BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kehamilan
Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan adalah pertumbuhan
dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan Manuaba, 2008.
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya yang pada umumnya di dalam rahim. Kehamilan pada
manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang
perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. Risiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil
yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi Prawirohardjo, 2008.
Faktor risiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung
menambah risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Risiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu
misalnya pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor risiko
7
Universitas Sumatera Utara
yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan berisiko tinggi Wikjhosastro, 2005.
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi Manuaba, 2008.
Kehamilan dengan faktor risiko adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan bayi dapat terancam Mochtar, 2005.
2.2. Kehamilan Tidak Diinginkan KTD 2.2.1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan
Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya
belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil BKKBN, 2007. Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi
dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja
maupun tidak disengaja. Banyak kasus menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat
dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun yang belum menikah Muzdalifah, 2008.
Istilah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat
itu mistmed pregnancy dimana kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah
Universitas Sumatera Utara
direncanakan. Sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat Muzdalifah, 2008.
Defenisi kehamilan tidak diinginkan menurut Jain 1999 yang dikutip oleh Muzdalifah adalah gabungan dari kehamilan yang tidak diinginkan sama sekali
unwanted pregnancy dan kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu mistimed pregnancy Muzdalifah, 2008.
Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas wanita dan dengan perilaku kesehatan yang buruk selama kehamilan yang
dapat mengakibatkan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita mengalami kehamilan tidak diinginkan mungkin menunda ke pelayanan prenatal atau kurang
memperhatikan kehamilannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan bayinya Muzdalifah, 2008.
Kehamilan yang tidak diinginkan menimbulkan banyak kecemasan pada wanita. Meskipun keputusan melakukan aborsi tampak tepat bagi mereka, adanya
penyesalan yang tidak dapat dielakkan. Wanita dapat mengalami berbagai tahap berduka karena keputusan mereka, menyangkal, marah, depresi dan menerima
Suzanne, 2008.
2.2.2. Alasan Kehamilan Tidak Diinginkan
Pada penelitian kualitatif studi kasus unsafe abortion yang bertujuan untuk menelusuri alasan-alasan mengapa perempuan Indonesia banyak yang melakukan
aborsi tidak aman beserta akibatnya, diperoleh jawaban atas terjadinya kehamilan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak diinginkan pada informan dewasa yang sudah menikah, yaitu muzdalifah, 2008.
a. Anak sudah banyak,
b. Informan masih dalam kontrak kerja,
c. Ketika informan dalam masa subur, suami selalu tidak mau tahu tidak pernah mau
pakai kondom, d.
Umur informan sudah tua dan anak sudah cukup, e.
Tidak boleh hamil anak keempat karena sudah tiga kali operasi Caesar, f.
Suami tidak bersedia menerima kehamilan lagi walaupun anak baru satu, g.
Jarak antara kelahiran anak terlalu dekat, h.
Tidak sanggup menanggung anak tambahan. Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI1998 yang
dikutip oleh Muzdalifah, banyak alasan yang dikemukakan mengapa kehamilan tidak diinginkan adalah sebagai berikut Muzdalifah, 2008 :
a. Penundaan dan peningkatan jarak usia perkawinan, dan semakin dininya usia
menstruasi pertama menarche. Usia menstruasi yang semakin dini dan usia kawin yang semakin tinggi menyebabkan “masa-masa rawan” semakin panjang.
Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus hamil di luar nikah. b.
Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat mengakibatkan kehamilan.
c. Tidak menggunakan alat kontrasepsi, terutama untuk perempuan yang sudah
menikah.
Universitas Sumatera Utara
d. Kegagalan alat kontrasepsi, akibat kurangnya pengetahuan yang memadai tentang
kontrasepsi. e.
Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan f.
Kondisi kesehatan ibu yang tidak mengizinkan kehamilan g.
Masalah ekonomi h.
Alasan karir atau sekolah i.
Kehamilan karena incest hubungan seksual sedarah j.
Kondisi janin yang dianggap cacat
2.2.3. Penyebab Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Salah satu penyebab kehamilan tidak diinginkan menurut adalah kegagalan kontrasepsi, hasil penelitian menemukan bahwa sedikitnya 8 juta kasus per tahunnya
terjadi kegagalan metode kontrasepsi yang digunakan. Menurut WHO 1998, penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan adalah karena pasangan yang
tidak menggunakan kontrasepsi atau metode yang digunakan gagal Muzdalifah, 2008.
Meskipun metode KB sudah tersedia, namun masih ada para ibu yang tetap tidak ingin menggunakan metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan. Hal ini dikarenakan kurangnya akses informasi dan pelayanan KB, incest atau perkosaan, kepercayaan akibat hubungan seks yang tidak aman, alasan ekonomi,
dilarang anggota keluarga, takut akan efek samping yang dirasakan terhadap kesehatan, dan terbatasnya kemampuan perempuan untuk mengambil keputusan
dengan melihat dari hubungan seksual dan kontrasepsi yang digunakan. Begitu pula
Universitas Sumatera Utara
dengan metode kontrasepsi, meskipun terdapat metode yang paling efektif, kemungkinan gagal selalu ada karena berbagai alasan yang berhubungan dengan
teknologi dan cara menggunakannnya BKKBN, 2007.
2.2.4. Akibat yang Ditimbulkan oleh Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Berbagai akibat yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan, antara lain Muzdalifah, 2008:
a. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan lahirnya seorang anak
yang tidak diinginkan unwanted child. Masa depan anak yang tidak diinginkan ini sering tidak mendapat kasih saying dan pengasuhan yang semestinya dari orang
tuanya sehingga pertumbuhannya dapat terganggu. b.
Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dapat memicu terjadinya pengguguran kandungan aborsi karena sebagian besar perempuan mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan mengambil keputusan atau jalan keluar dengan mengalami aborsi, terlebih lagi aborsi yang tidak aman.
Kehamilan tidak diinginkan KTD dengan 4 terlalu akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi dan kematian pada ibu hamil, disamping dapat
menyebabkan terjadinya aborsi tidak aman yang berkontribusi dalam meningkatkan AKI. Kehamilan tidak diinginkan dapat berakibat buruk terhadap kesehatan,
kehidupan sosial dan psikologis ibu dan bayi, sehingga tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu tetapi juga menghasilkan janin maupun bayi yang
berisiko tinggi, misalnya mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan BKKBN, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Unmet Need KB
Unmet need KB didefinisikan sebagai kelompok wanita yang sebenarnya sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya
sampai dengan 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Konsep ini banyak digunakan untuk mengidentifikasi wanita yang
sebenarnya perlu menggunakan alat kontrasepsi karena sudah tidak ingin anak lagi atau ingin menunda kehamilannya sampai dengan 24 tahun namun tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Wanita dikatakan unmet need KB apabila wanita tersebut tidak menggunakan metode KB padahal tidak ingin anak lagi atau ingin
menunda untuk mempunyai anak lagi BKKBN, 2009. Definisi unmet need KB sebagai kebutuhan KB yang tidak terpenuhi, tidak
mengalami perubahan sejak pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1960-an. Konsep unmet need menunjukkan suatu keadaan dimana seorang wanita berharap
untuk mencegah atau menunda kehamilan, tetapi disaat yang sama dia tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun, sehingga konsep ini juga merupakan
pengukuran yang bersifat saat ini current. Unmet need KB adalah semua perempuan yang mempunyai status menikah pada saat survey Isa, 2009.
Wanita dengan kebutuhan KB yang belum terpenuhi adalah mereka yang subur dan aktif secara seksual namun tidak menggunakan setiap metode kontrasepsi,
dan laporan tidak ingin punya anak lagi atau ingin menunda anak berikutnya. Konsep kebutuhan yang belum terpenuhi menunjukkan kesenjangan antara niat reproduksi
perempuan dan perilaku kontrasepsi mereka WHO, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan kontrasepsi dan kebutuhan yang tidak terpenuhi dari program KB merupakan kunci untuk memahami perubahan besar dalam kesuburan dan untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi di seluruh dunia. Keluarga berencana juga inti dari Program Aksi Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan
Pembangunan, dimana pasangan dan individu memiliki hak untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah dan jarak anak-anak mereka dan untuk
memiliki informasi dan sarana untuk melakukannya Isa, 2009. Informasi tentang kejadian
unmet need KB diperoleh dengan mengidentifikasikan Wanita Usia Subur WUS menurut beberapa kategori. Rindang
Ekawati dan Samijo 1992 dari James A Palmore dan kawan-kawan 1990 menetapkan beberapa tahapan kategori WUS, seperti :
1. WUS yang memakai alat kontrasepsi dan WUS tidak memakai alat kontrasepsi
2. WUS yang tidak memakai alat kontrasepsi dikategorikan WUS hamilaminore
dan tidak hamil tidak aminore 3.
WUS hamil aminore dikategorikan menjadi kehamilan yang diinginkan intended, kehamilan diinginkan kemudian mistimed, dan kemudian yang tidak
diinginkan unwanted. WUS yang tidak hamil tidak aminore dikategorikan menjadi subur fecund dan tidak subur infecund
4. WUS fecund yang tidak hamiltidak aminore dikategorikan menjadi ingin anak
segera, ingin anak kemudian, dan tidak ingin anak lagi. 5.
WUS fecund,mistimed,dan ingin anak kemudian merupakan unmet need KB untuk tujuan penjarangan kehamilan, sedangkan WUS hamil aminore dengan
Universitas Sumatera Utara
unwanted pregnancy dan WUS fecund tidak ingin anak lagi merupakan unmet need KB untuk tujuan pembatasan kelahiran.
6. Unmet need KB untuk tujuan penjarangan kelahiran dan unmet need KB untuk
tujuan pembatasan kelahiran adalah total unmet need KB. Selanjutnya, didefenisikan juga bahwa pihak yang tidak termasuk dalam
perhitungan unmet need KB adalah wanita tidak menikah, wanita yang menggunakan kontrasepsi, kegagalan penggunaan kontrasepsi, wanita hamil yang dilaporkan
sebagai intentional wanita tidak subur dan wanita subur yang menginginkan kelahiran anak sebagai dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun Isa, 2009.
Defenisi unmet need KB yang digunakan oleh SDKI tahun 2007 adalah persentase perempuan kawinnikah yang tidak ingin memiliki anak lagi atau ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya tetapi tidak memakai alatcara kontrasepsi. Perempuan yang memerlukan KB dengan tujuan untuk menjarangkan kelahiran
mencakup perempuan hamil yang kehamilannya tidak diinginkan saat itu mistimed, perempuan yang belum haid setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan waktu
itu, dan perempuan lain yang tidak sedang hamil atau belum haid setelah melahirkan dan tidak memakai kontrasepsi tetapi ingin menunggu 2 tahun atau lebih sebelum
kelahiran berikutnya BKKBN, 2007. Perempuan yang belum memutuskan apakah ingin anak lagi atau ingin anak
lagi tetapi belum tahu kapan juga termasuk kedalam kelompok ini. Perempuan yang memerlukan KB untuk membatasi kelahiran mencakup perempuan hamil yang
kehamilannya tidak diinginkan unwanted, perempuan yang belum haid dan yang
Universitas Sumatera Utara
sudah haid setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan, dan perempuan yang tidak memakai kontrasepsi lagi. Sedangkan perempuan yang telah disterilisasi termasuk
kedalam kategori tidak ingin tambah anak lagi. Ukuran pelayanan KB yang tidak terpenuhi digunakan untuk menilai sejauh mana program KB telah memenuhi
kebutuhan pelayanan Isa, 2009.
Gambar 2.1. Kerangka Teori Unmet Need KB
Permasalahan unmet need KB dapat juga diartikan sebagai adanya sebuah ketidak sinkronan antara preferensi fertilitas yang diinginkan oleh seorang wanita
atau pasangan dengan tindakan yang diambilnya untuk mencapai preferensi tersebut. Dalam posisi ini berarti bahwa wanita memiliki keinginan untuk menghindari
kehamilan tetapi tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan, seperti menggunakan alat kontrasepsi untuk mencapai hal tersebut. Hal ini menunjukkan
Pertimbanagan Nilai Manfaat
Ekonomi Anak
Meet Need
Unmet Need
Determinan Unmet Need
Preferensi Fertilitas
Permintaan Untuk Membatasi kehamilan
Permintaan Terhadap AlatCara KB
Universitas Sumatera Utara
bahwa salah satu factor yang mendasari adanya unmet need KB adalah preferensi fertilitas yang dimiliki oleh setiap individu atau pasangan. Unmet need KB dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan oleh pasangan tersebut Isa, 2009.
Di seluruh dunia, antara 120–150 juta perempuan yang menikah ingin membatasi atau menjarangkan kehamilan tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini
dikarenakan kendala keuangan, kepercayaan agama tertentu, dilarang oleh anggota keluarga atau perhatian tentang efek buruk yang dirasakan mengganggu kesehatan
atau fertilitas Isa, 2009. Dalam penelitian Isa, 2009 yang dikutip dari BKKBN 1998 menyatakan
bahwa dari beberapa penelitian indepth interview dapat disimpulkan penyebab utama yang berkembang mengapa sebagian besar wanita yang umumnya berkeinginan
menghindari kehamilan namun mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini ditandai dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Kesenjangan terhadap akses dan kualitas keluarga berencana berupa penyediaan
kontrasepsi dan fasilitas pelayanan yang memadai. 2.
Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut akan efek samping yang diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.
3. Kesenjangan informasi KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi.
4. Oposisi dari suami, keluarga dan masyarakat.
5. Kurang peduli less aware terhadap resiko kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Maka kecenderungan seseorang berperilaku dalam permasalahan ini akan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu pengaruh sosial dan pengaruh personal. Faktor
personal memasukkan pandangan dari seorang individu terhadap suatu permasalahan, sedangkan pengaruh sosial adalah efek dari perilaku orang lain terhadap pandangan
atau perilaku orang tersebut. Karakteristik dan latar belakang yang dimiliki oleh setiap individu juga berperan dalam membentuk semua faktor yang mempengaruhi
individu tersebut untuk menggunakan alatcara KB tertentu yang selanjutnya akan sangat berpengaruh pada probabilitas terjadinya unmet need KB bagi individu
tersebut. Dari data hasil survey demografi kesehatan di negara-negara berkembang,
menjelaskan bahwa pada awal diperkenalkannya konsep unmet need KB dalam program keluarga berencana di tahun 60-an, keterbatasan terhadap akses dan suplai,
serta tingginya harga alat kontrasepsi dianggap sebagai determinan terpenting dari permasalahan unmet need KB. Tetapi seiring berkembangnya metodologi dan
pendekatan terhadap permasalahan ini, terlihat bahwa faktor sosial juga sangat berperan dalam terjadinya unmet need KB, terutama di Negara berkembang Usman,
2013. Bahkan faktor sosial dan psikologis, seperti buruknya pengetahuan tentang
KB, kekhawatiran akan efek kesehatan, penolakan dari suami dan agama merupakan penyumbang yang cukup signifikan. Sehingga bagi pemerintah disarankan untuk
turut mengembangkan aspek sosial dari pelayanan KB yang bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap program KB, selain terus mencoba untuk
Universitas Sumatera Utara
memperluas akses terhadap alat KB agar dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Dalam penelitiannya, Bongaarts menjelaskan pentingnya akses yang berkualitas,
mempromosikan kesadaran terhadap pengaruh kesehatan yang dapat diperoleh, dan kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga untuk membantu
mengurangi unmet need KB di Negara berkembang Isa, 2009. Dalam penelitian Ahmadi 2005 terhadap data survey demografi dan
kesehatan tahun 2000 di iran, menemukan bahwa alasan utama perempuan
mengalami unmet need KB adalah adanya kekhawatiran terhadap efek kesehatan dari
kontrasepsi dan adanya penolakan dari lingkungan sosial. Ditemukan juga adanya hubungan yang signifikan antara unmet need KB dan variabel sosial-ekonomi, seperti
umur, standar hidup kesejahteraan, pengetahuan terhadap alat kontarsepsi, dan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Faktor yang juga terbukti signifikan walaupun
tidak seefektif variabel-variabel yang disebutkan sebelumnya adalah tempat tinggal, tempat kerja, akses terhadap media massa, dan pendidikan Isa, 2009.
Bahri 1998 juga menemukan bahwa di Iran bagian selatan kegagalan metode kontrasepsi memberi sumbangan signifikan terhadap terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, sehingga menimbulkan keraguan terhadap alat kontrasepsi yang akan menciptakan terjadinya unmet need KB. Faktor lain yang terbukti berpengaruh adalah
ketakutan terhadap efek samping pada kesehatan dan adanya penolakan dari suami terhadap penggunaan kontrasepsi Isa, 2009.
Dalam penelitian Caterin 1997 di Filipina berdasarkan survey yang dilaksanakan di dua daerah, menyatakan beberapa temuan penting bahwa faktor
Universitas Sumatera Utara
personal yang mempengaruhi unmet need KB adalah bahwa perempuan yang mengalami unmet need KB cenderung tidak memiliki motivasi yang kuat untuk
melaksanakan preferensi fertilitas mereka. Mereka juga seringkali menganggap diri mereka memiliki risiko hamil yang kecil serta memiliki pengetahuan yang kurang
tentang penggunaan alat kontrasepsi. Faktor dari luar atau lingkungan sosial yang ikut menyebabkan unmet need KB adalah dari alat kontrasepsi adalah masih adanya
penentangan dari lingkunagan sosial masyarakat, ketakutan akan efek samping terhadap kesehatan, buruknya akses terhadap alat kontrasepsi, dan adanya hambatan
dari suami dalam bentuk persepsi terhadap biaya alat kontrasepsi dan preferensi fertilitas yang berbeda dari istri Isa, 2009.
Westoff 1995 kembali melakukan studi yang serupa dengan ocha 1991 dalam analisisnya terhadap SDKI 1990-1994, menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi unmet need KB adalah usia ibu, jumlah anak masih hidup, tingkat penggunaan kontrasepsi, tempat tinggal dan tingkat pendidikan ibu. Hasil analisisnya
menunjukkan adanya penurunan kebutuhan untuk menjarangkan kelahiran setelah usia mencapai 30 tahun. Unmet need KB di Indonesia lebih sering terjadi pada
perempuan yang belum pernah memakai kontrasepsi dibandingkan dengan perempuan yang pernah memakai alat kontrasepsi. Kejadian unmet need KB
menunjukkan hubungan yang negative dengan tingkat pendidikan Isa, 2009. Dalam penelitian Hamid 2002, mengenai total unmet need KB di Indonesia
menemukan bahwa variabel wilayah tempat tinggal, pendapatan, jumlah anak, satus
Universitas Sumatera Utara
kerja wanita dan pengetahuan berhubungan signifikan dengan status unmet need KB pada wanita.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Prihastuti 2004 terhadap data SDKI tahun 2002-2003 ditemukan secara signifikan bahwa kejadian unmet need KB lebih
cenderung terjadi pada wanita yang belum pernah menggunakan KB sama sekali daripada wanita yang sudah pernah atau masih enggan akan KB. Menurut Westoff
2006 juga menemukan besarnya angka persentase kejadian unmet need KB pada orang yang belum pernah menggunakan KB dan orang yang tidak berniat untuk
menggunakan KB di masa depan Isa, 2009. Adapun beberapa yang dianggap sebagai penyebab langsung dari unmet need
KB adalah sbagai berikut :
2.3.1. Kesalahan Pemakaian Kontrasepsi
Tidak ada metode kontrasepsi yang sampai saat ini terbukti 100 efektif. Diperkirakan 8-30 juta kehamilan setiap tahunnya merupakan hasil dari kegagalan
kontrasepsi yang tidak konsisten atau tidak benar dalam penggunaan metode kontrasepsi atau justru karena kegagalan metode kontrasepsi itu sendiri. Bagi yang
sudah termotivasi untuk tidak memiliki anak lagi dan sudah menggunakan kontrasepsi tetapi masih juga mengalami kegagalan, biasanya akan mencari jalan
keluar dengan cara aborsi Muzdalifah, 2008. Para pemakai kontrasepsi pada dasarnya belum atau tidak ingin hamil lagi,
sehingga dapat dikatakan bahwa kegagalan kontrasepsi mengakibatkan kehamilan yang sebenarnya tidak diinginkan. Sebagian dari mereka mungkin ingin meneruskan
Universitas Sumatera Utara
kehamilannya dan sisanya mungkin akan memutuskan untuk menggugurkannya. Jumlah kehamilan yang tidak diinginkan akan lebih besar lagi ditambah dengan
mereka yang tidak ingin hamil lagi tetapi tidak menggunakan kontrasepsi sama sekali Muzdalifah, 2008.
Penelitian di Iran menyatakan bahwa sebagian besar responden yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan menggunakan kontrasepsi saat sebelum
kehamilan itu terjadi. Banyak dari mereka yang tidak menginginkan kehamilan menggunakan pil sebelumnya Isa, 2008.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh Family Planning Perspective, 50 dari semua kehamilan yang di Amerika Serikat merupakan kehamilan yang tidak
diinginkan, termasuk kehamilan yang berkhir dengan aborsi, keguguran atau lahir hidup. Sebagian wanita yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan ini ternyata
memakai kontrasepsi sebelum mereka hamil. Karenakan tingginya angka kegagalan ini, maka perlu diketahui alasan utama kegagalan kontrasepsi yang merupakan faktor
risiko terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Berikut merupakan beberapa alasan mengenai kegagalan kontrasepsi yang sering terjadi Muzdalifah, 2008 :
1. Tidak mengikuti petunjuk penggunaan kontrasepsi secara benar
Jika menngunakan pil, konsumsi diwaktu yang sama setiap hari dan pastikan mengikuti petunjuk yang ada. Jika menggunakan kondom, pastikan
menggunakan secara tepat dan kondom yang digunakan dalam kondisi yang baik sebelum digunakan. Jika menngunakan diapragma atau cervical cap, pasttikan
Universitas Sumatera Utara
terpasang dengan baik. Sedangkan wanita yang menggunakan IUD sebaiknya mengikuti petunjuk petugas kesehatan.
2. Penggunaan kontrasepsi yang tidak konsisten
Kontrasepsi harus digunakan secara teratur dan sesuai dengan petunjuk untuk mencapai keefektivitasan yang maksimum. Jika menggunakan kontrasepsi oral
dan lupa meminum pil meskipun hanya satu kali, risiko mengalami kehamilan akan meningkat. Metode penghalang kontrasepsi seperti kondom, cervical cap,
dan diafragma harus digunakan secara teratur agar efektif. Wanita yang memakai KB alami harus menggunakannya secara tepat dan konsisten unrtuk mencegah
kehamilan yang efektif. Satu tindakan yang tidak terlindungi dalam berhubungan seks dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan.
3. Kondom bocor saat berhubungan seks
Diperkirakan 2-5 kondom yang bocor atau saat digunakan. Hal ini lebih sering dikarenakan penyalahgunaan; selain itu robekan kecil dapat terjadi kuku maupun
perhiasan. Kondom yang dipakai kadaluwarsa, salah penyimpanan, kerusakan selama atau setelah pembuatan secara besar-besaran oleh pabrik.
4. Menggunakan antibiotic atau obat-obatan lain atau jamu bersamaan dengan pil
kontrasepsi. Antibiotik yang ditemukan memiliki sifat yang berkebalikan dengan keefektivitasan Pil kombinasi kontrasepsi dengan cara kerja menurunkan
konsentrasi steroid hormone plasma. Wanita yang menggunakan pil kombinasi kontrasepsi sebaiknya menggunakan metode alternatife kontrasepsi selama
beberapa bulan mereka menggunakan antibiotic.
Universitas Sumatera Utara
5. Mempercayai bahwa pada periode ketidaksuburan tidak bisa hamil atau tidak
merasa berisiko karena hanya melakukan hubungan seks satu kali tanpa menggunakan jenis kontrasepsi apapun. Kehamilan normal terjadi pada
pertengahan siklus, bagaimanapun, banyak wanita yang mengalami kehamilan di saat periode ketidaksuburannya.
Kegagalan kontrasepsi dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan KTD. Kasus KTD justru banyak dialami oleh pasangan suami istri yang
mengalami kegagalan ber-KB. Kegagalan KB kasus KTD juga bisa dialami oleh mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan terakhir padahal mereka
termasuk aktif secara seksual unmet need Marhaeni, 2004.
2.3.2. LaranganOposisi Suami
Persetujuan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita sebagai istri
secara khusus, dan di dalam keluarga secara umum. Budaya patrilineal yang menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masih banyak dianut sebagian besar
pola keluarga di dunia menjadikan preferensi suami terhadap program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat
atau cara KB tertentu Isa, 2009. Didalam beberapa variabel penelitian, variabel penolakan atau persetujuan
dari suami terbukti berpengaruh terhadap kejadian unmet need KB dalam rumah tangga. Kejadian unmet need KB seringkali terjadi ketika suami tidak setuju terhadap
penggunaan alat atau cara KB tertentu yang diakibatkan adanya perbedaan preferensi
Universitas Sumatera Utara
fertilitas, kurangnya pemahaman terhadap alatcara KB, takut akan efek samping, masalah sosial budaya dan berbagai faktor lainnya. Kausik 1999 dalam
penelitiannya di India menunjukkan bahwa penerimaan suami terhadap KB berpengaruh signifikan terhadap kejadian unmet need KB, demikian halnya dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh litbang BKKBN di Indonesia pada tahun 2004 Isa, 2009.
2.4 . Unmet Need KB terhadap Kehamilan
Diseluruh dunia, antara 120-150 juta perempuan mambatasi atau menjarangkan kehamilan tidak menggunakan kontrasepsi. Meskipun metode KB
tersedia, masih banyak perempuan yang belum menggunakannya. Hal ini dikarenakan kendala keuangan, kepercayaanagama tertentu, dilarang oleh anggota keluarga atau
perhatian tentang efek buruk yang dirasakan mengganggu kesehatan atau fertilitas Glasier, 2012.
BKKBN 1998 menyatakan bahwa beberapa penelitian dan indepth interview dapat disimpulkan penyebab utama yang berkembang mengapa sebagian besar wanita
yang umumnya berkeinginan menghindari kehamilan namun mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Hal tersebut ditandai dengan alasan – alasan sebagai
berikut Marhaeni, 2008: 1.
Kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
2. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut efek samping yang
diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi. 3.
Kesenjangan informasi KIE komunikasi, informasi dan edukasi 4.
Oposisi dari suami, keluarga dan masyarakat. 5.
Kurang peduli less aware terhadap faktor risiko kehamilan.
2.4.1. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Unmet Need KB dan
Kehamilan
Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian Bohrani 1998 di kota shiraz, Persia menemukan
bahwa jumlah anak yang diinginkan, umur suami dan istri, umur pernikahan, jumlah kehamilan dan jumlah anak pernah melahirkan hidup pada wanita yang mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan lebih tinggi pada wanita yang mengalami kehamilan yang diinginkan. Selain itu angka kehamilan tidak diinginkan tinggi pada wanita yang
berpendidikan rendah Musdalifah, 2008. Pelayanan bagi kehamilan tidak diinginkan yang dilakukan oleh Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia PKBI Pemalang selama bulan Agustus 2007 sampai Mei 2008 menunjukkan adanya klien kehamilan tidak diinginkan yang berjumlah
145 orang. Dari jumlah tersebut 84 merupakan kehamilan yang tidak diinginkan dan kegagalan kontrasepsi pasangan menikah Musdalifah, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhsi kehamilan yang tidak diinginkan :
a. Umur
Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil, baik untuk kepentingan ibu dan janin dalam kandungan Muzdalifah, 2008:
1 Umur 20 tahun dianggap masih berbahaya untuk kehamilan sebab secara fisik
tubuh ibu belum matang dan belum siap untuk menerima kehamilan. Alat kontrasepsi sangat lah dibutuhkan pada umur ini
2 Umur 20-30 tahun adalah dianggap kelompok umur yang paling baik untuk
kehamilan karena secara fisik sudah cukup kuat dan secara mental sudah cukup dewasa. Pada saat umur tersebut ibu sangat membutuhkan alat kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Bila pada umur ini ibu tidak meggunakan KB maka kemungkinan untuk terjadinya kehamilan tidak
diinginkan akan meningkat pada umur ini. 3
Umur 35 tahun dianggap sudah mulai berbahaya sebab secara fisik alat fungsi reproduksi sudah menurun, ditambah lagi jumlah kelahiran sebelumnya sudah
lebih dari tiga. Pada umur ini ibu sebaiknya meggunakan KB untuk menghentikan kehamilan. Karena bila ibu terus hamil pada umur tersebut akan
sangat berbahaya baik bagi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Karena secara fisik ibu sudah tidak kuat untuk hamil hal itu dikarenakan fungsi
reproduksi ibu dudah menurun.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas, maka Depkes RI 2000 membagi kelompok umur ibu dalam tiga kelompok yaitu 20 tahun, pada masa ini ibu diharapakan menunda
kehamilan karena pada masa tersebut ibu masih terlalu muda untuk hamil, kemudian pada umur 20-35 tahun, pada masa ini ibu harus mengatur kesuburan menjarangkan
kehamilan sedangkan pada umur 35 tahun adalah kehamilan sudah mulai berbahaya, dan ibu diharapkan untuk menghentikan kehamilan.
Hasil penelitian Yayasan Kesehatan Perempuan YKP tahun 2002 menunjukkan bahwa 58 kehamilan tidak diinginkan terjadi pada kelompok umur
diatas 30 tahun. Sedangkan hasil studi retrospektif pemulihan haid yang dilakukan PKBI di klinik di sembilan kota Indonesia tahun 2000-2003 menyebutkan bahwa
kejadian kehamilan tidak diinginkan pada kelompok umur 21-31 tahun dan diatas 30 tahun didistribusikan relative seimbang Muzdalifah, 2008.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang diberikan kepada orang lain guna mengubah sikap atau perilaku seseorang yang berlangsung seumur hidup kearah yang
diinginkan. Pendidikan pada perempuan tidak hanya akan mengakibatkan kemampuannya untuk menjaga kesehatan diri sendiri, tetapi juga untuk kesehatan
seluruh keluarganya. Peningkatan pengetahuan masalah reproduksi akan membuat ibu lebih percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi Muzdalifah,
2008. Suatu anggapan yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan semakin
mudah menerima perubahan yang terjadi disekelilingnya. Hal ini disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
semakin tinggi pendidikan diharapakan pergaulan ibu juga semakin luas. Keadaan ini sudah tentu akan membawa pengaruh pada tingkat pengetahuan mereka karena
seseorang yang mempunyai pergaulan lebih luas akan lebih terbuka untuk memperoleh informasi baru. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat berasal dari
pendidikan formal ataupun pendidikan non-formal. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin banyak peluang orang itu untuk mendapat ilmu pengetahuan.
Demikian halnya kehamilan tidak diinginkan yang terjadi pada kelompok ibu hamil yang tidak berpendidikan mungkin juga berkaitan dengan ketidaktahuan wanita
tersebut dalam mengatasi masalah, seperti halnya dalam mencegah agar tidak terjadi kehamilan tidak diinginkan. Bagi wanita yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih
memahami tentang mencegah kehamilan dengan cara memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang telah disediakan diantaranya mengikuti program keluarga
berencana. Hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan pada wanita berpendidikan rendah cenderung memiliki ekonomi yang lemah, sehingga anak merupakan salah
satu masalah yang berhubungan dengan ekonomi. Hal ini sesuai dengan penelitian di Iran yang menyatakan bahwa kejadian kehamilan yang tidak diinginkan lebih
banyak terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah sehingka antara pendidikan dan kejadian kehamilan tidak diinginkan berbanding terbalik Muzdalifah, 2008.
c. Jumlah Anak
Menurut penelitian Usman, 2013 menyatakan bahwa jumlah anak memiliki hubungan yang sigifikan terhadap kejadian unmet need dengan nilai p = 0,031.
Dimana jumlah anak merupakan salah satu alasan wanita untuk tidak menginginkan
Universitas Sumatera Utara
kehamilan. Terutama untuk wanita yang telah memiliki anak lebih dari 3 yang sering disebut dengan multigravida. Banyak faktor yang menyebabkan ibu yang telah
memiliki anak banyak tidak menginginkan kehamilan lagi, yaitu : dari segi ekonomi keluarga yang tidak mencukupi dan dari segi kesehatan yang tidak baik untuk
kesehatan ibu. Terutama ibu yang memiliki umur lebih dari 35 tahun. Pada dasarnya keinginan seseorang untuk mempunyai anak lagi atau tidak
dilatarbelakangi oleh jumlah anak yang telah mereka punyai. Namun dirasa belum memenuhi keinginan untuk memperoleh jenis kelamin tertentu maka seorang wanita
harus terus bereproduksi meskipun tidak meninginkannya. Beberapa daerah tertentu di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk memperoleh anak dalam jenis kelamin
tertentu karena dianggap jenis kelamin tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi disbanding jenis kelamin lainnya, sesuai dengan adat istiadat dan latar belakang suatu
daerah tertentu ditanamkan keyakinan bahwa meiliki anak laki-laki lebih baik dari pada anak perempuan, oleh kerena itu mereka akan terus bereproduksi hingga
memperoleh anak laki-laki dalam keluarganya tanpa mempertimbangkan jumlah anak yang sudah ada Muzdalifah, 2008.
Hal ini didukung oleh penelitian di Iran mengenai kebudayaan masayarakat Iran yang menunjukkan kenginginan memiliki anak dalam jenis kelamin tertentu
berhubungan dengan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan dan diperkirakan sebagai penyebab tingginya angka jumlah kelahiran Muzdalifah, 2008.
Universitas Sumatera Utara
d. Pekerjaan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Isa, 2009 yang diterbitakan oleh litbang BKKBN 2004, ditemukan hubungan yang signifikan antara unmet need KB dan
status bekerja wanita dan PUS. Di daerah perkotaan wanita yang bekerja memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kejadian unmet need KB. Hal ini
terjadi karena wanita yang bekerja akan lebih memiliki kepentingan untuk membatasi dan mengatur kehamilan atau kelahiran yang diinginkan karena hal ini mempengaruhi
karir dan pekerjaan mereka, sehingga menyebabkan mereka memberi perhatian lebih terhadap pemakaian alat kontrasepsi dan cara KB tertentu yang selanjutnya dapat
memperkecil kemungkinan kejadian unmet need KB. e.
Pendapatan Peningkatan kualitas layanan merupakan salah satu cara yang efektif untuk
menurunkan prevalensi unmet need KB. Dalam memenuhi kebutuhannya, PUS sering mengalami hambatan dalam pemanfaatan layanan KB sehingga akses mereka
terbatas, bahkan tertutup sama sekali. Hal ini mengakibatkan mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi, pada sebenarnya mereka membutuhkan Usman,
2013. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Stephenson 2004 yang dikutip oleh
Usman menyatakan bahwa secara umum terdapat lima faktor yang memegang peranan penting yaitu faktor administrasi, faktor kognitif, faktor ekonomi, faktor
psikososial dan faktor karakteristik. Pendapatan suami banyak mempengaruhi pola kegiatann dan pola pikir termasuk kesempatan untuk memanfaatkan potensi dan
Universitas Sumatera Utara
fasilitas yang tersedia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan yang cukup membuat seseorang mampu untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Kemampuan
ekonomi sangat mempengaruhi akses seseorang dalam memanfaatkan layanan kesehatan. Mereka yang berasal dari rumah tangga dengan pendapatan tinggi dan
menengah, memiliki skor lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan mereka yang kurang. Terdapat sekitar 2,7 wanita menyatakan tidak menggunakan alat
kontrasepsi karena biaya layanan tidak terjangkau oleh pendapatan PUS tersebut Usman, 2013.
f. Pengetahuan tentang alatcara KB
Berdasarkan hasil penelitian dari BKKBN 2007 menyatakan bahwa penyebab dari kehamilan salah satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang
kontrasepsi. Akibat kurangnya pengetahuan tersebut maka wanita tidak mengetahui cara memakai, apa keuntungan dan kelemahan dari kontrasepsi yang digunakan.
Akibatnya kemungkinan untuk gagal dalam pemakaian sangat tinggi. Selain itu dengan pegetahuan yang kurang tersebut mereka juga tidak mengetahui jenis
kontrasepsi apa yang cocok untuk mereka. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 21 negara di dunia ditemukan bahwa,
remaja dan wanita yang belum menikah memiliki akses yang terbatas terhadap kontrasepsi dan tidak diperkenankan menggunakan pelayanan kesehatan reproduksi
termasuk pelayanan KB Muzdalifah, 2008. Dalam WHO 2000 juga terdapat beberapa alasan mengapa wanita untuk
tidak menginginkan kehamilan antara lain karena perkosaan, kurangnya pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
yang memadai tentang kontrasepsi, terlalu banyak anak, alasan kesehatan, janin cacat, usia muda atau belum siap menikah, pasangan tidak bertanggungjawab atau
hubungan dengan pasangan belum mantap, kendala ekonomi dan lainnya WHO, 2000.
Dalam penyebarluasan program KB, diperlukan adanya komunikasi, informasi dan edukasi dari pemerintah. Ibu yang sudah tahu KB belum tentu akan
menggunakannya karena takut akan efek samping dari alatcara KB itu sendiri, sementara mereka tidak mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai hal tersebut.
Angka kejadian unmet need KB yang terdapat pada SDKI 2002-2003 sebesar 8,6. Mereka mengalami unmet need KB dikarenakan berbagai alasan, antara lain tidak
terjangkaunya pelayanan, ketidaktahuan tentang jenis kontrasepsi dengan yang diinginkan sehingga mengakibatkan kegagalan atau drop out yang selanjutnya akan
menjadi unmet need KB.
2.5. Landasan Teori
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan - hambatan yang
dirasakan antara lain adalah masih banyak pasangan usia subur yang masih belum menjadi peserta KB. Ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan
usia subur tidak suka menggunakan alat kontrasepsi. Faktor - faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi,
segi penyampaian konseling Depkes, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Menurut SDKI 2002-2003, masih sekitar 40 pasangan usia subur PUS yang belum menjadi peserta KB, sehingga masih ditemukan kehamilan yang tidak
diinginkan khususnya bagi ibu yang sudah mempunyai paritas lebih dari 2. Salah satu faktor yang menyebabkan PUS tidak bersedia menjadi peserta KB adalah dari segi
pelayanan KB masih belum berkualitas BKKBN, 2005. Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkualitas terbukti karena masih
ada wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi kelompok unmet need KB dengan alasan efek samping dan kesehatan. Adapun yang menyebabkan hal tersebut
adalah karena kesalahan dalam pemakaian, sehingga menimbulkan efek samping buruk terhadap kesehatan, kesenjangan informasiKIE, oposisi larangan suami,
kesenjangan terhadap akses dan kualitas keluarga berencana berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas memadai Saroha, 2009.
Ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan usia subur tidak suka menggunakan alat kontrasepsi Unmet need KB. Faktor - faktor tersebut antara
lain kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, alasan kesehatan, kesenjangan
informasiKIE menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemakaian, oposisilarangan dari suami, kurang peduli terhadap kehamilan risiko kehamilan less aware
Marhaeni, 2008. Secara kualitas, masih terdapat kesalahan dalam pemakaian menyebabkan
yang dialami para akseptor. Secara nasional sampai dengan Oktober 2005 angka kumulatif kegagalan kontrasepsi sebanyak 1.630 kasus, yang tersebar dalam empat
Universitas Sumatera Utara
metode kontrasepsi, yaitu IUD, MOW, MOP dan Implant. Kegagalan kontrasepsi yang menunjukkan banyaknya akseptor yang menjadi hamil pada saat masih
menggunakan alat kontrasepsi BKKBN, 2006. Imbas utama dari kegagalan pemakaian KB adalah dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan KTD. Bahkan menurut data yang ada di World Health Organization WHO memperkirakan dari 200 juta kehamilan
pertahun, sekitar 38 persen 75 juta merupakan KTD. Kegagalan KB kasus pada KTD juga bisa dialami oleh mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi dalam 3
bulan terakhir padahal mereka termasuk aktif secara seksual. Bahkan sejak terjadinya krisis ekonomi kelompok ini jumlahnya bertambah. Karena pemerintah tidak mampu
memenuhi kebutuhan alat kontrasepsi dengan jumlah dan harga yang terjangkau BKKBN, 2006.
Konsep unmet need menunjukkan suatu keadaan dimana seorang wanita berharap untuk mencegah atau menunda kehamilan, tetapi disaat yang sama dia tidak
menggunakan alat kontrasepsi apapun, sehingga konsep ini juga merupakan pengukuran yang bersifat saat ini current. Banyak alasan dikemukakan mengapa
kehamilan tidak atau belum diinginkan, salah satunya adalah karena tidak menggunakan alat kontrasepsi terutama untuk perempuan yang sudah menikah
Muzdalifah, 2009. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Usman, 2013 dengan judul
penelitian faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB Pasangan Usia Subur terhadap kehamilan ditemukan nilai p value 0,001 yang menyimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
unmet need KB berhubungan dengan kehamilan. Penelitian tersebut menyatakan kejadian unmet need KB dengan variabel umur, pendapatan, kegagalan kontrasepsi
sebelumnya dan jumlah anak secara bersama – sama berpengaruh terhadap unmet need KB yang dapat menyebabkan kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
kejadian unmet need KB sebagai faktor independen tidak dapat berdiri sendiri dalam mempengaruhi terjadinya kehamilan, sehingga ibu yang unmet need KB bisa saja
mendapatkan kehamilan walauun tidak atau belum diinginkan. Oleh karena itu, perlu adanya KIE Komunikasi, informasi dan Edukasi oleh petugas kesehatan kepada
semua PUS untuk mencegah terjadinya kehamilan.
2.6. Kerangka Teori