2. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut efek samping yang
diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi. 3.
Kesenjangan informasi KIE komunikasi, informasi dan edukasi 4.
Oposisi dari suami, keluarga dan masyarakat. 5.
Kurang peduli less aware terhadap faktor risiko kehamilan.
2.4.1. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Unmet Need KB dan
Kehamilan
Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian Bohrani 1998 di kota shiraz, Persia menemukan
bahwa jumlah anak yang diinginkan, umur suami dan istri, umur pernikahan, jumlah kehamilan dan jumlah anak pernah melahirkan hidup pada wanita yang mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan lebih tinggi pada wanita yang mengalami kehamilan yang diinginkan. Selain itu angka kehamilan tidak diinginkan tinggi pada wanita yang
berpendidikan rendah Musdalifah, 2008. Pelayanan bagi kehamilan tidak diinginkan yang dilakukan oleh Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia PKBI Pemalang selama bulan Agustus 2007 sampai Mei 2008 menunjukkan adanya klien kehamilan tidak diinginkan yang berjumlah
145 orang. Dari jumlah tersebut 84 merupakan kehamilan yang tidak diinginkan dan kegagalan kontrasepsi pasangan menikah Musdalifah, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhsi kehamilan yang tidak diinginkan :
a. Umur
Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil, baik untuk kepentingan ibu dan janin dalam kandungan Muzdalifah, 2008:
1 Umur 20 tahun dianggap masih berbahaya untuk kehamilan sebab secara fisik
tubuh ibu belum matang dan belum siap untuk menerima kehamilan. Alat kontrasepsi sangat lah dibutuhkan pada umur ini
2 Umur 20-30 tahun adalah dianggap kelompok umur yang paling baik untuk
kehamilan karena secara fisik sudah cukup kuat dan secara mental sudah cukup dewasa. Pada saat umur tersebut ibu sangat membutuhkan alat kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Bila pada umur ini ibu tidak meggunakan KB maka kemungkinan untuk terjadinya kehamilan tidak
diinginkan akan meningkat pada umur ini. 3
Umur 35 tahun dianggap sudah mulai berbahaya sebab secara fisik alat fungsi reproduksi sudah menurun, ditambah lagi jumlah kelahiran sebelumnya sudah
lebih dari tiga. Pada umur ini ibu sebaiknya meggunakan KB untuk menghentikan kehamilan. Karena bila ibu terus hamil pada umur tersebut akan
sangat berbahaya baik bagi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Karena secara fisik ibu sudah tidak kuat untuk hamil hal itu dikarenakan fungsi
reproduksi ibu dudah menurun.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas, maka Depkes RI 2000 membagi kelompok umur ibu dalam tiga kelompok yaitu 20 tahun, pada masa ini ibu diharapakan menunda
kehamilan karena pada masa tersebut ibu masih terlalu muda untuk hamil, kemudian pada umur 20-35 tahun, pada masa ini ibu harus mengatur kesuburan menjarangkan
kehamilan sedangkan pada umur 35 tahun adalah kehamilan sudah mulai berbahaya, dan ibu diharapkan untuk menghentikan kehamilan.
Hasil penelitian Yayasan Kesehatan Perempuan YKP tahun 2002 menunjukkan bahwa 58 kehamilan tidak diinginkan terjadi pada kelompok umur
diatas 30 tahun. Sedangkan hasil studi retrospektif pemulihan haid yang dilakukan PKBI di klinik di sembilan kota Indonesia tahun 2000-2003 menyebutkan bahwa
kejadian kehamilan tidak diinginkan pada kelompok umur 21-31 tahun dan diatas 30 tahun didistribusikan relative seimbang Muzdalifah, 2008.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang diberikan kepada orang lain guna mengubah sikap atau perilaku seseorang yang berlangsung seumur hidup kearah yang
diinginkan. Pendidikan pada perempuan tidak hanya akan mengakibatkan kemampuannya untuk menjaga kesehatan diri sendiri, tetapi juga untuk kesehatan
seluruh keluarganya. Peningkatan pengetahuan masalah reproduksi akan membuat ibu lebih percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi Muzdalifah,
2008. Suatu anggapan yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan semakin
mudah menerima perubahan yang terjadi disekelilingnya. Hal ini disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
semakin tinggi pendidikan diharapakan pergaulan ibu juga semakin luas. Keadaan ini sudah tentu akan membawa pengaruh pada tingkat pengetahuan mereka karena
seseorang yang mempunyai pergaulan lebih luas akan lebih terbuka untuk memperoleh informasi baru. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat berasal dari
pendidikan formal ataupun pendidikan non-formal. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin banyak peluang orang itu untuk mendapat ilmu pengetahuan.
Demikian halnya kehamilan tidak diinginkan yang terjadi pada kelompok ibu hamil yang tidak berpendidikan mungkin juga berkaitan dengan ketidaktahuan wanita
tersebut dalam mengatasi masalah, seperti halnya dalam mencegah agar tidak terjadi kehamilan tidak diinginkan. Bagi wanita yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih
memahami tentang mencegah kehamilan dengan cara memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang telah disediakan diantaranya mengikuti program keluarga
berencana. Hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan pada wanita berpendidikan rendah cenderung memiliki ekonomi yang lemah, sehingga anak merupakan salah
satu masalah yang berhubungan dengan ekonomi. Hal ini sesuai dengan penelitian di Iran yang menyatakan bahwa kejadian kehamilan yang tidak diinginkan lebih
banyak terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah sehingka antara pendidikan dan kejadian kehamilan tidak diinginkan berbanding terbalik Muzdalifah, 2008.
c. Jumlah Anak
Menurut penelitian Usman, 2013 menyatakan bahwa jumlah anak memiliki hubungan yang sigifikan terhadap kejadian unmet need dengan nilai p = 0,031.
Dimana jumlah anak merupakan salah satu alasan wanita untuk tidak menginginkan
Universitas Sumatera Utara
kehamilan. Terutama untuk wanita yang telah memiliki anak lebih dari 3 yang sering disebut dengan multigravida. Banyak faktor yang menyebabkan ibu yang telah
memiliki anak banyak tidak menginginkan kehamilan lagi, yaitu : dari segi ekonomi keluarga yang tidak mencukupi dan dari segi kesehatan yang tidak baik untuk
kesehatan ibu. Terutama ibu yang memiliki umur lebih dari 35 tahun. Pada dasarnya keinginan seseorang untuk mempunyai anak lagi atau tidak
dilatarbelakangi oleh jumlah anak yang telah mereka punyai. Namun dirasa belum memenuhi keinginan untuk memperoleh jenis kelamin tertentu maka seorang wanita
harus terus bereproduksi meskipun tidak meninginkannya. Beberapa daerah tertentu di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk memperoleh anak dalam jenis kelamin
tertentu karena dianggap jenis kelamin tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi disbanding jenis kelamin lainnya, sesuai dengan adat istiadat dan latar belakang suatu
daerah tertentu ditanamkan keyakinan bahwa meiliki anak laki-laki lebih baik dari pada anak perempuan, oleh kerena itu mereka akan terus bereproduksi hingga
memperoleh anak laki-laki dalam keluarganya tanpa mempertimbangkan jumlah anak yang sudah ada Muzdalifah, 2008.
Hal ini didukung oleh penelitian di Iran mengenai kebudayaan masayarakat Iran yang menunjukkan kenginginan memiliki anak dalam jenis kelamin tertentu
berhubungan dengan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan dan diperkirakan sebagai penyebab tingginya angka jumlah kelahiran Muzdalifah, 2008.
Universitas Sumatera Utara
d. Pekerjaan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Isa, 2009 yang diterbitakan oleh litbang BKKBN 2004, ditemukan hubungan yang signifikan antara unmet need KB dan
status bekerja wanita dan PUS. Di daerah perkotaan wanita yang bekerja memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kejadian unmet need KB. Hal ini
terjadi karena wanita yang bekerja akan lebih memiliki kepentingan untuk membatasi dan mengatur kehamilan atau kelahiran yang diinginkan karena hal ini mempengaruhi
karir dan pekerjaan mereka, sehingga menyebabkan mereka memberi perhatian lebih terhadap pemakaian alat kontrasepsi dan cara KB tertentu yang selanjutnya dapat
memperkecil kemungkinan kejadian unmet need KB. e.
Pendapatan Peningkatan kualitas layanan merupakan salah satu cara yang efektif untuk
menurunkan prevalensi unmet need KB. Dalam memenuhi kebutuhannya, PUS sering mengalami hambatan dalam pemanfaatan layanan KB sehingga akses mereka
terbatas, bahkan tertutup sama sekali. Hal ini mengakibatkan mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi, pada sebenarnya mereka membutuhkan Usman,
2013. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Stephenson 2004 yang dikutip oleh
Usman menyatakan bahwa secara umum terdapat lima faktor yang memegang peranan penting yaitu faktor administrasi, faktor kognitif, faktor ekonomi, faktor
psikososial dan faktor karakteristik. Pendapatan suami banyak mempengaruhi pola kegiatann dan pola pikir termasuk kesempatan untuk memanfaatkan potensi dan
Universitas Sumatera Utara
fasilitas yang tersedia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan yang cukup membuat seseorang mampu untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Kemampuan
ekonomi sangat mempengaruhi akses seseorang dalam memanfaatkan layanan kesehatan. Mereka yang berasal dari rumah tangga dengan pendapatan tinggi dan
menengah, memiliki skor lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan mereka yang kurang. Terdapat sekitar 2,7 wanita menyatakan tidak menggunakan alat
kontrasepsi karena biaya layanan tidak terjangkau oleh pendapatan PUS tersebut Usman, 2013.
f. Pengetahuan tentang alatcara KB
Berdasarkan hasil penelitian dari BKKBN 2007 menyatakan bahwa penyebab dari kehamilan salah satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang
kontrasepsi. Akibat kurangnya pengetahuan tersebut maka wanita tidak mengetahui cara memakai, apa keuntungan dan kelemahan dari kontrasepsi yang digunakan.
Akibatnya kemungkinan untuk gagal dalam pemakaian sangat tinggi. Selain itu dengan pegetahuan yang kurang tersebut mereka juga tidak mengetahui jenis
kontrasepsi apa yang cocok untuk mereka. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 21 negara di dunia ditemukan bahwa,
remaja dan wanita yang belum menikah memiliki akses yang terbatas terhadap kontrasepsi dan tidak diperkenankan menggunakan pelayanan kesehatan reproduksi
termasuk pelayanan KB Muzdalifah, 2008. Dalam WHO 2000 juga terdapat beberapa alasan mengapa wanita untuk
tidak menginginkan kehamilan antara lain karena perkosaan, kurangnya pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
yang memadai tentang kontrasepsi, terlalu banyak anak, alasan kesehatan, janin cacat, usia muda atau belum siap menikah, pasangan tidak bertanggungjawab atau
hubungan dengan pasangan belum mantap, kendala ekonomi dan lainnya WHO, 2000.
Dalam penyebarluasan program KB, diperlukan adanya komunikasi, informasi dan edukasi dari pemerintah. Ibu yang sudah tahu KB belum tentu akan
menggunakannya karena takut akan efek samping dari alatcara KB itu sendiri, sementara mereka tidak mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai hal tersebut.
Angka kejadian unmet need KB yang terdapat pada SDKI 2002-2003 sebesar 8,6. Mereka mengalami unmet need KB dikarenakan berbagai alasan, antara lain tidak
terjangkaunya pelayanan, ketidaktahuan tentang jenis kontrasepsi dengan yang diinginkan sehingga mengakibatkan kegagalan atau drop out yang selanjutnya akan
menjadi unmet need KB.
2.5. Landasan Teori