dan kultur budaya masyarakat sehingga Universitas Sumatera Utara berdampak terhadap kurangnya pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Faktor jangkauan program keluarga berencana terutama berkurangnya tenaga penyuluh KB menyebabkan kurangnya pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi. Hal tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan PUS terutama istri. Disamping itu pengaruh orang lain seperti lingkungan dan interen keluarga juga memengaruhi alasan PUS dalam penggunaan alat KB Hadrina, 2011. Dalam penelitian Juliaan, 2009 mengungkapkan beberapa faktor lain yang dianggap berpengaruh terhadap unmet need KB dan kehamilan adalah umur, pendidikan, jumlah anak, pekerjaan dan penghasilan. Berdasarkan beberapa dari hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa semua factor tersebut memiliki pengaruh terhadap unmet need KB dan kehamilan. Sedangkan dalam penelitian Marhaeni, 2008 mengungkapkan ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan usia subur tidak suka menggunakan alat kontrasepsi. Faktor - faktor tersebut antara lain kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, alasan kesehatan, kesenjangan informasiKIE menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemakaian, oposisilarangan dari suami, kurang peduli terhadap resiko kehamilan less aware Marhaeni, 2008. Lemahnya pelaksana program KB dalam penyampaian KIE dan konseling KB, faktor sarana pelayanan KB dan ketersediaan alat, serta lemahnya pelaksanaan program KB memengaruhi akseptor dalam menentukan pilihan pemakaian alat kontrasepsi. Tingginya unmet need KB di Puskesmas Helvetia membuktikan belum Universitas Sumatera Utara maksimalnya pencapaian program KB di Puskesmas tersebut, dapat dilihat dari angka unmet need KB yang masih di luar batas program yang telah ditetapkan pemerintah. Pemerintah menetapkan salah satu sasaran program KB yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 adalah menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alatcara kontrasepsi menjadi 6. Hal yang ditemukan di Puskesmas Helvetia terdapat 36,4, artinya dari 10 orang ibu hamil masih ditemukan ±3 orang ibu yang hamil karena tidak menggunakan alat KB dengan berbagai alasan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN