Offentheit terbuka Cerita Pendek atau Kurzgeschichte
Karya sastra terdiri dari berbagai macam tanda kebudayaan. Dalam menginterpretasikan tanda, seorang pembaca dituntut untuk mampu
menganalisis sampai pada tingkatan pemaknaan lapis kedua. Tanda merupakan lapis kedua dari sesuatu yang ingin diungkapkan, maka huruf atau
kata yang ada sebenarnya tidak memiliki makna pada dirinya sendiri, melainkan suatu penyampai makna kepada pembaca. Untuk dapat mencapai
makna dalam sebuah karya sastra, kita harus dapat mencapai pada lapisan kedua tersebut.
Barthes via Kurniawan, 2001: 56 tanda akan memuat empat substansi yaitu : 1 Substansi ekspresi, misalnya suara dan artikulasi, 2 bentuk ekspresi
yang dibuat dari aturan aturan sintagmatik dan paradigmatik, 3 substansi isi, misalnya aspek aspek emosional, sosiologis, atau pengucapan sederhan dari
petanda, yakni makna positifnya, 4 bentuk isi, ini adalah susunan susunan formal petanda diantara petanda-petanda itu sendiri melalui hadir tidaknya
tanda semantik. Penelitian ini menggunakan teori semiotik Roland Barthes, karena diantara
ahli semiotik setelah Saussure dan Pierce, Roland Barthes lah yang pertama dan mendedikasikan hidupnya dalam semiotik, seperti yang diungkapkan
Noth dalam Handbook of Semiotik 1990: 310, “... Barthes structuralist and one of the earliest propagators of saussure’s semiological program”. Bukti
bahwa Barthes merupakan ahli semiotik yang mengembangkan teori de saussure adalah berbagai buku dan essai karyanya yaitu, Writing degree zero
1953, Mythologies 1957, The Death of The Autor 1960, Elements of
Semiologi 1967, dan SZ 1974. SZ merupakan salah satu Karya Barthes yang juga dianalisis menggunakan analisa lima kode semiotik. Hal tersebut
menguatkan peneliti untuk menganalisis Laternen menggunakan lima kode semiotik Roland Barthes.