meningkatkan keberhargaan diri, meningkatkan rasa nyaman dan meminimalisir rasa sakit.
B. PERKEMBANGAN REMAJA DI PANTI ASUHAN
Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada anak terlantar serta melaksanakan pelayanan pengganti, atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh
sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari
generasi penerus cita-cita bangsa, sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional Pusat Penelitian Kependudukan, LPPM
UNS dengan UNICEF, 2009.
Knudsen 2001 mengatakan bahwa panti asuhan yaitu lembaga sosial yang menampung anak-anak yang tidak memiliki orang tua, terpisah dari
orangtuanya karena bencana alam atau kerusuhan, kemiskinan, atau kekerasan dalam rumah tangga. Panti asuhan memegang peranan penting bagi kesejahteraan
sosial anak-anak yang tidak mempunyai keluarga lagi untuk mengasuh mereka. Penelitian Knudsen 2001 mengatakan bahwa ada peningkatan jumlah panti
asuhan sejak tahun 1999 dan bertambah banyaknya anak yang dikirim ke panti
asuhan.
Hasil penelitian Bowlby dalam Hartini, 2000 menyatakan bahwa perkembangan anak yang sehat secara fisik, psikologis dan sosial membutuhkan
suatu hubungan yang harmonis antara tiga unsur pokok yaitu: hubungan antara ibu dan anak, hubungan antara anak dan keluarga, hubungan antara anak dan
lingkungan sosialnya. Selain itu, Margareth dalam Hartini, 2000 dalam laporan hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa perawatan anak di yayasan sangat
tidak baik, karena anak dipandang sebagai makhluk biologis bukan sebagai makhluk psikologis dan makhluk sosial. Padahal selain pemenuhan kebutuhan
fisiologis, anak membutuhkan, kasih sayang bagi perkembangan psikis yang sehat
seperti halnya vitamin dan protein bagi perkembangan biologisnya.
Hasil penelitian Hartini 2000 menunjukkan gambaran psikologis anak yang tinggal di panti asuhan seperti, misal: terbentuknya kepribadian anak yang
inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan sehingga anak akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
Disamping itu mereka menunjukkan perilaku negatif, takut melakukan kontak dengan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukkan rasa bermusuhan dan lebih
egosentrisme. Hal ini dikarenakan ketidakseimbangan antara jumlah pengasuh dan anak asuh yang terlalu besar, maka hubungan individu hubungan individu secara
pribadi dan hangat kurang memungkinkan untuk dijalin. Mengingat usia mereka yang relatif lebih mudah sehingga perubahan ke arah positif dari aspek
kepribadiannya masih dimungkinkan.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terlantar semakin meningkat, sementara hanya sebagaian kecil dari mereka kira-
kira 15 yang mampu ditampung di panti asuhan, baik swasta maupun pemerintah. Realitas juga menunjukkan bahwa mereka yang beruntung diasuh di
panti asuhan saja menunjukkan perkembangan kepribadian dan penyesuaian sosial yang kurang memuaskan, dapat dibayangkan keadaan yang lebih
memprihatinkan lagi pada anak-anak terlantar yang belum terjangkau penanganan dari pihak yang berwenang. Sementara masyarakat sering memberi cap negatif
pada anak-anak panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, kenapa atau bagaimana hal- hal negatif pada anak-anak itu bisa terjadi. Oleh karenanya, dengan mendasarkan
diri pada persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli bahwa dalam kehidupan di panti asuhan, anak-anak tidak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
perkembangan psikologisnya Referensi kesehatan, 2008. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
remaja di panti asuhan tidak begitu baik karena anak-anak di panti asuhan yang diperhatikan hanya kebutuhan biologis dan mengabaikan kebutuhan psikologisnya
dan juga anak-anak tidak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi perkembangan
psikologisnya.
C. KELUARGA DAN PERKEMBANGAN REMAJA