mengartikan kompetensi interpersonal sebagai jumlah keseluruhan kompetensi seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain secara efektif dalam Amelia,
2008. Dari pengertian di atas, Lukman 2000 mengemukakan bahwa kompetensi interpersonal merupakan kecakapan yang mendukung hubungan antar individu
dengan individu lainnya. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kompetensi interpersonal adalah
kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk dapat berinteraksi maupun membina hubungan yang hangat dan nyaman melalui komunikasi yang efektif dan
efisien dengan individu lainnya.
2. Aspek Kompetensi Interpersonal
Buhrmester dkk dalam Nashori, 2008 mengemukakan lima aspek kompetensi interpersonal yaitu:
a Kemampuan berinisiatif Menurut Buhrmester dkk dalam Nashori, 2008 inisiatif adalah usaha
untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiatif merupakan usaha
pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar dan tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokkan sesuatu atau
informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berinisiatif
adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memulai suatu interaksi dan
membina hubungan dengan maksud untuk memperluas pengalaman tentang dunia luar.
b Kemampuan untuk bersikap terbuka self-disclosure Menurut Buhrmester dalam Dayakisni Hudaniah, 2003 pengungkapan
bagian dalam diri innerself antara lain berupa pengungkapan ide-ide, pendapat, minat, pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaannya kepada
orang lain. Dengan hanya menyimpan ide-ide yang kita miliki maka akan membuat suatu hubungan menjadi tidak berkembang. Pada saat pengungkapan
diri individu untuk sementara waktu merendahkan pertahanannya defens dan memberikan gambaran tentang diri yang sebenarnya. Self-disclosure dapat
mengubah suatu perkenalan yang tidak mendalam menjadi suatu hubungan yang lebih serius dan diperolehnya teman baru, utamanya pengungkapan diri
yang sifatnya hal-hal pribadievaluative. Kemampuan membuka diri sangat berguna agar perkenalan yang sudah
berlangsung dapat berkembang ke hubungan yang lebih pribadi dan mendalam. Oleh Kartono dan Gulo dalam Nashori, 2008 diungkapkan
bahwa self-disclosure adalah suatu proses yang dilakukan seseorang hingga dirinya dikenal oleh orang lain. Orang melakukan kegiatan membagi perasaan
dan informasi yang akrab dengan orang lain Sears dkk, 1994. Dalam pengungkapan diri, menurut Wrighstman dan Deaux dalam Nashori, 2008
yaitu seseorang mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain, sebagai suatu bentuk
penghargaan yang akan memperluas kesempatan terjadinya sharing. Dengan
adanya self-disclosure ini terkadang seseorang menurunkan pertahanan dirinya dan membiarkan orang lain mengetahui dirinya secara lebih mendalam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self-disclosure adalah kemampuan untuk membuka diri, menyampaikan ide-ide, perasaan-
perasaannya dan informasi yang bersifat pribadi untuk dapat lebih memahami satu sama lainnya.
c Kemampuan untuk bersikap asertif Menurut Buhrmester dalam Dayakisni Hudaniah, 2003 kemampuan
untuk mempertahankan diri dari tuduhan yang tidak benar atau tidak adil, kemampuan untuk mengatakan tidak terhadap permintaan-permintaan yang
tidak masuk akal dan kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan saat diperlukan.
Menurut Perlman dan Cozby dalam Nashori, 2008 asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan
secara jelas dan dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas. Diungkapkan oleh Calhoun dan Acocella dalam Nashori, 2008 bahwa
kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk meminta orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan atau menolak untuk melakukan hal
yang tidak diinginkan. Kemampuan bersikap asertif ini dapat mempermudah individu dalam melakukan komunikasi interpersonal yang efektif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk bersikap asertif adalah kemampuan bersikap tegas dengan maksud untuk
mempertahankan hak-haknya, menolak permintaan-permintaan yang tidak
diinginkan tanpa melukai perasaan orang lain dan meminta bantuan saat diperlukan.
d Kemampuan memberikan dukungan emosional Menurut Buhrmester, ekspresi perasaan yang memperlihatkan adanya
perhatian, simpati dan penghargaan terhadap orang lain. Dukungan emosional juga mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberikan perasaan
nyaman kepada orang lain yang sedang dalam kondisi tertekan dan bermasalah. Kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk
memberikan afeksi dan empati dalam Dayakisni Hudaniah, 2003. Kemampuan memberi dukungan emosional sangat berguna untuk
mengoptimalkan komunikasi interpersonal antar dua pribadi. Menurut Barker dan Lamle dalam Nashori, 2008 dukungan emosional mencakup kemampuan
untuk menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan bermasalah. Menurut Kartono dan Gulo
dalam Nashori, 2008 empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Perasaan ini akan diterima oleh orang lain sebagai sikap yang
hangat, dan ini akan menjadi dasar yang penting bagi tumbuhnya sikap menolong. Orang yang memiliki kemampuan untuk berempati tinggi akan
memiliki keinginan untuk menolong yang tinggi pula. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memberikan
dukungan emosional adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan kepada orang lain melalui perhatian, simpati, empati dan penghargaan untuk
memberikan rasa nyaman ketika dalam kondisi tertekan dan mendapat masalah.
e Kemampuan mengatasi konflik Cara atau strategi untuk menyelesaikan adanya pertentangan dengan orang
lain yang mungkin terjadi saat melakukan hubungan interpersonal. Walaupun konflik dapat merusak hubungan sosial tetapi ada cara-cara yang dapat
digunakan untuk mengendalikan hal-hal tersebut. Konflik dapat disalurkan dan dibangun secara konstruktif sehingga meningkatkan kualitas hubungan
antarpribadi. Teknik-teknik pengendalian dan kemampuan verbal individu dapat
digunakan sebagai
media untuk
menangani konflik
dan mengarahkannya menuju akhir yang konstruktif dalam Dayakisni
Hudaniah, 2003. Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik atau
perbedaan kepentingan. Oleh Johnson dalam Nashori, 2008 dikatakan bahwa konflik merupakan situasi yang ditandai oleh adanya tindakan salah satu pihak
yang menghalangi, menghambat, dan mengganggu tindakan pihak lain. Menurut Baron dan Byrne dalam situasi konflik terjadi empat kemungkinan
yaitu memutuskan mengakhiri hubungan, mengharapkan keadaan membaik dengan sendirinya, menunggu masalah lebih memburuk, dan berusaha
menyelesaikan permasalahan dalam Nashori, 2008. Apabila melakukan hal yang terakhir ini, maka seseorang memiliki kemampuan mengatasi konflik.
Termasuk kemampuan mengatasi konflik adalah menyambut atau merespons secara positif isyarat penyelesaian konflik yang disampaikan orang lain.
Sebaliknya, bila orang memilih mengakhiri hubungan, secara pasif mengharapkan kebaikan terjadi dengan sendirinya, dan menungggu konflik
lebih memburuk maka hal itu menunjukkan kemampuan mengelola dan menyelesaikan konflik tidak dimiliki orang yang bersangkutan.
Kemampuan mengatasi konflik itu diperlukan agar tidak merugikan suatu hubungan yang telah terjalin karena akan memberikan dampak yang negatif.
Kemampuan mengatasi konflik ini meliputi sikap-sikap untuk menyusun suatu penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atas suatu
masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam mengatasi
konflik adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dengan orang lain agar tidak memberikan dampak negatif terhadap
hubungan telah terjalin dan dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi dengan orang lain.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Interpersonal