Sebaliknya, bila orang memilih mengakhiri hubungan, secara pasif mengharapkan kebaikan terjadi dengan sendirinya, dan menungggu konflik
lebih memburuk maka hal itu menunjukkan kemampuan mengelola dan menyelesaikan konflik tidak dimiliki orang yang bersangkutan.
Kemampuan mengatasi konflik itu diperlukan agar tidak merugikan suatu hubungan yang telah terjalin karena akan memberikan dampak yang negatif.
Kemampuan mengatasi konflik ini meliputi sikap-sikap untuk menyusun suatu penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atas suatu
masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam mengatasi
konflik adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dengan orang lain agar tidak memberikan dampak negatif terhadap
hubungan telah terjalin dan dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi dengan orang lain.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Interpersonal
Berbagai pandangan dan penelitian menunjukkan bahwa kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat eksternal dan internal.
Yang tergolong faktor-faktor eksternal Nashori, 2008 yaitu: a Kontak dengan orangtua
Menurut Hetherington dan Parke dalam Nashori, 2008 kontak anak dengan orangtua banyak berpengaruh terhadap kompetensi interpersonal anak.
Adanya kontak di antara mereka menjadikan anak belajar dari lingkungan
sosialnya dan pengalaman bersosialisasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku sosialnya.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Salmah 2007 menyatakan bahwa kompetensi interpersonal pada remaja dapat dipengaruhi oleh pola asuh
orangtua, dalam hal ini yaitu pola asuh yang mengarah pada gaya demokratis. Pola asuh pada penelitian tersebut mencakup keseluruhan sikap orangtua
dalam berinteraksi dengan anak, meliputi: cara pemberian aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritas dan perhatian
serta tanggapan yang dilakukan untuk membentuk perilaku anak demi mencapai perkembangan yang maksimal. Pola hubungan antara anak dan
orangtua mampu mempengaruhi bagian-bagian paling penting dari kompetensi interpersonal yang mulai terbentuk dalam awal hubungan yang pertama kali di
dalam lingkungan keluarga. Kompetensi dan perilaku yang kelak akan diterapkan remaja dalam hubungan pertemanan hingga kemudian berinteraksi
dengan orang lain dalam lingkungan yang lebih luas merupakan apa yang telah mereka bentuk melalui hubungan awal mereka dengan orangtua. Di
dalam keluarga terjadi pembentukan pola penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan sosial yang lebih luas.
b Interaksi dengan teman sebaya Sebagaimana diungkapkan oleh Kramer dan Gottman dalam Nashori,
2008 individu yang memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan
perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan lebih mudah membina
hubungan interpersonal. Lebih khusus, Nurrahmati dalam Nashori, 2008 menemukan bahwa ada hubungan antara gaya kelekatan aman dengan teman
sebaya dan kompetensi interpersonal. Remaja yang memiliki gaya kelekatan aman, yang ditandai oleh adanya model mental yang positif, meyakini
tersedianya respons yang positif dari lingkungannya. Dari sana berkembanglah kompetensi interpersonal.
c Aktivitas dan partisipasi sosial Partisipasi sosial juga memiliki pengaruh terhadap kompetensi
interpersonal. Menurut Hurlock 2000 semakin besar partisipasi sosial semakin besar kompetensi interpersonalnya. Selain itu, diketahui perlakuan
khusus dapat meningkatkan kompetensi interpersonal, seperti pelatihan asertivitas, pelatihan inisiatif sosial, dan seterusnya.
Pandangan Hurlock di atas diperkuat oleh hasil penelitian Danardono dalam Nashori, 2008. Danardono menunjukkan bahwa mahasiswa yang aktif
dalam kegiatan kepecintaanalaman memiliki perbedaan yang signifikan dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam kepecintaanalam, khususnya dalam
hal kompetensi interpersonal. Mahasiswa pecinta alam lebih tinggi kompetensi interpersonalnya dibanding mahasiswa bukan pecinta alam.
Kompetensi interpersonal juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat internal, disamping faktor-faktor yang bersifat eksternal sebagaimana telah
dijelaskan dalam Nashori, 2008 yaitu:
a Jenis kelamin Diungkapkan oleh Nashori 2008 bahwa anak-anak dan remaja laki-laki
terbukti memiliki tingkat gerakan-gerakan yang aktif lebih tinggi dibanding anak-anak perempuan. Pada gilirannya nanti gerakan-gerakan yang aktif itu
menjadi modal untuk berinisiatif melakukan hubungan sosial-interpersonal, bersikap asertif dan aktif menyelesaikan masalah atau konflik yang dihadapi.
b Kematangan Selain itu kematangan juga mempengaruhi kompetensi interpersonal.
Dibutuhkan kematangan tertentu, sekurang-kurangnya pada usia remaja, agar seseorang memiliki kompetensi interpersonal secara baik. Nashori 2000
menemukan bahwa kematangan beragama berkorelasi positif dengan kompetensi interpersonal. Orang yang matang dalam beragama memiliki
kesabaran terhadap perilaku orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya.
c Tipe kepribadian Kepribadian juga diduga berpengaruh, karena sebagaimana diungkapkan
oleh Adler, ada individu yang berorientasi ke dalam intrinsik dan ada pula yang berorientasi ke luar ekstrinsik. Individu yang berorientasi ke luar
banyak berusaha untuk berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu wujud kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri dapat diartikan sebagai
pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Nashori 2000 menemukan bahwa konsep diri berkorelasi dengan kompetensi
interpersonal. Orang yang konsep dirinya positif merasa dirinya setara dengan orang lain dan peka terhadap kebutuhan orang lain dalam Nashori, 2008.
4. Manfaat Kompetensi Interpersonal