Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

(1)

PENGARUH UNMET NEED KB TERHADAP KEHAMILAN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

ELSARIKA DAMANIK 127032125/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH UNMET NEED KB TERHADAP KEHAMILAN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELSARIKA DAMANIK 127032125

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH UNMET NEED KB TERHADAP KEHAMILAN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Elsarika Damanik Nomor Induk Mahasiswa : 127032125

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D) (Asfriyati, S.K.M, M.Kes

Dekan

(

)

Ketua Anggota

Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

2. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes 3. dr.Halinda Sari Lubis, M.KKK


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH UNMET NEED KB TERHADAP KEHAMILAN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh Kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014 Penulis

Elsarika Damanik 127032125/IKM


(6)

ABSTRAK

Unmet need KB adalah kelompok wanita yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap ibu yang hamil karena tidak menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Helvetia pada bulan Juni-Juli 2014. Sampel dalam penelitian adalah ibu hamil sebanyak 107. Instrumen penelitian berupa kuesioner tentang unmet need KB, kehamilan dan pengetahuan ibu tentang jenis/cara KB sebanyak 26 pertanyaan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 39 orang (36,4%) yang hamil karena tidak menngunakan alat kontrasepsi. Hasil menunjukkan unmet need KB mempunyai pengaruh terhadap kehamilan (p=0,001). Unmet need KB berpeluang 8,67 kali dapat mengalami kehamilan. Ada pengaruh umur, jumlah anak dan pengetahuan tentang jenis alat / cara KB terhadap kehamilan.

Diharapkan petugas kesehatan Puskesmas Helvetia agar lebih memperhatikan ibu unmet need KB, berpengetahuan rendah tentang jenis alat / cara KB, masih produktif. Kader kesehatan perlu lebih diaktifkan untuk membantu petugas kesehatan dalam memotivasi ibu yang tidak bersedia mengikuti program KB di wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan hal tersebut dapat menurunkan angka unmet need KB.


(7)

ABSTRACT

Unmet need for family planning is a group of women who had not wanted to have more children or want to space their pregnancies up to 24 months but did not use contraceptives to prevent pregnancy. The purpose of this study was to determine the influence of the unmet need for family planning health center pregnancy in Medan Helvetia 2014.

This research is explanatory research with cross sectional design. Research conducted on pregnant women because it does not use contraceptives at the health center Helvetia in June-July 2014 sample in the study were pregnant women as much 107. research instrument is a questionnaire about family planning unmet need, pregnancy and maternal knowledge about the type / family planning method were 26 questions.

The results showed there were 39 persons (36.4%) were pregnant because they do not use any contraceptives. The results indicate an unmet need birth has an influence on the pregnancy (p = 0.001). Unmet need for family planning 8.67 times likely to be experiencing pregnancy. There is the influence of age, number of children and knowledge about the types of tools / planning method against pregnancy.

Helvetia PHC health workers are expected to pay more attention to the mother unmet need for family planning, low knowledge able about the types of tools / planning method, is still productive. Health workers need to be activated to assist health workers in motivating mothers who are not willing to follow the family planning program in the region. It is hoped that it can reduce the number of unmet need for family planning.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014” dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi S-2 Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada bapak/ibu :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera


(9)

Utara serta jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D, selaku pembimbing 1 saya yang telah banyak memberikan waktunya dalam membimbing saya selama penulisan tesis ini. 5. Ibu Asfriyati, S.K.M, M.Kes, selaku pembimbing II saya yang juga telah banyak

memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes, selaku penguji I saya yang banyak memberikan masukan atau saran untuk kesempurnaan tesis ini.

7. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K, selaku penguji II saya yang banyak memberikan masukan atau saran untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Staff dan dosen Program Studi S-2 Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang secara langsung banyak memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani pendidikan.

9. Kepada semua keluarga tercinta, atas segala doa dan dukungannya dalam memberi materi, semangat dan perhatiannya kepada penulis dalam penuyusunan tesis ini.


(10)

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam kesehatan masyarakat. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih

Medan, Oktober 2014 Penulis,

Elsarika Damanik 127032125/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Elsarika Damanik lahir pada tanggal 29 November 1987 di Dolok Morawa, anak ke 6 dari 6 bersaudara dari pasangan ayahanda Alm. Makmen Damanik dan ibunda Almh. Fatimah Purba.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Impres Dolok Marawa selesai tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Permata (SLTP) Negeri 1 Silau Kahean selesai tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Ostrom Methodist Tebing Tinggi selesai tahun 2006, Pendidikan D-III Kebidanan STIKes Mutiara Indonesia Medan selesai 2009, Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selesai 2011.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 dan akan menyelesaikan studi tahun 2014.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesis Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Kehamilan ... 7

2.2. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) ... 8

2.2.1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan ... 8

2.2.2. Alasan Kehamilan Tidak Diinginkan ... 9

2.2.3. Penyebab Kehamilan yang Tidak Diinginkan ... 11

2.2.4. Akibat yang Ditimbulkan oleh Kehamilan yang Tidak Diinginkan ... 11

2.3. Unmet Need KB ... 13

2.3.1. Kesalahan Pemakaian Kontrasepsi ... 21

2.3.2. Larangan/Oposisi Suami ... 24

2.4. Unmet Need KB terhadap Kehamilan ... 25

2.4.1. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Unmet Need KB dan Kehamilan ... 26

2.5. Landasan Teori ... 33

2.6. Kerangka Teori ... 36

2.7. Kerangka Konsep Penelitian ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 38


(13)

3.3. Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1. Populasi ... 39

3.3.2. Sampel ... 39

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1. Data Primer ... 41

3.4.2. Data Sekunder ... 41

3.5. Definisi Operasional ... 41

3.5.1. Variabel Bebas ... 41

3.5.2. Variabel Terikat ... 42

3.5.3. Variabel Counfounding ... 42

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.7. Aspek Pengukuran ... 44

3.8. Metode Analisis Data ... 46

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

4.1.1. Lokasi Puskesmas Helvetia ... 48

4.1.2. Data Sarana Puskesmas Helvetia ... 48

4.2. Karakteristik Responden ... 49

4.3. Analisis Unviariat ... 50

4.3.1. Unmet Need KB ... 50

4.3.2. Unmet Need KB Berdasarkan Penyebab ... 50

4.3.3. Kehamilan ... 51

4.3.4. Pengetahuan ... 51

4.4. Analisis Bivariat ... 51

4.4.1. Hubungan Unmet Need KB dengan Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan ... 52

4.4.2. Hubungan Variabel Counfounding dengan Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan ... 52

4.5. Analisis Multivariat ... 55

4.6. Pemeriksaan Interaksi ... 58

4.7. Pemeriksaan Counfounding ... 59

BAB 5. PEMBAHASAN ... 62

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Tabel Aspek Pengukuran ... 46 4.1. Data Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia

Kecamatan Medan Helvetia Periode Januari-Juni 2014 ... 48 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Helvetia

Medan ... 49 4.3. Distribusi Frekuensi Unmet Need KB di Puskesmas Helvetia Medan ... 50 4.4. Distribusi Frekuensi Unmet Need KB Berdasarkan Penyebab di

Puskesmas Helvetia Medan ... 50 4.5. Distribusi Frekuensi Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan ... 51 4.6. Distribusi Pengetahuan tentang Jenis Alat/Cara KB di Puskesmas

Helvetia Medan ... 51 4.7. Hubungan Unmet Need KB dengan Kehamilan di Puskesmas Helvetia

Medan ... 52 4.8. Hubungan Variabel Counfounding dengan Kehamilan di Puskesmas

Helvetia Medan ... 52 4.9. Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan di Puskesmas Helvetia

Medan Tahun 2014 ... 55 4.10. Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan Disertai Counfounding

Umur di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 56 4.11. Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan Disertai Counfounding

Jumlah Anak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 57 4.12. Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan Disertai Counfounding

Pengetahuan Ibu tentang Jenis Alat / Cara KB di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 57 4.13. Pemeriksaan Interaksi ... 59


(15)

4.14. Pemeriksaan Counfounding Umur ... 60 4.15. Pemeriksaan Counfounding Jumlah Anak ... 60 4.16. Pemeriksaan Counfounding Pengetahuan Ibu tentang Jenis Alat/Cara


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Teori Unmet Need KB ... 16 2.2. Kerangka Teori Kehamilan ... 36 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 37


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Persetujuan Responden ... 76

2. Kuesioner Penelitian ... 77

3. Master Data Penelitian ... 83

4. Master Data Uji Validitas dan Reliabitias Kuesioner Pengetahuan ... 85

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 86

5. Surat Izin Penelitian ... 107


(18)

ABSTRAK

Unmet need KB adalah kelompok wanita yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap ibu yang hamil karena tidak menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Helvetia pada bulan Juni-Juli 2014. Sampel dalam penelitian adalah ibu hamil sebanyak 107. Instrumen penelitian berupa kuesioner tentang unmet need KB, kehamilan dan pengetahuan ibu tentang jenis/cara KB sebanyak 26 pertanyaan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 39 orang (36,4%) yang hamil karena tidak menngunakan alat kontrasepsi. Hasil menunjukkan unmet need KB mempunyai pengaruh terhadap kehamilan (p=0,001). Unmet need KB berpeluang 8,67 kali dapat mengalami kehamilan. Ada pengaruh umur, jumlah anak dan pengetahuan tentang jenis alat / cara KB terhadap kehamilan.

Diharapkan petugas kesehatan Puskesmas Helvetia agar lebih memperhatikan ibu unmet need KB, berpengetahuan rendah tentang jenis alat / cara KB, masih produktif. Kader kesehatan perlu lebih diaktifkan untuk membantu petugas kesehatan dalam memotivasi ibu yang tidak bersedia mengikuti program KB di wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan hal tersebut dapat menurunkan angka unmet need KB.


(19)

ABSTRACT

Unmet need for family planning is a group of women who had not wanted to have more children or want to space their pregnancies up to 24 months but did not use contraceptives to prevent pregnancy. The purpose of this study was to determine the influence of the unmet need for family planning health center pregnancy in Medan Helvetia 2014.

This research is explanatory research with cross sectional design. Research conducted on pregnant women because it does not use contraceptives at the health center Helvetia in June-July 2014 sample in the study were pregnant women as much 107. research instrument is a questionnaire about family planning unmet need, pregnancy and maternal knowledge about the type / family planning method were 26 questions.

The results showed there were 39 persons (36.4%) were pregnant because they do not use any contraceptives. The results indicate an unmet need birth has an influence on the pregnancy (p = 0.001). Unmet need for family planning 8.67 times likely to be experiencing pregnancy. There is the influence of age, number of children and knowledge about the types of tools / planning method against pregnancy.

Helvetia PHC health workers are expected to pay more attention to the mother unmet need for family planning, low knowledge able about the types of tools / planning method, is still productive. Health workers need to be activated to assist health workers in motivating mothers who are not willing to follow the family planning program in the region. It is hoped that it can reduce the number of unmet need for family planning.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik. Kehamilan yang belum atau tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak ingin hamil (BKKBN, 2007).

Kehamilan dengan 4 terlalu akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi dan kematian pada ibu hamil, disamping dapat menyebabkan terjadinya aborsi tidak aman yang berkontribusi dalam meningkatkan AKI. Kehamilan tidak diinginkan dapat berakibat buruk terhadap kesehatan, kehidupan sosial dan psikologis ibu dan bayi, sehingga tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu tetapi juga menghasilkan janin maupun bayi yang berisiko tinggi, misalnya mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan (BKKBN, 2007).

Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkualitas terbukti karena masih ada wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi kelompok unmet need KB dengan alasan efek samping yang buruk terhadap kesehatan. Hal tersebut dapat disebabkan kesalahan akseptor dalam pemakaian kontrasepsi yang digunakan.


(21)

Dimana kesalahan dalam pemakaian tersebut juga dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan sehingga akseptor menjadi hamil sebelum mengiginkannya (Saroha, 2009).

Diperkirakan 350 juta pasangan usia subur di dunia kekurangan informasi tentang kontrasepsi dan akses dalam menjangkau metode pelayanan KB yang menyebabkan minimnya pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi. Berbagai macam tingkat pengetahuan mengenai alat atau cara KB dari 21 negara yang disurvei. Di beberapa tempat di dunia, remaja dan wanita yang belum menikah memiliki akses yang terbatas terhadap kontrasepsi dan tidak diperkenankan menggunakan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk pelayanan KB (Usman, 2013).

Program KB di Indonesia telah diakui secara nasional dan internasional sebagai salah satu program yang telah berhasil menurunkan angka fertilitas secara nyata. Hasil survey SDKI 2003, Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,4 menurun menjadi 2,3 pada SDKI 2007. Namun bukan berarti masalah kependudukan di Indonesia selesai. Salah satu masalah dalam pengelolaan program KB yaitu masih tingginya angka unmet need KB di Indonesia. Jumlah PUS yang menunda kehamilan atau tidak menginginkan tambahan anak tetapi tidak ikut program KB meningkat dari 8,6% SDKI 2003 menjadi 9,1% SDKI 2007. Hal tersebut terjadi di empat provinsi di Indonesia (NAD, papua, Kepulaun Riau dan Maluku), tiga dari provisi tersebut terdapat di Sumatera. Diharapkan pada akhir tahun 2014 dapat diturunkan menjadi sebesar 5% (Sudarianto, 2010).

Salah satu penyebab kehamilan menurut Persatuan Keluaraga Berencana Indonesia (PKBI) adalah kegagalan kontrasepsi, kegagalan dapat terjadi karena kesalahan akseptor dalam menggunakan alat kontrasepsi. Hasil penelitian


(22)

menemukan bahwa sedikitnya 8 juta kasus pertahun terjadi kesalahan pemakaian menyebabkan terjadinya kegagalan metode kontrasepsi yang digunakan. Sedangkan menurut penelitian Muzdalifah, penyebab terjadi kehamilan yang tidak diinginkan adalah karena pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi unmet need KB (Muzdalifah, 2008).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Usman, 2013) dengan judul penelitian faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB pada Pasangan Usia Subur terhadap kehamilan, ditemukan nilai p value 0,001 yang menyimpulkan bahwa unmet need KB berhubungan dengan kehamilan.

Dalam hasil penelitian (Hadrina, 2011) terhadap faktor penyebab unmet need

KB ditemukan beberapa alasan penyebabnya yaitu pertama, kesalahan dalam pemakaian alat kontrasepsi mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam pemakaian sehingga responden hamil dan adanya gangguan terhadap kesehatan, akhirnya perempuan mengambil keputusan untuk tidak memakai alat kontrasepsi apapun. Kedua, larangan/oposisi dari suami untuk tidak memakai alat kontrasepsi karena menginginkan jenis kelamin tertentu. Dimana hal tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya yang dianut oleh keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian (Tambaru, 2013) ditemukan bahwa ada hubungan pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan unmet need KB pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Temindung tahun 2013. Pengetahuan menyumbang peran dalam pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi. Hal tersebut tentunya


(23)

dipengaruhi oleh akses terhadap informasi (komunikasi, informasi dan eduksi) tentang KB.

Ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan usia subur tidak suka menggunakan alat kontrasepsi (unmet need KB). Faktor - faktor tersebut antara lain kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, alasan kesehatan, kesenjangan informasi/KIE menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemakaian, oposisi/larangan dari suami, kurang peduli terhadap risiko kehamilan (less aware) (Marhaeni, 2008).

Beberapa faktor lain yang dianggap berpengaruh terhadap unmet need KB dan kehamilan adalah umur, pendidikan, jumlah anak, pekerjaan dan penghasilan. Berdasarkan beberapa dari hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa semua faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap unmet need KB dan kehamilan (Juliaan, 2009).

Dalam penelitian Hamid (2002) mengenai total unmet need KB menemukan bahwa variabel wilayah tempat tinggal, pendapatan, jumlah anak, satus kerja wanita dan pengetahuan berhubungan signifikan dengan status unmet need KB pada wanita.

Dari segi pendidikan kelompok unmet need KB terjadi pada kelompok ibu hamil yang tidak berpendidikan. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah memahami tentang bagaimana mencegah kehamilan berdasarkan informasi yang diperolehnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang menyatakan 48% wanita yang tidak berpendidikan dilaporkan mengalami kejadian kehamilan yang tidak diinginkan dibandingkan wanita yang berpendidikan hanya 18,8% (Muzdalifah, 2008).


(24)

Berdasarkan teori dari hasil penelitian di atas menyatakan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan sangat tidak baik buat kesehatan ibu dan janin dalam kandungan, serta berdampak buruk terhadap pembangunan Indonesia karena dapat menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk. Beberapa faktor penyebab dari kehamilan yang seharusnya belum atau tidak dinginkan lebih banyak disebabkan oleh kesalahan pemakaian kontrasepsi sehingga terjadi kegagalan dalam pemakaian bahkan dapat juga menimbulkan efek samping terhadap kesehatan. Hal tersebut menyebabkan wanita mengambil keputusan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need KB) (BKKBN, 2006).

Setelah peneliti mendapat data sekunder dari Puskesmas Helvetia Medan pada bulan januari 2014 di Puskesmas tersebut terdapat 250 ibu hamil dalam 1 bulan. Dilihat dari data kunjungan ibu hamil ada 32 ibu hamil grande multigravida dalam 1 bulan di Puskesmas tersebut. Petugas kesehatan mengatakan alasan mengapa mereka hamil lagi karena tidak pakai KB dan sebagian lagi mengatakan karena kegagalan alat KB yang digunakan. Namun sebagian dari mereka masih ditemukan ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya (Unmet need KB) dan yang lain menyatakan kehamilan terjadi karena kegagalan dari alat kontrasepsi mereka. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014. Disamping hal tersebut peneliti juga ingin melihat bagaimana kaitan antara umur, pendidikan, jumlah anak, pekerjaan dan penghasilan terhadap unmet need KB dan kehamilan di Puskesmas Helvetia.


(25)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014”.

1.4. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1.Sebagai masukan bagi dinas kesehatan baik sebagai pelaksana sekaligus perencana program KB.

1.5.2.Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Helvetia Medan agar meningkatkan pelayanan KB khususnya wanita kelompok unmet need KB.

1.5.3.Sebagai bahan masukan bagi responden untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil bagaiman cara mencegah kehamilan.

1.5.4.Menambah pengetahuan bagi penulis dalam menganalisa pengaruh unmet need


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. Risiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi (Prawirohardjo, 2008).

Faktor risiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Risiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu misalnya pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor risiko


(27)

yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan berisiko tinggi (Wikjhosastro, 2005).

Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2008). Kehamilan dengan faktor risiko adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan bayi dapat terancam (Mochtar, 2005).

2.2. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) 2.2.1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan

Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN, 2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun yang belum menikah (Muzdalifah, 2008).

Istilah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu (mistmed pregnancy) dimana kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah


(28)

direncanakan. Sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat (Muzdalifah, 2008).

Defenisi kehamilan tidak diinginkan menurut Jain (1999) yang dikutip oleh Muzdalifah adalah gabungan dari kehamilan yang tidak diinginkan sama sekali (unwanted pregnancy) dan kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu (mistimed pregnancy) (Muzdalifah, 2008).

Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas wanita dan dengan perilaku kesehatan yang buruk selama kehamilan yang dapat mengakibatkan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita mengalami kehamilan tidak diinginkan mungkin menunda ke pelayanan prenatal atau kurang memperhatikan kehamilannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan bayinya (Muzdalifah, 2008).

Kehamilan yang tidak diinginkan menimbulkan banyak kecemasan pada wanita. Meskipun keputusan melakukan aborsi tampak tepat bagi mereka, adanya penyesalan yang tidak dapat dielakkan. Wanita dapat mengalami berbagai tahap berduka karena keputusan mereka, menyangkal, marah, depresi dan menerima (Suzanne, 2008).

2.2.2. Alasan Kehamilan Tidak Diinginkan

Pada penelitian kualitatif studi kasus unsafe abortion yang bertujuan untuk menelusuri alasan-alasan mengapa perempuan Indonesia banyak yang melakukan aborsi tidak aman beserta akibatnya, diperoleh jawaban atas terjadinya kehamilan


(29)

yang tidak diinginkan pada informan dewasa yang sudah menikah, yaitu (muzdalifah, 2008).

a. Anak sudah banyak,

b. Informan masih dalam kontrak kerja,

c. Ketika informan dalam masa subur, suami selalu tidak mau tahu tidak pernah mau pakai kondom,

d. Umur informan sudah tua dan anak sudah cukup,

e. Tidak boleh hamil anak keempat karena sudah tiga kali operasi Caesar, f. Suami tidak bersedia menerima kehamilan lagi walaupun anak baru satu, g. Jarak antara kelahiran anak terlalu dekat,

h. Tidak sanggup menanggung anak tambahan.

Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)(1998) yang dikutip oleh Muzdalifah, banyak alasan yang dikemukakan mengapa kehamilan tidak diinginkan adalah sebagai berikut (Muzdalifah, 2008) :

a. Penundaan dan peningkatan jarak usia perkawinan, dan semakin dininya usia menstruasi pertama (menarche). Usia menstruasi yang semakin dini dan usia kawin yang semakin tinggi menyebabkan “masa-masa rawan” semakin panjang. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus hamil di luar nikah.

b. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat mengakibatkan kehamilan.

c. Tidak menggunakan alat kontrasepsi, terutama untuk perempuan yang sudah menikah.


(30)

d. Kegagalan alat kontrasepsi, akibat kurangnya pengetahuan yang memadai tentang kontrasepsi.

e. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan

f. Kondisi kesehatan ibu yang tidak mengizinkan kehamilan g. Masalah ekonomi

h. Alasan karir atau sekolah

i. Kehamilan karena incest (hubungan seksual sedarah) j. Kondisi janin yang dianggap cacat

2.2.3. Penyebab Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Salah satu penyebab kehamilan tidak diinginkan menurut adalah kegagalan kontrasepsi, hasil penelitian menemukan bahwa sedikitnya 8 juta kasus per tahunnya terjadi kegagalan metode kontrasepsi yang digunakan. Menurut WHO (1998), penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan adalah karena pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi atau metode yang digunakan gagal (Muzdalifah, 2008).

Meskipun metode KB sudah tersedia, namun masih ada para ibu yang tetap tidak ingin menggunakan metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini dikarenakan kurangnya akses informasi dan pelayanan KB, incest

atau perkosaan, kepercayaan akibat hubungan seks yang tidak aman, alasan ekonomi, dilarang anggota keluarga, takut akan efek samping yang dirasakan terhadap kesehatan, dan terbatasnya kemampuan perempuan untuk mengambil keputusan dengan melihat dari hubungan seksual dan kontrasepsi yang digunakan. Begitu pula


(31)

dengan metode kontrasepsi, meskipun terdapat metode yang paling efektif, kemungkinan gagal selalu ada karena berbagai alasan yang berhubungan dengan teknologi dan cara menggunakannnya (BKKBN, 2007).

2.2.4. Akibat yang Ditimbulkan oleh Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Berbagai akibat yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan, antara lain (Muzdalifah, 2008):

a. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan lahirnya seorang anak yang tidak diinginkan (unwanted child). Masa depan anak yang tidak diinginkan ini sering tidak mendapat kasih saying dan pengasuhan yang semestinya dari orang tuanya sehingga pertumbuhannya dapat terganggu.

b. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dapat memicu terjadinya pengguguran kandungan (aborsi) karena sebagian besar perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mengambil keputusan atau jalan keluar dengan mengalami aborsi, terlebih lagi aborsi yang tidak aman.

Kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan 4 terlalu akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi dan kematian pada ibu hamil, disamping dapat menyebabkan terjadinya aborsi tidak aman yang berkontribusi dalam meningkatkan AKI. Kehamilan tidak diinginkan dapat berakibat buruk terhadap kesehatan, kehidupan sosial dan psikologis ibu dan bayi, sehingga tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu tetapi juga menghasilkan janin maupun bayi yang berisiko tinggi, misalnya mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan (BKKBN, 2007).


(32)

2.3. Unmet Need KB

Unmet need KB didefinisikan sebagai kelompok wanita yang sebenarnya sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Konsep ini banyak digunakan untuk mengidentifikasi wanita yang sebenarnya perlu menggunakan alat kontrasepsi karena sudah tidak ingin anak lagi atau ingin menunda kehamilannya sampai dengan 24 tahun namun tidak menggunakan alat kontrasepsi. Wanita dikatakan unmet need KB apabila wanita tersebut tidak menggunakan metode KB padahal tidak ingin anak lagi atau ingin menunda untuk mempunyai anak lagi (BKKBN, 2009).

Definisi unmet need KB sebagai kebutuhan KB yang tidak terpenuhi, tidak mengalami perubahan sejak pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1960-an. Konsep unmet need menunjukkan suatu keadaan dimana seorang wanita berharap untuk mencegah atau menunda kehamilan, tetapi disaat yang sama dia tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun, sehingga konsep ini juga merupakan pengukuran yang bersifat saat ini (current). Unmet need KB adalah semua perempuan yang mempunyai status menikah pada saat survey (Isa, 2009).

Wanita dengan kebutuhan KB yang belum terpenuhi adalah mereka yang subur dan aktif secara seksual namun tidak menggunakan setiap metode kontrasepsi, dan laporan tidak ingin punya anak lagi atau ingin menunda anak berikutnya. Konsep kebutuhan yang belum terpenuhi menunjukkan kesenjangan antara niat reproduksi perempuan dan perilaku kontrasepsi mereka (WHO, 2013).


(33)

Penggunaan kontrasepsi dan kebutuhan yang tidak terpenuhi dari program KB merupakan kunci untuk memahami perubahan besar dalam kesuburan dan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi di seluruh dunia. Keluarga berencana juga inti dari Program Aksi Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan, dimana pasangan dan individu memiliki hak untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah dan jarak anak-anak mereka dan untuk memiliki informasi dan sarana untuk melakukannya (Isa, 2009).

Informasi tentang kejadian unmet need KB diperoleh dengan mengidentifikasikan Wanita Usia Subur (WUS) menurut beberapa kategori. Rindang Ekawati dan Samijo (1992) dari James A Palmore dan kawan-kawan (1990) menetapkan beberapa tahapan kategori WUS, seperti :

1. WUS yang memakai alat kontrasepsi dan WUS tidak memakai alat kontrasepsi 2. WUS yang tidak memakai alat kontrasepsi dikategorikan WUS hamil(aminore)

dan tidak hamil (tidak aminore)

3. WUS hamil (aminore) dikategorikan menjadi kehamilan yang diinginkan (intended), kehamilan diinginkan kemudian (mistimed), dan kemudian yang tidak diinginkan (unwanted). WUS yang tidak hamil ( tidak aminore) dikategorikan menjadi subur (fecund) dan tidak subur (infecund)

4. WUS fecund yang tidak hamil(tidak aminore) dikategorikan menjadi ingin anak segera, ingin anak kemudian, dan tidak ingin anak lagi.

5. WUS fecund,mistimed,dan ingin anak kemudian merupakan unmet need KB untuk tujuan penjarangan kehamilan, sedangkan WUS hamil (aminore) dengan


(34)

unwanted pregnancy dan WUS fecund tidak ingin anak lagi merupakan unmet need KB untuk tujuan pembatasan kelahiran.

6. Unmet need KB untuk tujuan penjarangan kelahiran dan unmet need KB untuk tujuan pembatasan kelahiran adalah total unmet need KB.

Selanjutnya, didefenisikan juga bahwa pihak yang tidak termasuk dalam perhitungan unmet need KB adalah wanita tidak menikah, wanita yang menggunakan kontrasepsi, kegagalan penggunaan kontrasepsi, wanita hamil yang dilaporkan sebagai intentional wanita tidak subur dan wanita subur yang menginginkan kelahiran anak sebagai dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun (Isa, 2009).

Defenisi unmet need KB yang digunakan oleh SDKI tahun 2007 adalah persentase perempuan kawin/nikah yang tidak ingin memiliki anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi. Perempuan yang memerlukan KB dengan tujuan untuk menjarangkan kelahiran mencakup perempuan hamil yang kehamilannya tidak diinginkan saat itu (mistimed), perempuan yang belum haid setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan waktu itu, dan perempuan lain yang tidak sedang hamil atau belum haid setelah melahirkan dan tidak memakai kontrasepsi tetapi ingin menunggu 2 tahun atau lebih sebelum kelahiran berikutnya (BKKBN, 2007).

Perempuan yang belum memutuskan apakah ingin anak lagi atau ingin anak lagi tetapi belum tahu kapan juga termasuk kedalam kelompok ini. Perempuan yang memerlukan KB untuk membatasi kelahiran mencakup perempuan hamil yang kehamilannya tidak diinginkan (unwanted), perempuan yang belum haid dan yang


(35)

sudah haid setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan, dan perempuan yang tidak memakai kontrasepsi lagi. Sedangkan perempuan yang telah disterilisasi termasuk kedalam kategori tidak ingin tambah anak lagi. Ukuran pelayanan KB yang tidak terpenuhi digunakan untuk menilai sejauh mana program KB telah memenuhi kebutuhan pelayanan (Isa, 2009).

Gambar 2.1. Kerangka Teori Unmet Need KB

Permasalahan unmet need KB dapat juga diartikan sebagai adanya sebuah ketidak sinkronan antara preferensi fertilitas yang diinginkan oleh seorang wanita atau pasangan dengan tindakan yang diambilnya untuk mencapai preferensi tersebut. Dalam posisi ini berarti bahwa wanita memiliki keinginan untuk menghindari kehamilan tetapi tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan, seperti menggunakan alat kontrasepsi untuk mencapai hal tersebut. Hal ini menunjukkan

Pertimbanagan Nilai Manfaat Ekonomi Anak

Meet Need

Unmet Need

Determinan

Unmet Need

Preferensi Fertilitas

Permintaan Untuk Membatasi kehamilan

Permintaan Terhadap Alat/Cara KB


(36)

bahwa salah satu factor yang mendasari adanya unmet need KB adalah preferensi fertilitas yang dimiliki oleh setiap individu atau pasangan. Unmet need KB dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan oleh pasangan tersebut (Isa, 2009).

Di seluruh dunia, antara 120–150 juta perempuan yang menikah ingin membatasi atau menjarangkan kehamilan tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini dikarenakan kendala keuangan, kepercayaan / agama tertentu, dilarang oleh anggota keluarga atau perhatian tentang efek buruk yang dirasakan mengganggu kesehatan atau fertilitas (Isa, 2009).

Dalam penelitian (Isa, 2009) yang dikutip dari BKKBN (1998) menyatakan bahwa dari beberapa penelitian indepth interview dapat disimpulkan penyebab utama yang berkembang mengapa sebagian besar wanita yang umumnya berkeinginan menghindari kehamilan namun mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini ditandai dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Kesenjangan terhadap akses dan kualitas keluarga berencana berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan yang memadai.

2. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut akan efek samping yang diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.

3. Kesenjangan informasi / KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). 4. Oposisi dari suami, keluarga dan masyarakat.


(37)

Maka kecenderungan seseorang berperilaku dalam permasalahan ini akan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu pengaruh sosial dan pengaruh personal. Faktor personal memasukkan pandangan dari seorang individu terhadap suatu permasalahan, sedangkan pengaruh sosial adalah efek dari perilaku orang lain terhadap pandangan atau perilaku orang tersebut. Karakteristik dan latar belakang yang dimiliki oleh setiap individu juga berperan dalam membentuk semua faktor yang mempengaruhi individu tersebut untuk menggunakan alat/cara KB tertentu yang selanjutnya akan sangat berpengaruh pada probabilitas terjadinya unmet need KB bagi individu tersebut.

Dari data hasil survey demografi kesehatan di negara-negara berkembang, menjelaskan bahwa pada awal diperkenalkannya konsep unmet need KB dalam program keluarga berencana di tahun 60-an, keterbatasan terhadap akses dan suplai, serta tingginya harga alat kontrasepsi dianggap sebagai determinan terpenting dari permasalahan unmet need KB. Tetapi seiring berkembangnya metodologi dan pendekatan terhadap permasalahan ini, terlihat bahwa faktor sosial juga sangat berperan dalam terjadinya unmet need KB, terutama di Negara berkembang (Usman, 2013).

Bahkan faktor sosial dan psikologis, seperti buruknya pengetahuan tentang KB, kekhawatiran akan efek kesehatan, penolakan dari suami dan agama merupakan penyumbang yang cukup signifikan. Sehingga bagi pemerintah disarankan untuk turut mengembangkan aspek sosial dari pelayanan KB yang bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap program KB, selain terus mencoba untuk


(38)

memperluas akses terhadap alat KB agar dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Dalam penelitiannya, Bongaarts menjelaskan pentingnya akses yang berkualitas, mempromosikan kesadaran terhadap pengaruh kesehatan yang dapat diperoleh, dan kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga untuk membantu mengurangi unmet need KB di Negara berkembang (Isa, 2009).

Dalam penelitian Ahmadi (2005) terhadap data survey demografi dan kesehatan tahun 2000 di iran, menemukan bahwa alasan utama perempuan mengalami unmet need KBadalah adanya kekhawatiran terhadap efek kesehatan dari kontrasepsi dan adanya penolakan dari lingkungan sosial. Ditemukan juga adanya hubungan yang signifikan antara unmet need KB dan variabel sosial-ekonomi, seperti umur, standar hidup / kesejahteraan, pengetahuan terhadap alat kontarsepsi, dan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Faktor yang juga terbukti signifikan walaupun tidak seefektif variabel-variabel yang disebutkan sebelumnya adalah tempat tinggal, tempat kerja, akses terhadap media massa, dan pendidikan (Isa, 2009).

Bahri (1998) juga menemukan bahwa di Iran bagian selatan kegagalan metode kontrasepsi memberi sumbangan signifikan terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga menimbulkan keraguan terhadap alat kontrasepsi yang akan menciptakan terjadinya unmet need KB. Faktor lain yang terbukti berpengaruh adalah ketakutan terhadap efek samping pada kesehatan dan adanya penolakan dari suami terhadap penggunaan kontrasepsi (Isa, 2009).

Dalam penelitian Caterin (1997) di Filipina berdasarkan survey yang dilaksanakan di dua daerah, menyatakan beberapa temuan penting bahwa faktor


(39)

personal yang mempengaruhi unmet need KB adalah bahwa perempuan yang mengalami unmet need KB cenderung tidak memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan preferensi fertilitas mereka. Mereka juga seringkali menganggap diri mereka memiliki risiko hamil yang kecil serta memiliki pengetahuan yang kurang tentang penggunaan alat kontrasepsi. Faktor dari luar atau lingkungan sosial yang ikut menyebabkan unmet need KB adalah dari alat kontrasepsi adalah masih adanya penentangan dari lingkunagan sosial masyarakat, ketakutan akan efek samping terhadap kesehatan, buruknya akses terhadap alat kontrasepsi, dan adanya hambatan dari suami dalam bentuk persepsi terhadap biaya alat kontrasepsi dan preferensi fertilitas yang berbeda dari istri (Isa, 2009).

Westoff (1995) kembali melakukan studi yang serupa dengan ocha (1991) dalam analisisnya terhadap SDKI (1990-1994), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi unmet need KB adalah usia ibu, jumlah anak masih hidup, tingkat penggunaan kontrasepsi, tempat tinggal dan tingkat pendidikan ibu. Hasil analisisnya menunjukkan adanya penurunan kebutuhan untuk menjarangkan kelahiran setelah usia mencapai 30 tahun. Unmet need KB di Indonesia lebih sering terjadi pada perempuan yang belum pernah memakai kontrasepsi dibandingkan dengan perempuan yang pernah memakai alat kontrasepsi. Kejadian unmet need KB menunjukkan hubungan yang negative dengan tingkat pendidikan (Isa, 2009).

Dalam penelitian Hamid (2002), mengenai total unmet need KB di Indonesia menemukan bahwa variabel wilayah tempat tinggal, pendapatan, jumlah anak, satus


(40)

kerja wanita dan pengetahuan berhubungan signifikan dengan status unmet need KB pada wanita.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Prihastuti (2004) terhadap data SDKI tahun 2002-2003 ditemukan secara signifikan bahwa kejadian unmet need KB lebih cenderung terjadi pada wanita yang belum pernah menggunakan KB sama sekali daripada wanita yang sudah pernah atau masih enggan akan KB. Menurut Westoff (2006) juga menemukan besarnya angka persentase kejadian unmet need KB pada orang yang belum pernah menggunakan KB dan orang yang tidak berniat untuk menggunakan KB di masa depan (Isa, 2009).

Adapun beberapa yang dianggap sebagai penyebab langsung dari unmet need

KB adalah sbagai berikut :

2.3.1. Kesalahan Pemakaian Kontrasepsi

Tidak ada metode kontrasepsi yang sampai saat ini terbukti 100% efektif. Diperkirakan 8-30 juta kehamilan setiap tahunnya merupakan hasil dari kegagalan kontrasepsi yang tidak konsisten atau tidak benar dalam penggunaan metode kontrasepsi atau justru karena kegagalan metode kontrasepsi itu sendiri. Bagi yang sudah termotivasi untuk tidak memiliki anak lagi dan sudah menggunakan kontrasepsi tetapi masih juga mengalami kegagalan, biasanya akan mencari jalan keluar dengan cara aborsi (Muzdalifah, 2008).

Para pemakai kontrasepsi pada dasarnya belum atau tidak ingin hamil lagi, sehingga dapat dikatakan bahwa kegagalan kontrasepsi mengakibatkan kehamilan yang sebenarnya tidak diinginkan. Sebagian dari mereka mungkin ingin meneruskan


(41)

kehamilannya dan sisanya mungkin akan memutuskan untuk menggugurkannya. Jumlah kehamilan yang tidak diinginkan akan lebih besar lagi ditambah dengan mereka yang tidak ingin hamil lagi tetapi tidak menggunakan kontrasepsi sama sekali (Muzdalifah, 2008).

Penelitian di Iran menyatakan bahwa sebagian besar responden yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan menggunakan kontrasepsi saat sebelum kehamilan itu terjadi. Banyak dari mereka yang tidak menginginkan kehamilan menggunakan pil sebelumnya (Isa, 2008).

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh Family Planning Perspective, 50% dari semua kehamilan yang di Amerika Serikat merupakan kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk kehamilan yang berkhir dengan aborsi, keguguran atau lahir hidup. Sebagian wanita yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan ini ternyata memakai kontrasepsi sebelum mereka hamil. Karenakan tingginya angka kegagalan ini, maka perlu diketahui alasan utama kegagalan kontrasepsi yang merupakan faktor risiko terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Berikut merupakan beberapa alasan mengenai kegagalan kontrasepsi yang sering terjadi (Muzdalifah, 2008) :

1. Tidak mengikuti petunjuk penggunaan kontrasepsi secara benar

Jika menngunakan pil, konsumsi diwaktu yang sama setiap hari dan pastikan mengikuti petunjuk yang ada. Jika menggunakan kondom, pastikan menggunakan secara tepat dan kondom yang digunakan dalam kondisi yang baik sebelum digunakan. Jika menngunakan diapragma atau cervical cap, pasttikan


(42)

terpasang dengan baik. Sedangkan wanita yang menggunakan IUD sebaiknya mengikuti petunjuk petugas kesehatan.

2. Penggunaan kontrasepsi yang tidak konsisten

Kontrasepsi harus digunakan secara teratur dan sesuai dengan petunjuk untuk mencapai keefektivitasan yang maksimum. Jika menggunakan kontrasepsi oral dan lupa meminum pil meskipun hanya satu kali, risiko mengalami kehamilan akan meningkat. Metode penghalang kontrasepsi seperti kondom, cervical cap, dan diafragma harus digunakan secara teratur agar efektif. Wanita yang memakai KB alami harus menggunakannya secara tepat dan konsisten unrtuk mencegah kehamilan yang efektif. Satu tindakan yang tidak terlindungi dalam berhubungan seks dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan.

3. Kondom bocor saat berhubungan seks

Diperkirakan 2-5% kondom yang bocor atau saat digunakan. Hal ini lebih sering dikarenakan penyalahgunaan; selain itu robekan kecil dapat terjadi kuku maupun perhiasan. Kondom yang dipakai kadaluwarsa, salah penyimpanan, kerusakan selama atau setelah pembuatan secara besar-besaran oleh pabrik.

4. Menggunakan antibiotic atau obat-obatan lain atau jamu bersamaan dengan pil kontrasepsi. Antibiotik yang ditemukan memiliki sifat yang berkebalikan dengan keefektivitasan Pil kombinasi kontrasepsi dengan cara kerja menurunkan konsentrasi steroid hormone plasma. Wanita yang menggunakan pil kombinasi kontrasepsi sebaiknya menggunakan metode alternatife kontrasepsi selama beberapa bulan mereka menggunakan antibiotic.


(43)

5. Mempercayai bahwa pada periode ketidaksuburan tidak bisa hamil atau tidak merasa berisiko karena hanya melakukan hubungan seks satu kali tanpa menggunakan jenis kontrasepsi apapun. Kehamilan normal terjadi pada pertengahan siklus, bagaimanapun, banyak wanita yang mengalami kehamilan di saat periode ketidaksuburannya.

Kegagalan kontrasepsi dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Kasus KTD justru banyak dialami oleh pasangan suami istri yang mengalami kegagalan ber-KB. Kegagalan KB kasus KTD juga bisa dialami oleh mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan terakhir padahal mereka termasuk aktif secara seksual (unmet need) (Marhaeni, 2004).

2.3.2. Larangan/Oposisi Suami

Persetujuan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita sebagai istri secara khusus, dan di dalam keluarga secara umum. Budaya patrilineal yang menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masih banyak dianut sebagian besar pola keluarga di dunia menjadikan preferensi suami terhadap program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB tertentu (Isa, 2009).

Didalam beberapa variabel penelitian, variabel penolakan atau persetujuan dari suami terbukti berpengaruh terhadap kejadian unmet need KB dalam rumah tangga. Kejadian unmet need KB seringkali terjadi ketika suami tidak setuju terhadap penggunaan alat atau cara KB tertentu yang diakibatkan adanya perbedaan preferensi


(44)

fertilitas, kurangnya pemahaman terhadap alat/cara KB, takut akan efek samping, masalah sosial budaya dan berbagai faktor lainnya. Kausik (1999) dalam penelitiannya di India menunjukkan bahwa penerimaan suami terhadap KB berpengaruh signifikan terhadap kejadian unmet need KB, demikian halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh litbang BKKBN di Indonesia pada tahun 2004 (Isa, 2009).

2.4. Unmet Need KB terhadap Kehamilan

Diseluruh dunia, antara 120-150 juta perempuan mambatasi atau menjarangkan kehamilan tidak menggunakan kontrasepsi. Meskipun metode KB tersedia, masih banyak perempuan yang belum menggunakannya. Hal ini dikarenakan kendala keuangan, kepercayaan/agama tertentu, dilarang oleh anggota keluarga atau perhatian tentang efek buruk yang dirasakan mengganggu kesehatan atau fertilitas (Glasier, 2012).

BKKBN (1998) menyatakan bahwa beberapa penelitian dan indepth interview

dapat disimpulkan penyebab utama yang berkembang mengapa sebagian besar wanita yang umumnya berkeinginan menghindari kehamilan namun mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Hal tersebut ditandai dengan alasan – alasan sebagai berikut (Marhaeni, 2008):

1. Kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan yang memadai.


(45)

2. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut efek samping yang diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.

3. Kesenjangan informasi / KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) 4. Oposisi dari suami, keluarga dan masyarakat.

5. Kurang peduli (less aware) terhadap faktor risiko kehamilan.

2.4.1. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Unmet Need KB dan Kehamilan

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian Bohrani (1998) di kota shiraz, Persia menemukan bahwa jumlah anak yang diinginkan, umur suami dan istri, umur pernikahan, jumlah kehamilan dan jumlah anak pernah melahirkan hidup pada wanita yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan lebih tinggi pada wanita yang mengalami kehamilan yang diinginkan. Selain itu angka kehamilan tidak diinginkan tinggi pada wanita yang berpendidikan rendah (Musdalifah, 2008).

Pelayanan bagi kehamilan tidak diinginkan yang dilakukan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pemalang selama bulan Agustus 2007 sampai Mei 2008 menunjukkan adanya klien kehamilan tidak diinginkan yang berjumlah 145 orang. Dari jumlah tersebut 84% merupakan kehamilan yang tidak diinginkan dan kegagalan kontrasepsi pasangan menikah (Musdalifah, 2008).


(46)

Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhsi kehamilan yang tidak diinginkan :

a. Umur

Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil, baik untuk kepentingan ibu dan janin dalam kandungan (Muzdalifah, 2008):

1) Umur < 20 tahun dianggap masih berbahaya untuk kehamilan sebab secara fisik tubuh ibu belum matang dan belum siap untuk menerima kehamilan. Alat kontrasepsi sangat lah dibutuhkan pada umur ini

2) Umur 20-30 tahun adalah dianggap kelompok umur yang paling baik untuk kehamilan karena secara fisik sudah cukup kuat dan secara mental sudah cukup dewasa. Pada saat umur tersebut ibu sangat membutuhkan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Bila pada umur ini ibu tidak meggunakan KB maka kemungkinan untuk terjadinya kehamilan tidak diinginkan akan meningkat pada umur ini.

3) Umur > 35 tahun dianggap sudah mulai berbahaya sebab secara fisik alat fungsi reproduksi sudah menurun, ditambah lagi jumlah kelahiran sebelumnya sudah lebih dari tiga. Pada umur ini ibu sebaiknya meggunakan KB untuk menghentikan kehamilan. Karena bila ibu terus hamil pada umur tersebut akan sangat berbahaya baik bagi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Karena secara fisik ibu sudah tidak kuat untuk hamil hal itu dikarenakan fungsi reproduksi ibu dudah menurun.


(47)

Berdasarkan uraian diatas, maka Depkes RI (2000) membagi kelompok umur ibu dalam tiga kelompok yaitu < 20 tahun, pada masa ini ibu diharapakan menunda kehamilan karena pada masa tersebut ibu masih terlalu muda untuk hamil, kemudian pada umur 20-35 tahun, pada masa ini ibu harus mengatur kesuburan (menjarangkan kehamilan) sedangkan pada umur > 35 tahun adalah kehamilan sudah mulai berbahaya, dan ibu diharapkan untuk menghentikan kehamilan.

Hasil penelitian Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) tahun 2002 menunjukkan bahwa 58% kehamilan tidak diinginkan terjadi pada kelompok umur diatas 30 tahun. Sedangkan hasil studi retrospektif pemulihan haid yang dilakukan PKBI di klinik di sembilan kota Indonesia tahun 2000-2003 menyebutkan bahwa kejadian kehamilan tidak diinginkan pada kelompok umur 21-31 tahun dan diatas 30 tahun didistribusikan relative seimbang (Muzdalifah, 2008).

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya yang diberikan kepada orang lain guna mengubah sikap atau perilaku seseorang yang berlangsung seumur hidup kearah yang diinginkan. Pendidikan pada perempuan tidak hanya akan mengakibatkan kemampuannya untuk menjaga kesehatan diri sendiri, tetapi juga untuk kesehatan seluruh keluarganya. Peningkatan pengetahuan masalah reproduksi akan membuat ibu lebih percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Muzdalifah, 2008).

Suatu anggapan yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima perubahan yang terjadi disekelilingnya. Hal ini disebabkan karena


(48)

semakin tinggi pendidikan diharapakan pergaulan ibu juga semakin luas. Keadaan ini sudah tentu akan membawa pengaruh pada tingkat pengetahuan mereka karena seseorang yang mempunyai pergaulan lebih luas akan lebih terbuka untuk memperoleh informasi baru. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat berasal dari pendidikan formal ataupun pendidikan non-formal. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin banyak peluang orang itu untuk mendapat ilmu pengetahuan.

Demikian halnya kehamilan tidak diinginkan yang terjadi pada kelompok ibu hamil yang tidak berpendidikan mungkin juga berkaitan dengan ketidaktahuan wanita tersebut dalam mengatasi masalah, seperti halnya dalam mencegah agar tidak terjadi kehamilan tidak diinginkan. Bagi wanita yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih memahami tentang mencegah kehamilan dengan cara memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang telah disediakan diantaranya mengikuti program keluarga berencana. Hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan pada wanita berpendidikan rendah cenderung memiliki ekonomi yang lemah, sehingga anak merupakan salah satu masalah yang berhubungan dengan ekonomi. Hal ini sesuai dengan penelitian di Iran yang menyatakan bahwa kejadian kehamilan yang tidak diinginkan lebih banyak terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah sehingka antara pendidikan dan kejadian kehamilan tidak diinginkan berbanding terbalik (Muzdalifah, 2008). c. Jumlah Anak

Menurut penelitian (Usman, 2013) menyatakan bahwa jumlah anak memiliki hubungan yang sigifikan terhadap kejadian unmet need dengan nilai p = 0,031. Dimana jumlah anak merupakan salah satu alasan wanita untuk tidak menginginkan


(49)

kehamilan. Terutama untuk wanita yang telah memiliki anak lebih dari 3 yang sering disebut dengan multigravida. Banyak faktor yang menyebabkan ibu yang telah memiliki anak banyak tidak menginginkan kehamilan lagi, yaitu : dari segi ekonomi keluarga yang tidak mencukupi dan dari segi kesehatan yang tidak baik untuk kesehatan ibu. Terutama ibu yang memiliki umur lebih dari 35 tahun.

Pada dasarnya keinginan seseorang untuk mempunyai anak lagi atau tidak dilatarbelakangi oleh jumlah anak yang telah mereka punyai. Namun dirasa belum memenuhi keinginan untuk memperoleh jenis kelamin tertentu maka seorang wanita harus terus bereproduksi meskipun tidak meninginkannya. Beberapa daerah tertentu di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk memperoleh anak dalam jenis kelamin tertentu karena dianggap jenis kelamin tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi disbanding jenis kelamin lainnya, sesuai dengan adat istiadat dan latar belakang suatu daerah tertentu ditanamkan keyakinan bahwa meiliki anak laki-laki lebih baik dari pada anak perempuan, oleh kerena itu mereka akan terus bereproduksi hingga memperoleh anak laki-laki dalam keluarganya tanpa mempertimbangkan jumlah anak yang sudah ada (Muzdalifah, 2008).

Hal ini didukung oleh penelitian di Iran mengenai kebudayaan masayarakat Iran yang menunjukkan kenginginan memiliki anak dalam jenis kelamin tertentu berhubungan dengan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan dan diperkirakan sebagai penyebab tingginya angka jumlah kelahiran (Muzdalifah, 2008).


(50)

d. Pekerjaan

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Isa, 2009) yang diterbitakan oleh litbang BKKBN (2004), ditemukan hubungan yang signifikan antara unmet need KB dan status bekerja wanita dan PUS. Di daerah perkotaan wanita yang bekerja memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kejadian unmet need KB. Hal ini terjadi karena wanita yang bekerja akan lebih memiliki kepentingan untuk membatasi dan mengatur kehamilan atau kelahiran yang diinginkan karena hal ini mempengaruhi karir dan pekerjaan mereka, sehingga menyebabkan mereka memberi perhatian lebih terhadap pemakaian alat kontrasepsi dan cara KB tertentu yang selanjutnya dapat memperkecil kemungkinan kejadian unmet need KB.

e. Pendapatan

Peningkatan kualitas layanan merupakan salah satu cara yang efektif untuk menurunkan prevalensi unmet need KB. Dalam memenuhi kebutuhannya, PUS sering mengalami hambatan dalam pemanfaatan layanan KB sehingga akses mereka terbatas, bahkan tertutup sama sekali. Hal ini mengakibatkan mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi, pada sebenarnya mereka membutuhkan (Usman, 2013).

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Stephenson (2004) yang dikutip oleh Usman menyatakan bahwa secara umum terdapat lima faktor yang memegang peranan penting yaitu faktor administrasi, faktor kognitif, faktor ekonomi, faktor psikososial dan faktor karakteristik. Pendapatan suami banyak mempengaruhi pola kegiatann dan pola pikir termasuk kesempatan untuk memanfaatkan potensi dan


(51)

fasilitas yang tersedia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan yang cukup membuat seseorang mampu untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Kemampuan ekonomi sangat mempengaruhi akses seseorang dalam memanfaatkan layanan kesehatan. Mereka yang berasal dari rumah tangga dengan pendapatan tinggi dan menengah, memiliki skor lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan mereka yang kurang. Terdapat sekitar 2,7% wanita menyatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi karena biaya layanan tidak terjangkau oleh pendapatan PUS tersebut (Usman, 2013).

f. Pengetahuan tentang alat/cara KB

Berdasarkan hasil penelitian dari BKKBN (2007) menyatakan bahwa penyebab dari kehamilan salah satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi. Akibat kurangnya pengetahuan tersebut maka wanita tidak mengetahui cara memakai, apa keuntungan dan kelemahan dari kontrasepsi yang digunakan. Akibatnya kemungkinan untuk gagal dalam pemakaian sangat tinggi. Selain itu dengan pegetahuan yang kurang tersebut mereka juga tidak mengetahui jenis kontrasepsi apa yang cocok untuk mereka.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 21 negara di dunia ditemukan bahwa, remaja dan wanita yang belum menikah memiliki akses yang terbatas terhadap kontrasepsi dan tidak diperkenankan menggunakan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk pelayanan KB (Muzdalifah, 2008).

Dalam WHO (2000) juga terdapat beberapa alasan mengapa wanita untuk tidak menginginkan kehamilan antara lain karena perkosaan, kurangnya pengetahuan


(52)

yang memadai tentang kontrasepsi, terlalu banyak anak, alasan kesehatan, janin cacat, usia muda atau belum siap menikah, pasangan tidak bertanggungjawab atau hubungan dengan pasangan belum mantap, kendala ekonomi dan lainnya (WHO, 2000).

Dalam penyebarluasan program KB, diperlukan adanya komunikasi, informasi dan edukasi dari pemerintah. Ibu yang sudah tahu KB belum tentu akan menggunakannya karena takut akan efek samping dari alat/cara KB itu sendiri, sementara mereka tidak mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai hal tersebut. Angka kejadian unmet need KB yang terdapat pada SDKI 2002-2003 sebesar 8,6%. Mereka mengalami unmet need KB dikarenakan berbagai alasan, antara lain tidak terjangkaunya pelayanan, ketidaktahuan tentang jenis kontrasepsi dengan yang diinginkan sehingga mengakibatkan kegagalan atau drop out yang selanjutnya akan menjadi unmet need KB.

2.5. Landasan Teori

Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan - hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak pasangan usia subur yang masih belum menjadi peserta KB. Ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan usia subur tidak suka menggunakan alat kontrasepsi. Faktor - faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling (Depkes, 2007).


(53)

Menurut SDKI 2002-2003, masih sekitar 40% pasangan usia subur (PUS) yang belum menjadi peserta KB, sehingga masih ditemukan kehamilan yang tidak diinginkan khususnya bagi ibu yang sudah mempunyai paritas lebih dari 2. Salah satu faktor yang menyebabkan PUS tidak bersedia menjadi peserta KB adalah dari segi pelayanan KB masih belum berkualitas (BKKBN, 2005).

Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkualitas terbukti karena masih ada wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi kelompok unmet need KB dengan alasan efek samping dan kesehatan. Adapun yang menyebabkan hal tersebut adalah karena kesalahan dalam pemakaian, sehingga menimbulkan efek samping buruk terhadap kesehatan, kesenjangan informasi/KIE, oposisi / larangan suami, kesenjangan terhadap akses dan kualitas keluarga berencana berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas memadai (Saroha, 2009).

Ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan usia subur tidak suka menggunakan alat kontrasepsi (Unmet need KB). Faktor - faktor tersebut antara lain kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, alasan kesehatan, kesenjangan informasi/KIE menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemakaian, oposisi/larangan dari suami, kurang peduli terhadap kehamilan risiko kehamilan (less aware) (Marhaeni, 2008).

Secara kualitas, masih terdapat kesalahan dalam pemakaian menyebabkan yang dialami para akseptor. Secara nasional (sampai dengan Oktober 2005) angka kumulatif kegagalan kontrasepsi sebanyak 1.630 kasus, yang tersebar dalam empat


(54)

metode kontrasepsi, yaitu IUD, MOW, MOP dan Implant. Kegagalan kontrasepsi yang menunjukkan banyaknya akseptor yang menjadi hamil pada saat masih menggunakan alat kontrasepsi (BKKBN, 2006).

Imbas utama dari kegagalan pemakaian KB adalah dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Bahkan menurut data yang ada di World Health Organization (WHO) memperkirakan dari 200 juta kehamilan pertahun, sekitar 38 persen (75 juta) merupakan KTD. Kegagalan KB kasus pada KTD juga bisa dialami oleh mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan terakhir padahal mereka termasuk aktif secara seksual. Bahkan sejak terjadinya krisis ekonomi kelompok ini jumlahnya bertambah. Karena pemerintah tidak mampu memenuhi kebutuhan alat kontrasepsi dengan jumlah dan harga yang terjangkau (BKKBN, 2006).

Konsep unmet need menunjukkan suatu keadaan dimana seorang wanita berharap untuk mencegah atau menunda kehamilan, tetapi disaat yang sama dia tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun, sehingga konsep ini juga merupakan pengukuran yang bersifat saat ini (current). Banyak alasan dikemukakan mengapa kehamilan tidak atau belum diinginkan, salah satunya adalah karena tidak menggunakan alat kontrasepsi terutama untuk perempuan yang sudah menikah (Muzdalifah, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Usman, 2013) dengan judul penelitian faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB Pasangan Usia Subur terhadap kehamilan ditemukan nilai p value 0,001 yang menyimpulkan bahwa


(55)

unmet need KB berhubungan dengan kehamilan. Penelitian tersebut menyatakan kejadian unmet need KB dengan variabel umur, pendapatan, kegagalan kontrasepsi sebelumnya dan jumlah anak secara bersama – sama berpengaruh terhadap unmet need KB yang dapat menyebabkan kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kejadian unmet need KB sebagai faktor independen tidak dapat berdiri sendiri dalam mempengaruhi terjadinya kehamilan, sehingga ibu yang unmet need KB bisa saja mendapatkan kehamilan walauun tidak atau belum diinginkan. Oleh karena itu, perlu adanya KIE (Komunikasi, informasi dan Edukasi) oleh petugas kesehatan kepada semua PUS untuk mencegah terjadinya kehamilan.

2.6. Kerangka Teori

Gambar 2.2. Kerangka Teori Kehamilan Sumber : Mohamad, 1998 dan Marhaeni, 2008

Status reproduksi :

1. Umur (<20 tahun dan >35 tahun) 2. Paritas (>3)

3. Jarak kelahiran (<1 tahun)

4. Status perkawinan (pemerkosaan)

Perilaku Sehat:

Penggunaan KB 1. Unmet need KB 2. Kegagalan KB

Kehamilan

Status Perempuan dalam Masyarakat

1. Pendidikan (pengetahuan tentang KB rendah)

2. Pekerjaan (tidak bekerja) 3. Pendapatan (rendah)


(56)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep untuk mengetahui bagaimana pengaruh unmet need KB dan terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014. Untuk digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Unmet need KB Kehamilan

Variabel Counfounding

1. Karakteristik Demografi - Umur

- Pendidikan - Jumlah anak - Pekerjaan - Pendapatan


(57)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei penjelasan atau explanatory research dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel melalui analisis statistik. Penelitian ini menjelaskan pengaruh unmet need

KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014. Penelitian akan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu Puskesmas di Medan yaitu Puskesmas Helvetia. Alasan pemilihan tempat penelitian ini karena Puskesmas merupakan salah satu tempat untuk memeriksakan kehamilan bagi ibu hamil yang tinggal disekitar Kecamatan Helvetia Medan, dengan demikian peneliti akan lebih mudah dalam mengumpul data.

3.2.2.Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai Januari sampai Agustus 2014. Tahapan dilaksanakan mulai survei awal, pembuatan proposal penelitian, pengumpulan data sampai ujian komprehensif.


(58)

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke Puskesmas Helvetia pada saat pengumpulan data dilakukan. Pada bulan Januari tahun 2014 ada 250 ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Helvetia untuk memeriksakan kehamilannya. Data ibu hamil akan disesuaikan dengan data yang ditemukan pada saat peneliti mengumpulkan data.

3.3.2.Sampel

Dari 250 populasi ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Helvetia, maka peneliti hanya mengambil sebagian dari jumlah populasi sebagai sampel dalam penelitian. Penghitungan besar sampel menggunakan rumus Lameshow uji hipotesis satu populasi dikutip oleh Hidayat (2011) sebagai berikut:

n =

{

2

}

2 0 1 2 / 1 ) ( ) 1 ( ) 1 ( o a a o P P P P Z P P Z − − − + −

−α β

Keterangan :

n : besar sampel

Z1 : Nilai Deviasi normal pada tingkat kemaknaan = 0,05 Z =1,96

Z1- : Kekuatan uji (ditetapkan peneliti) bila 10% Maka Z1- = 1,282 Po : Proporsi dipopulasi kehamilan diinginkan : 0,10*


(59)

Pa – Po : Selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,08

n =

{

}

2 2 0 1 2 / 1 ) ( ) 1 ( ) 1 ( o a a o P P P P Z P P Z − − − + −

−α β

(

)

2 2 ) 1 , 0 02 , 0 ( ) 02 , 0 1 ( 02 , 0 282 , 1 ) 1 , 0 1 ( 1 , 0 96 , 1 − − + − = n

(

)

2 2 ) 08 , 0 ( 0196 , 0 282 , 1 09 , 0 96 , 1 + = n 04 , 92 =

n = n = 92

Dari pengitungan rumus uji hipotesis ini diperoleh jumlah sampel minimal adalah 92 responden. Namun total yang telah terkumpul oleh peneliti107 responden. Jumlah responden ditambah yaitu untuk memenuhi persyaratan dalam mengolah data yang akan disesuaikan dengan desain penelitian cross sectional. Adapun berdasarkan syarat sampel minimal 100 orang dan maksimal > 100 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Helvetia pada saat pengumpulan data, kemudian dari total ibu hamil yang telah diteliti peneliti akan melihat ada berapa ibu yang hamil karena unmet need KB sebelumnya dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Ibu yang hamil karena tidak pernah ikut KB

2. Ibu yang hamil karena tidak menggunakan alat KB pada saat tertentu sehingga ibu tersebut dapat hamil.

Setelah peneliti menemukan jumlah ibu hamil yang unmet need KB kemudian data tersebut akan dianalisis dan dimasukkan dalam pembahasan.


(60)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden. Peneliti telah mengumpul data dari 107 orang ibu hamil dalam waktu ± 1 bulan. Data dikumpul dengan menyebar kuesioner kepada responden untuk diisi sendiri oleh responden. Sebelum pengisian kuesioner, terlebih dahulu responden menandatangani lembar persetujuan responden. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan maka responden diminta agar segera mengisi kuesioner yang telah dibagi oleh peneliti.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan oleh peneliti diperoleh dari Puskesmas Helvetia Medan yaitu data mengenai ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Helvetia.

3.5. Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas

Unmet need KB adalah ibu yang sebenarnya sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Beberapa kategori dari unmet need KB berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut:

a. Kesalahan pemakaian KB adalah ibu hamil yang sebelumnya unmet need KB (tidak menggunakan KB) akibat kesalahan dalam pemakaian KB sehingga terjadi


(61)

kegagalan KB atau adanya efek buruk terhadap kesehatan yang menyebabkan ibu memutuskan untuk tidak berKB.

b. Larangan suami adalah ibu hamil yang sebelumnya tidak menggunakan alat kontrasepsi (menjadi unmet need KB) karena dilarang suami.

3.5.2. Variabel Terikat

a. Kehamilan diinginkan adalah kehamilan yang diinginkan seorang perempuan dan diterima keberadaannya.

b. Kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh perempuan yang sebenarnya belum atau sudah tidak menginginkan anak lagi.

3.5.3. Variabel Counfounding

a. Umur adalah lama hidup responden atau ulang tahun terahir responden saat pengumpulan data dilakukan.

b. Jumlah anak adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan responden saat pengumpulan data dilakukan, baik yang tinggal bersama responden maupun yang tidak tinggal bersama responden.

c. Pendidikan adalah pendidikan terahir yang dicapai responden saat pengumpulan data dilakukan.

d. Pekerjaan/status bekerja adalah kegiatan sehari-hari responden yang menghasilkan sesuatu dalam 12 bulan terakhir selain mengurus rumah tangga. e. Pendapatan adalah tambahan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan


(62)

f. Pengetahuan tentang jenis alat/cara KB adalah apa yang ibu ketahui terkait jenis dan cara penggunaan alat KB.

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini peneliti merencanakan adanya uji validitas dan reliabilitas kuesioner di Klinik Haryantari Medan. Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen peneliti akan melakukan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah skor setiap pertanyaan. Korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson product momen. Jika didapat nilai r hasil atau r hitung > r tabel, maka instrumen tersebut dinyatakan valid (Riyanto, 2009). Jika korelasi rendah maka pertanyaan harus dirubah atau dapat juga didrop (Nursalam, 2013).

Setelah pertanyaan dinyatakan valid, analisa selanjutnya adalah uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai Alpha. Dengan ketentuan bila nilai r Alpha > konstanta (0,6) maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel (Riyanto, 2009). Sebelum menggunakan

alpha cronbach, uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yaitu Klinik Haryantari yang berada di daerah Kapt. Muslim Medan (Nursalam, 2013).

Dari hasil uji realibilitas yang telah dilakukan terhadap 20 orang ibu hamil di Klinik Haryantari diperoleh hasil dari 20 pertanyaan tentang pengetahuan ibu tentang


(63)

jenis alat/cara KB, 5 dari pertanyaan tersebut tidak valid yaitu pertanyaan no 1,4,9,14 dan 16. Kelima pertanyaan tersebut mempunyai nilai correlasion <0,444, pertanyaan dikatakan valid bila nilai correlation >0,444. Dari ke lima pertanyaan tersebut 2 dari pertanyaan cukup dirubah yaitu no 1 dan no 9, sedangkan pertanyaan no 4,14 dan 16 harus diganti karena kurang tepat dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan pertanyaan tetap 20 item. Setelah itu untuk mengukur apakah pertanyaan tersebut telah reliabel, yaitu dengan melihat nilai Alpha Cronbach setiap pertanyaan yaitu harus >0,6. Dilihat pada hasil uji reliabilitas semua pertanyaan mempunyai nilai alpha >0,6 artinya pertanyaan sudah reliabel atau konsisten.

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian diukur berdasarkan jumlah jawaban responden terhadap pertanyaan dan disesuaikan dengan skor yang ada. Skala pengukuran variabel dependen antara lain adalah sebagai berikut:

Kehamilan mempunyai dua pilihan jawaban “ya” dan “tidak” dengan, “ya” adalah bila kehamilan ibu diinginkan dan “tidak” bila ibu menyatakan bahwa kehamilannya tidak diinginkan dan tidak diterima. Skala pengukuran untuk variabel independen sama dengan variabel dependen dimana semua variabel mempunyai dua pilihan jawaban “ya” dan “tidak” adalah (Muzdalifah, 2008):

a. Unmet need KB, “ya” bila ibu menjawab benar tidak pernah berKB atau kehamilan itu terjadi saat ibu tidak menggunakan alat KB saat itu. “Tidak” bila ibu mengatakan tidak terhadap semua pertanyaan.


(64)

1) Kesalahan pemakaian kontrasepsi, “ya” bila ibu menjawab ya terhadap salah satu pertanyaan sehingga terjadi kehamilan. Tidak, bila ibu menjawab tidak pada semua pertanyaan.

2) Larangan suami, “ya” bila ibu mengatakan benar tidak berKB karena larangan suami dan memilih salah satu alasan yang telah tersedia atau memberikan alasan lain dan “tidak” bila ibu mengatakan tidak berKB bukan karena dilarang suami.

b. Umur, berisiko bila umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun sedangkan jawaban tidak berisiko yaitu bila umur 20-35 tahun.

c. Pendidikan, rendah bila pendidikan terahir ibu SD atau SMP tinggi menamatkan SMA dan ke jenjang berikutnya.

d. Jumlah anak, beresiko bila ≥3, tidak resiko bila 1-2 (Manuaba, 2006).

e. Pandapatan, rendah bila pendapatan ibu 5 ratus - < 2 jt, menengah ≥2 jt – 5 jt. f. Pengetahuan tentang jenis alat/cara KB, pengukuran pengetahuan ibu bedasarkan

skala ordinal. Skor untuk jawaban benar adalah 1 dan skor untuk jawaban salah atau tidak tahu adalah 0 dengan menggunakan skala Guttman maka kategori sebagai berikut :

1) Baik bila responden dapat menjawab pertanyaan ≥ 10 atau men dapat skor ≥ median.

2) Kurang bila responden hanya menjawab pertanyaan < 10 atau mendapat skor < median.


(1)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 107 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 107 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 107 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Diinginkan 0

Tidak diinginkan 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted kehamilan

Percentage Correct Diinginkan

Tidak diinginkan

Step 0 kehamilan Diinginkan 55 0 100.0

Tidak diinginkan 52 0 .0

Overall Percentage 51.4

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


(2)

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables unmetNKB 23.440 1 .000

umurk 4.320 1 .038

Overall Statistics 23.915 2 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 25.217 2 .000

Block 25.217 2 .000

Model 25.217 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 123.032a .210 .280

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted kehamilan

Percentage Correct Diinginkan

Tidak diinginkan

Step 1 kehamilan Diinginkan 47 8 85.5

Tidak diinginkan 21 31 59.6

Overall Percentage 72.9

a. The cut value is .500


(3)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

St e p 1a

unmetNKB 2.066 .487 17.977 1 .000 7.894 3.038 20.517 umurk .390 .495 .621 1 .431 1.477 .560 3.893 Constant -.890 .286 9.667 1 .002 .411

a. Variable(s) entered on step 1: unmetNKB, umurk. Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 107 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 107 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 107 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted kehamilan

Percentage Correct Diinginkan

Tidak diinginkan

Step 0 kehamilan Diinginkan 55 0 100.0

Tidak diinginkan 52 0 .0

Overall Percentage 51.4

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.056 .193 .084 1 .772 .945


(4)

Score df Sig.

Step 0 Variables unmetNKB 23.440 1 .000

jlhanak 23.468 1 .000

Overall Statistics 39.553 2 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 46.974 2 .000

Block 46.974 2 .000

Model 46.974 2 .000

Classification Tablea

Observed

Predicted kehamilan

Percentage Correct Diinginkan

Tidak diinginkan

Step 1 kehamilan Diinginkan 44 11 80.0

Tidak diinginkan 11 41 78.8

Overall Percentage 79.4

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper St

ep 1a

unmetNKB 2.250 .528 18.132 1 .000 9.489 3.368 26.729 jlhanak 2.798 .703 15.821 1 .000 16.412 4.134 65.153 Constant -1.428 .336 18.088 1 .000 .240


(5)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 107 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 107 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 107 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted kehamilan

Percentage Correct Diinginkan

Tidak diinginkan

Step 0 kehamilan Diinginkan 55 0 100.0

Tidak diinginkan 52 0 .0

Overall Percentage 51.4

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.056 .193 .084 1 .772 .945

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables unmetNKB 23.440 1 .000

pengetahuan 9.507 1 .002

Overall Statistics 27.150 2 .000

Block 1: Method = Enter


(6)

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 29.227 2 .000

Block 29.227 2 .000

Model 29.227 2 .000

Classification Tablea

Observed

Predicted kehamilan

Percentage Correct Diinginkan

Tidak diinginkan

Step 1 kehamilan Diinginkan 47 8 85.5

Tidak diinginkan 21 31 59.6

Overall Percentage 72.9

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step

1a

unmetNKB 2.007 .486 17.051 1 .000 7.440 2.870 19.287 pengetahuan -.974 .457 4.541 1 .033 .377 .154 .925 Constant .625 .703 .789 1 .374 1.867