HUBUNGAN ANTARA KONDISI KELUARGA KONDISI SOSIAL DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KARYA MATARAM KECAMATAN MERBAU MATARAM LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana bagi manusia yang mampu mempengaruhi pertumbuhan dan kemampuan setiap orang. Pendidikan berlangsung tidak dalam batas usia tertentu, tetapi berlangsung sepanjang masa hidup sejak lahir hingga akhir hayat. Pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan mampu membangun bangsanya sendiri.
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak. Lingkungan dapat berupa hal-hal yang nyata, seperti tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial ekonomi, binatang, kebudayaan, kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia termasuk di dalamnya pendidikan.
Sekolah memiliki peran penting dalam membentuk kedisiplinan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Guru merupakan kunci yang tidak bisa diabaikan dalam menumbuhkan motivasi belajar dan meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah. Kedisiplinan siswa dalam mengkuti pelajaran akan membawa suasana belajar di kelas menjadi kondusif. Hal ini dapat mendorong siswa mengikuti
(2)
pelajaran dengan baik, tenang dan nyaman serta memudahkan siswa dalam menyerap mata pelajaran.
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilakuyang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.Kondisi keluarga yang baik yaitu, tidak serba kekurangan, selalu berinteraksi dengan keluarga atau anak-anak, memberikan kasih sayang, juga mampu membina anak untuk tidak melanggar norma/aturan-aturan yang ada, baik agama, masyarakat dan keluarga. Untuk itu orang tua harus mampu menjadi contoh tauladan utama bagi anak-anaknya untuk mematuhi peraturan yang telah ada.
Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi terhadap siswa di SMA Karya Mataram terdapat kondisi keluarga yang terjadi pada sebagian siswa di SMA Karya Mataram tidak seperti apa yang telah di gambarkan di atas, seperti: kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anak. Hal ini disebabkan, para orang tua tersebut memiliki kesibukan seperti: bertani, berladang, bahkan ada yang menjadi TKI ke luar Negeri serta beberapa keluarga yang tidak harmonis. Sehingga anak kurangnya mendapat perhatian, sentuhan kasih sayang orang tua, serta orang tua kurang memiliki kemampuan untuk memotivasi anak untuk belajar.
Siswa yang orang tuanya memperhatikan perkembangan anaknya dapat memotivasi anaknya untuk giat belajar serta dapat mendorong peningkatan kedisiplinan siswa pada saat berada di sekolah. Hal tersebut dapat terlihat dari
(3)
hubungan kondisi keluarga dan kondisi sosial tersebut dengan motivasi belajar dengan peningkatan kepatuhan siswa terhadap peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah. Kondisi sosial yang baik ditandai dengan adanya interaksi sesama masyarakat yang berada disekitar lingkungan, berpendidikan, terhindar dari hal-hal yang tidak baik seperti: minum-minuman, konflik antar tetangga. Tetapi pada kenyataannya kondisi sosial yang ada di lingkungan SMA Karya Mataram tidak seperti yang digambarkan di atas. Karena masih sering ditemui, perselisihan antar masyarakat, warga sekitar juga sering melakukan tindakan kriminal, sehingga siswa yang ada disekitar lingkungan tersebut terpengaruh oleh kondisi sosial yang tidak baik. Tetapi, semua itu tidak terlepas dari kepribadian siswa itu sendiri, karena masih banyak siswa yang kondisi keluarganya baik serta selalu memberikan motivasi dan dorongan pada siswa tersebut untuk tidak mematuhi tata tertib di sekolah, ternyata tidak sepenuhnya membuat siswa tersebut dapat mengikuti proses belajar dengan tertib di dalam kelas.
Selain keluarga dan lingkungan sosial, sekolah adalah lingkungan ketiga yang berperan lebih memberi pengaruh pada motivasi, prestasi belajar, prestasi kerja, yang mampu menambah semangat dalam pencapaian prestasi belajar tersebut. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan penanaman nilai moral, mental, disiplin, serta ilmu pengetahuan.
Lingkungan sekolah merupakan wadah ilmu atau sarana dan prasarana bagi siswa untuk menimbang ilmu serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan
(4)
dan membantu siswa mengembangkan potensinya. Lingkungan sekolah juga menggambarkan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Keberhasilan siswa pun dapat mencapai hasil belajar yang baik serta siswa dapat termotivasi dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Kenyataan ini juga terjadi di SMA Karya Mataram, lingkungan sekolah yang kurang kondusif, fasilitas sekolah yang kurang memadai, serta kondisi guru yang kurangnya memotivasi siswa untuk belajar.
Hubungan antara kondisi keluarga, sosial, dan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa tidak dapat dipisahkan. Kondisi keluarga yang baik, rukun, dan kondisi sosial yang baik pun dapat mempengaruhi siswa untuk dapat termotivasi untuk belajar, serta lingkungan sekolah yang mendukung proses belajar yang nyaman, guru dapat memberi motivasi yang baik terhadap siswa dalam belajar, guru mengembangkan strategi pembelajaran yang variatif, akan memacu motivasi siswa untuk meningkatkan minat presrtasi belajar siswa. Sebaliknya, apabila kondisi keluarga yang kurang baik, tidak harmonis, orang tua memiliki kesibukan yang lama di luar, serta kondisi sosial masyarakat yang kurang baik, memiliki pola pikir yang rendah, dan lingkungan sekolah yang yang letaknya di pedesaan, sarana dan prasarana yang kurang di sekolah, serta kondisi guru yang kurang memberikan motivasi kepada siswa pun dapat mempengaruhi siswa tidak termotivasi dalam belajar.
Hubungan antara kondisi keluarga, sosial, dan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar berperan penuh dalam pembentukan motivasi belajar siswa, karena keluarga sebagai lingkungan pertama yang berpengaruh terhadap
(5)
pembentukan pola kepribadian anak termasuk motivasi. Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan yang utama di masyarakat, karena dari keluargalah manusia dilahirkan, berkembang dan tumbuh menjadi dewasa.
Namun, keluarga saja tidak cukup, faktor lain adalah lingkungan sosial dan lingkungan sekolah juga menentukan terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, suasana keluarga yang memberi dorongan anak untuk maju, serta lingkungan sekolah yang diharapkan membuat hasil belajar siswa dan termotivasinya siswa untuk belajar akan lebih tinggi. Selain beberapa faktor di atas, ada yang ikut menentukan, yaitu kondisi internal pada diri anak itu sendiri, seperti: kemampuan mental, kecerdasan otak dan sebagainya.
Dengan adanya motivasi belajar yang baik dan di dukung oleh lingkungan keluarga, sosial, dan sekolah yang baik maka, siswa dapat bersungguh-sungguh dalam belajar karena ia mempunyai arah dan tujuan dalam belajar.
Berdasarkan uraian latar belakang maka, akan di tinjau hubungan kondisi keluarga, kondisi lingkungan, dan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar, untuk itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang :
“Hubungan Antara Kondisi Keluarga, Kondisi Sosial, dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”.
(6)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya motivasi belajar.
2. Kondisi sosial anak yang kurang mendukung pembelajaran.
3. Keadaan sekolah yang kurang kondusif.
4. Kondisi keluarga yang tidak harmonis.
C. Pembatan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini memfokuskan pada masalah hubungan antara kondisi keluarga, kondisi sosial, lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada Hubungan Antara Kondisi Keluarga, Kondisi Sosial, dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012?
(7)
E. Tujuan penelitian dan Kegunaan
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Hubungan Antara Kondisi Keluarga dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
2. Untuk mengetahui Hubungan Antara Kondisi Sosial dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
3. Untuk mengetahui Hubungan Antara Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012
4. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Kondisi Keluarga, kondisi Sosial, dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
2. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis, penelitian ini berguna untuk :
a. Memperkaya ilmu pendidikan bagi peneliti khususnya, dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu Pendidikan Kewarganegaraan.
(8)
b. Mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya PKn dalam kaitannya dengan hak dan kewajiban warga Negara mendapatkan pendidikan yang layak.
2. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk :
a. Sumbangan pemikiran bagi guru untuk lebih meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Sebagai informasi mengenai hubungan antara kondisi keluarga, kondisi sosial, dan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Pendidikan PKn yang berfokus pada kesempatan untuk mendapat layanan pendidikan yang layak.
2. Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ini adalah kondisi keluarga, kondisi sosial, dan lingkungan yang dianalisis hubungannya dengan motivasi belajar.
3. Ruang Lingkup Subjek
Subjek dari penelitian ini adalah Siswa SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan
(9)
4. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah penelitian ini adalah SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan
5. Ruang Lingkup Waktu
Waktu penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan FKIP pada 18 Agustus 2011 dengan nomor :5366/UN.26/3/PL/2011. Kemudian dengan membawa surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Cq. Pembantu Dekan I dengan No. 8305/UN.26/3/PL/2011 yang ditunjukkan kepada Kepala SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan, maka peneliti mulai melakukan penelitian di SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan. Setelah itu dikeluarkan surat keterangan telah melakukan penelitian oleh Kepala SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan pada 17 Desember 2011 dengan nomor: 101/014/SMA KM/III/2011.
(10)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis
Untuk menghindari kekeliruan dan lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul propsal ini penulis merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah- istilah yang perlu di jelaskan adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Kondisi Keluarga
Keberadaan keluarga memegang peranan yang signifikan dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai dalam kehidupan anak, tempat anak belajar, dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Disini keluarga mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena pekembangan kepribadian seorang anak di mulai dari dalam keluarga. Oleh karena itu, pengaruh keluarga amat besar bagi perkembangan pribadi anak. Menurut Slamet (1995:60) siswa yang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa beberapa hal mendasar, yaitu:
1. Bagaimana cara orang tua mendidik anak 2. Bagaimana relasi antar keluarga
3. Bagaimana suasana rumah
4. Bagaimana keadaan ekonomi keluarga
5. Bagaimana pengertian orang tua terhadap anak 6. Bagaimana latar belakang kebudayaan
(11)
Sedangkan menurut W.A Gerungan (2000:181) keadaan-keadaaan keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial adalah sebagai berikut:
1. Status sosial ekonomi 2. Keutuhan keluarga
3. Sikap dan kebiasaan keluarga 4. Status anak
Menurut Hasbullah (1999:23) bahwa suatu keluarga mempunyai dasar tanggung jawab, yaitu:
1. Adanya dorongan cinta kasih yang murni antara orang tua dan anak yang diwujudkan dengan sikap dan tindakan yang rela dan bertanggung jawab dalam memberikan pertolongan terhadap anaknya.
2. Pemberian motivasi, kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunan, yang diliputi oleh nilai agama dan spiritual.
3. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab kekeluargaan yang bdibina oleh darah.
4. Memelihara dan membesarkan anaknya.
5. Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak.
Masykur Sukarjo Utomo menyatakan bahwa suatu kondisi yang mampu mendukung daya belajar siswa/anak adalah sebagai berikut:
1. Orang tua juga “belajar”
2. Pemberian tugas prioritas terkait kegiatan sekolah 3. Mendorong aktif berkegiatan sekolah
4. Menciptakan situasi di rumah
5. Orang tua perlu mengetahui pengalaman anak di sekolah 6. Menyediakan sarana belajar yang harus ada
(Nursisto, 2002:97)
Setiap keluarga di dalam mendidik anak-anaknya biasanya mempunyai cara yang berbeda-beda. Ada yang otoriter, demokratis, atau acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota keluarganya.
(12)
Baldwin dalam W.A Gerungan (2000:189)
“menyatakan bahwa: dari cara-cara mendidik anak (otoriter, demokratis, acuh tak acuh) akan menghasilkan sikap anak yang berbeda-beda pula seperti yang dukemukakan oleh Baldwin sebagai berikut: “Semakin otoriter orang tuanya, makin berkurang ketidak-taatan, tetapi makin banyak timbulnya ciri-ciri pasivitas (sikap menunggu), kurangnya inisiatif, tak adapat merencanakan sesuatu, daya tahan berkurang, dan ciri-ciri takut-takut sebaliknya sikap-sikap demokratis dari orang tua menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, tidak takut-takut, lebih giat, dan lebih bertujuan, tetapi juga memberi kemungkinan berkembangnya sifat-sifat tidak taat dan tidak mau menyesuaikan diri”.
Baldwin dalam W.A Gerungan (2000:189)
“mengatakan juga bahan sikap-sikap otoriter orang tua adalah member banyak larangan kepada anak-anak dan yang harus mereka laksanakan tanpa bersoal jawab, tanpa ada pengertian pada anak, didikan yang demokratis dirumuskannya sebagai didikan dimana orang tua sering berembuk mengenai tindakan-tindakan yang harus di ambil menerangkan alasan-alasan dari peraturan-peraturan, menjawab pertanyaan-pertanyaan anak, dan bersikap toleran”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya secara demokratis akan lebih baik dari pada didikan yang diberikan secara otoriter. Hubungan orang tua dan anak yang terlalu kaku dan diktator akan menyebabkan anak tersebut menjadi tertekan dan selalu ingin berontak. Karena mereka merasa tidak mendapat kebebasan untuk mengungkapkansegala kesulitan dan keinginannya, sehingga ia akan melampiaskan kepada suatu tindakan yang cenderung menyimpan dari norma-norma yang berlaku.
Masykur Sukarjo Utomo dalam Nursisto (2002:97), Kesalahan dalam memotivasi dan mendidik anak dalam keluarga akan mengakibatkan terjadinya perilaku menyimpang pada diri anak. Adapun
(13)
kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan pada orang tua dalam mendidik anak sebagai berikut:
1. Menuruti semua kemauan anak 2. Mematahkan semua kemauan anak
3. Membicarakan tabiat anak di hadapan orang lain 4. Mengatakan bahwa anak jahat
5. Menghina anak 6. Menakut-nakuti anak 7. Bertengkar dengan anak
8. Memberi uang untuk berfoya-foya 9. Berbicara terlalu banyak (cerewet) 10. Terlalu banyak larangan
11. Suara terlalu lantang
12. Menghukum anak dengan pekerjaan, belajar, atau tidur 13. Tidak melatih anak bekerja
Seorang anak yang menjalani pendidikan di lingkungan keluarganya, umumnya mengalami beberapa hambatan, diantaranya adalah:
1. Anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua, 2. Pigur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada
anak,
3. Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa menunjang belajar,
4. Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak,
5. Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan orang tua yang terlalu tinggi,
6. Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, 7. Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas
kepada anak. (Ihsan, 1996 : 60)
Selain orang tua dalam mendidik anaknya, hubungan antara anggota keluarga juga sangat mempengaruhi terhadap perkembangan anak, baik relasi orang tua dengan anaknya, relasi anak dengan saudaranya atau dengan cara anggota keluarga yang lain. Relasi antar anggota keluarga erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Menurut Kartini Kartono
(14)
yang paling memberikan pengaruh perilaku menyimpang pada anak-anak remaja adalah:
1. Keluarga adalah dengan ayah ibu yang tida mampu berfungsi sebagai mendidik
2. Tidak berfungsinya keluarga sebagai lembaga psikososial. Orang tua tidak sanggup mengintegrasikan anaknya dalam keutuhan keluarga, masing-masing bercerai-cerai
(Tri Sadianah, 1997:12)
Berdasarkan pendapat di atas lingkungan keluarga sangat berperan penting dalam pendidikan perilaku anak dan pembentukan kepribadian pada anak, sehingga orang tua di tuntut untuk mendidik dan memperhatikan anak dengan sebaik-baiknya dan memberikan pendidikan agama agar tidak terjadi penyimpangan perilaku terhadap diri anak.
Suasana dapat memberikan pengaruh bagi perkembangan anak, karena itu perlu di bentuk suatu keluarga yang sejahtera dalam suasana keakraban sebagai tumbuhnya pribadi-pribadi yang baik dan harmonis. Adapun sebagai syarat utama bagi kelancaran fungsi keluarga adalah terciptanya suasana yang baik dan oleh karena itu keutuhan keluarga menurut W.A Gerungan (2000:185) bahwa: “Keutuhan keluarga pertama-tama adalah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu adanya ayah disamping adanya ibu dan anak-anaknya. Apabila tidak ada ayahnya atau kedua-duanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi”.
Suasana yang kurang harmonis yang di dalamnya sering terjadi pertengkaran-pertengkaran akan menyebabkan anak kurang mendapat kasih sayang. Menurut Sofyan Willis menunjukan bahwa: “Anak-anak sejak kecil memperoleh pemeliharaan berdasarkan cinta kasih dan kemesraan akan
(15)
tumbuh menjadi pribadi yang stabil, sedangkan anak-anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang dan kemesraan akan cenderung menjadi anak nakal” (Kartini Kartono, 1986:32)
Tingkat ekonomi keluarga juga berperan dalam membentuk pribadi anak-anaknya. Hal ini agar anak memiliki kepribadian yang baik dan seimbang, maka setiap keluarga dituntut untuk dapat memnuhi kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut Kartini Kartono (2001:258) adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan fisik biologis, organis, atau kebutuhan vital yaitu makan,
minum, tidur, udara segar, pakaian, istirahat dan lain-lain
2. Kebutuhan sosial, bersifat human/kemanusiaan atau sosio budaya yaitu kebutuhan seksuil, bekerja mencari teman/partner, berkumpul, kebebasan mengeluargakan peendapat, studi, hidup berkelompok, menciptakan budaya dan sebagainya
3. Kebutuhan metafisi, (religious atau transendetal) yaitu kebutuhan yang hubunganya dengan maha pencipta
Berdasarkan pendapat di atas, keharmonisan keluarga terutama kerukunan kedua orang tua sangat mempengaruhi perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini kebutuhan fisilohis maupun psikologis anak tersebut terpenuhi. Sebaliknya jika dalam suatu keluarga terjadi perceraian kedua orang tuanya membuat anak tersebut cendrung berperilaku menyimpang. Dalam hal ini kedua orang sangat berperan penting terhadap pembentukan kepribadian anak.
Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar, kebutuhan fisilogis maupun kebutuhan psikologis, diharapkan seorang anak dapat berperilaku atau memiliki keseimbangan emosional yang baik. Namun di dalam pemenuhan kebutuhan tersebut hendaknya jangan terlalu berlebihan sebab cara ini hanya akan menyebabkan anak itu tumbuh menjadi manusia
(16)
berjiwa kerdil, telalu menggantungkan diri pada orang lain dan kadang kala kurang menghargai orang lain.
Pengertian orang tua juga salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Kegiatan pendidikan dimulai dalam lingkungan keluarga dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidik. Kedudukan dan peranannya itu tidak dapat dielakkan dari setiap orang tua yang secara kodrati memelihara dan mendidik anak-anaknya. Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Bila anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.
Latar belakang kebudayaan juga ikut mempengaruhi perkembangan anak, orang tua sebagai tauladan atau contoh bagi anak-anaknya dapat dimulai dari kecil, diterapkan dirumah baik kepatuhan dalam hal waktu, kerja, belajar, makan, dan lain-lain akan berpengaruh terhadap sikap anak selanjutnya baik dirumah, sekolah, maupun masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Slameto (1995:64) yang menyatakan: “Tingkat pendidikan/kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar, perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar”.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa kondisi keluarga erat dengan pembentukan kepribadian dan perilaku anak-anaknya. Serta mendorong anak-anaknya untuk tidak melakukan perilaku menyimpang dari norma-norma yang telah diakui dan diminta oleh masyarakat. Seorang anak akan
(17)
bersikap baik dan tidak menyimpang dari norma-norma bila ditunjang di latar belakang kebudayaan keluarga yang baik pula.
2. Pengertian Kondisi Sosial
Di kehidupan kita sebagai anggota masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada dan seterusnya. Dan juga sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikatakan sebagai mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Pada dunia pendidikan pun istilah sosial dipakai untuk menyebut salah satu jurusan yang harus dipilih ketika memasuki jenjang sekolah menengah atas atau pilihan ketika memasuki perguruan tinggi, dan jurusan tersebut adalah jurusan yang berkaitan dengan segala aktivitas yang berkenaan dengan tindakan hubungan antar manusia.
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kesenjangan antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni
(18)
penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang mudah timbul karena kita berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat.
Kekhasan atau penyimpangan dari pola perilaku kolektif menjadikannya individu menurut relasi dengan lingkungan sosialnya bersifat majemuk serta simultan. Dari individu dituntut kemampuan membawa dirinya secara konsisten, tanpa kehilangan identitas nilai etisnya.
Sosial disini yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat.
Persepsi negatif membuat individu menjadi terbebani, hal tersebut cenderung akan membawa efek negatif terhadap perkembangan sisi psikologisnya. Individu akan merasa gagal dan terbuang ketika tidak dapat memenuhi tuntutan lingkungan, serta menjadi tidak percaya diri, merasa tidak berharga, dan rendah diri. Kondisi ini diperburuk dengan adanya fenomena di masyarakat yang menunjukkan bahwa aspek kognitif lebih dihargai daripada aspek sosial emosional. Hal tersebut dapat menimbulkan perasaan tertolak yang memicu munculnya konsep diri negatif pada siswa sehingga berpengaruh buruk terhadap kehidupan sosialnya.
(19)
Berdasarkan definisi di atas, kondisi sosial pada siswa mempengaruhi, motivasi dirinya untuk belajar dengan kata lain jika kondisi sosial bersifat positif maka siswa tersebut akan terpengaruh terhadap motivasi belajarnya contohnya ; seorang siswa A bergaul dengan siswa B yang memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar maka, siswa A dengan sendirinya akan mengikutinya.
3. Pengertian Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah menganduk makna penting bagi siswa. Lingkungan sekolah diharapkan menicptakan manusia yang dewasa dalam berinteraksi dengan sesama teman siswa, memberikan suasana yang nyaman, aman, dan kondusif bagi kelangsungan belajar dan bermain saat istrahat. Untuk itu, setiap kemampuan siswa akan mudah didapati di sekolah mampu di luar sekolah, namun semua kemajuan belajar dengan interaksi untuk memperoleh prestasi belajar di kelas tersebut akan lebih banyak berlangsung di lingkungan sekolah. Untuk itu proses perubahan tingkah laku dan pendewasaan diri siswa banyak dilakukan di sekolah.
Menurut Anshari (1993 : 90), “lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak, berupa baik benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak, yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak-anak bergaul sehari-harinya”. Sementara menurut Hamalik (2004 : 195), lingkungan adalah sesuatu yang
(20)
ada di alam sekitar yang mamiliki makna atau pengaruh tetentu kepada setiap individu.
Lingkungan (environment) menurut Hamalik merupakan dasar pengajaran, faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu serta merupakan faktor belajar yang signifikan dan penting. Lingkungan belajar menurut Hamalik (2004:196), atau disebut juga lingkungan pendidikan, adalah terdiri dari beberapa hal berikut ini:
1. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat yang baik, kelompok besar atau kelompok kecil
2. Lingkungan personal, meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya
3. Lingkungan alam (fisik), meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar
4. Lingkungan cultural atau budaya, yang mencakup hasil budaya serta tekhnologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan dapat juga menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma dan adat kebiasaan.
Lingkungan sekolah sedikit banyaknya mamberi pengaruh terhadap siswa, dan besar-kecilnya pengaruh tersebut tidak terlepas dari intensitas lingkungan yang ada. Lingkungan yang tidak menunjang, maka intensitas pengaruhnya mungkin saja tidak intensif. Sudjana (1992 : 18) mengatakan bahwa “Lingkungan yang paling besar pengaruhnya dan secara langsung menyentuh siswa dalam proses belajar mengajar adalah lingkungan sekolah”. Dengan demikian, antara lingkungan sekolah dengan siswa sulit dipisahkan. Siswa belajar di lingkungan sekolah, dan lingkungan sekolah menampang keberadaan siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah di sini sangat penting keberadaannya untuk terus diperhatikan perkembangannya. Selain siswa, lingkungan sekolah juga berhubungan dekat dengan tenaga
(21)
pengajar atau guru, karena sama seperti siswa, guru berada di lingkungan sekolah. Perasaan dan kesan antara siswa dan guru terhadap lingkungan sekolah mungkin saja berbeda, oleh karena itu dalam hal ini yang perlu ditentukan adalah interaksi siswa dan guru dalam lingkungan sekolah.
4. Pengertian Motivasi Belajar
Sebelumya harus dibedakan motif dan motivasi. Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai seseorang. Dalam menentukan tujuan seseorang dapat menyadarinya atau tdak, akan tetapi untuk mencapai tujuan perlu melakukan sesuatu. Yang menjadi seseorang berbuat sesuatu adalah motif itu sendiri sebagai dasar penggerak atau pendorongnya.
Menurut Abin Syamsudin (1999:28), bahwa “Motivasi merupakan kekuatan atau tenaga dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentui, baik disadari maupun tidak disadari”.
Mc Donald memberikan definisi motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan (Wasty Soemanto, 1998 : 203). Dorongan afektif yang dimaksud sering terlihat nyata dalam tingkah laku seseorang.
Dari pendapat di atas, motivasi terjadi sebelum suatu tujuan tercapai dengan kata lain motivasi itu timbul pada saat proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu motivasi merupakan faktor penting dalam kehidupan terutama dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Dengan adanya motivasi
(22)
setiap individu diharapkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam setiap kegiatan.
Menurut Edwin B Flippo dalam Malayu S.P. Hasibuan (2000 : 142) motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai. Sedangkan menurut G.R. Terry dalam Malayu S.P Hasibuan (2000 : 142) motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
Menurut James O. Whittaker dalam Wasty Soemanto (1998:205), motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Timbulnya motivasi karena adanya tujuan yang hendak di capai. Jadi tanpa adanya tujuan, orang tidak dapat termotivasi untuk berbuat sesuatu. Dalam kegiatan belajar, siswa tentu mempunyai tujuan akhir mengapa ia mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut menimbulkan motivasi belajar.
Dengan usaha yang tekun dan tidak mudah menyerah dan dilandasi oleh motivasi yang kuat, maka siswa yang belajar akan mengasilkan prestasi yang baik. Intensitas seorang siswa akan menentukan tingkat pencapaian belajar. Motivasi belajar juga dapat menimbulkan semangat dalam kegiatan belajar sehingga siswa yang memiliki motivasi untuk belajar yang tinggi
(23)
akan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan belajar dalam skala yang lebih tinggi pula.
Menurut Sardiman (1994:75), mengemukakan bahwa, Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.
Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar akan memunculkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar tidak akan membuat mereka putus asa, justru dengan kesulitan-kesulitan tersebut mereka akan lebih tertantang untuk mencari solusinya. Apabila dalam menghadapi kesulitan itu mereka mudah menyerah, maka dapat dikatakan bahwa mereka memiliki motivasi belajar yang rendah. Mereka akan menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan meneruskan belajar.
Adapun ciri-ciri mempunyai motivasi yang tinggi adalah sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja sendiri
5. Cepat bosan pada terhadap tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yaki akan sesuatu) 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu
8. Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah soal (Sardiman, 1994 : 83)
(24)
Jadi motivasi belajar merupakan salah satu faktor di dalam menentukan keberhasilan belajar. Dengan adanya motivasi belajar menyebabkan kesiapan siswa dalam belajar yang berarti dapat menghindari siswa dari pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.
Pada dasarnya motivasi itu bersumber pada kebutuhan. Oleh karena itu, untuk memahami motivasi perlu memahami berbagai jenis kebutuhan manusia. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia dapat di uraikan dari hal yang paling mendasar hingga yang paling tinggi, yaitu:
1. Kebutuhan fisik biologis (makan, pakaian, seks)
2. Kebutuhan rasa aman (perlindungan, jaminan keamanan, kemerdekaan)
3. Kebutuhan sosial (persahabatan, kerjasama, mencintai dan di cintai, pengakuan, perhatian)
4. Kebutuhan harga diri (penghargaan, pengakuan atas prestasi, pujian) 5. Kebutuhan mengaktualisasikan diri pribadi (bekerja bukan
semata-mata upah, membantu orang lain tanpa penghargaan imbalan, mencintai keindahan, ingin dekat dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa)
Untuk memotivasi para siswa kepala sekolah dan guru-guru harus pandai-pandai mengarahkan siswa agar para muda usia itu tegerak hati untuk berprestasi agar dalam diri mereka terbentuk pribadi yang dinamis. Sebagaimana dikemukakan ole Carl G. Goeller dan William O. Uraneek dalam Nursisto (2000:52-53), pribadi yang dinamis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Subur dengan ide-ide, banyak memiliki gairah hidup serta pandai memupuk bakatnya sendiri
2. Selalu ingin maju 3. Tidak bisa tinggal diam
4. Percaya penuh atas kemampuan diri sendiri untuk memecahkan masalah
(25)
5. Memiliki daya cipta yang kuat serta ingin menemukan sesuatu yang baru
6. Memiliki semangat yang besar
7. Memantapkan tujuan, nilai, dan gagasan 8. Mendahulukan apa-apa yang penting 9. Bersifat tahan uji
Terdapat dua tipe motivasi, yaitu:
1. Motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.
(Sardiman, 1994 : 89-90)
Dua tipe motivasi juga sama dikemukakan oleh Ivor K. Davis (1991:26), yaitu:
1. Motivasi intrinsik, mengacu pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Dalam motivasi ini, adanya keinginan untuk menambah pengetahuan dan untuk melacak, sehingga motivasi ini sebagai pendorong bagi aktifitas dalam pengajaran dan dalam pemecahanmasalah.
2. Motivasi ekstrinsik, mengacu pada faktor-faktor dari luar dan diterapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau orang lain.
Berdasarkan pengertian dua tipe motivasi di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi intrinsik dapat menentukan tujuan seseorang. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar, yaitu:
1. Memberi angka 2. Hadiah
3. Saingan/kompetisi 4. Ego-involvement 5. Memberi ulangan 6. Mengetahui hasil 7. Pujian
8. Hukuman
(26)
10.Minat dengan menggunakan berbagai macam bentuk belajar 11.Tujuan yang diakui
(Sardiman, 1994 : 91-94)
Berdasarkan berbagai pengertian motivasi yang telah dikemukakan di atas, maka maksud dari motivasi belajar adalah segala usaha yang timbul baik dari dalam maupun dari luar diri pribadi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ada. Dalam hal ini seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi ia akan lebih cendrung untuk mematuhi tata tertib yang ada di sekolah. Serta suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang dilakukan sehingga siswa dapat mencapai tujuannya.
B. Kerangka Pikir
Menyelesaikan suatu masalah, sudah barang tentu kita akan melihat masalah itu dari beberapa segi, baik kecil maupun besar agar dapat dengan mudah menyelesaikan masalah itu dengan baik sehingga dapat dijadikan acuan dalam pembahasan nantinya. Begitu pun dengan penelitian ini memerlukan kerangka pikir.
Meningkatnya motivasi belajar siswa di sekolah, secara garis besar tidak terlepas dari beberapa faktor, yaitu: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sosial, dan faktor lingkungan sekolah. Beberapa faktor tersebut saling terkait dan tidak terpisahkan.
(27)
1. Lingkungan keluarga. Motivasi belajar siswa sedikit banyak tergantung pada kondisi keluarga. Jika sebuah keluarga tidak rukun, selalu dalam cek-cok atau jauh dari suasana yang kondusif, akan mempengaruhi motivasi belajar siswa yang ada dalam keluarga tersebut. Pengaruhnya bisa diduga negative, yaitu: motivasinya untuk belajar lemah, semangatnya untuk menuntut ilmu berkurang,sekolah malas-malasan.
2. Lingkungan sosial. Motivasi belajar siswa juga tergantung pada kondisi sosial. Pengaruh lingkungan terhadap motivasi belajar memang sangat besar, apabila menyangkut lingkungan pergaulan siswa itu sendiri. Jika siswa tidak memilih pergaulan yang tepat, tentu tidak jadi masalah. Tapi terkadang siswa banyak yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik, dan akhirnya berujung pada penurunan prestasi belajar dan motivasi belajar.
3. Lingkungan sekolah. Motivasi belajar siswa tergantung pula pada kondisi sekolah. Kondisi lingkungan sekolah yang tidak baik bisa diduga bahwa minat dan motivasi belajarnya lemah. Demikian pula sebaliknya, motivasi belajar siswa di SMA Karya Mataram terlihat berhubungan erat dengan lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sangat besar peranannya dalam pembentukan motivasi belajar siswa.
(28)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kerangka pikir sebagai berikut :
Kondisi Keluarga ( X1) Keluarga :
a. orang tua b. Kakak, Adik
Kondisi Sosial ( X2 ) 1. Teman Sepermainan 2. Masyarakat
Lingkungan Sekolah ( X3 )
1. Guru 2. Siswa
Motivasi Belajar Siswa
( Y )
1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah
(29)
C. Hipotesis
Ada Hubungan Antara Kondisi Keluarga, Kondisi Sosial, dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
(30)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian sangat diperlukan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Metode sangat diperlukan untuk menentukan data dan mengembangkan suatu pengetahuan serta menguji suatu kebenaran pengetahuan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Metode deskriptif adalah “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek peneliti pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. (Hadari Nawawi dan M. Mimi Martini, 1997:73)
Sedangkan pengertian korelasional adalah “penelitian yang bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan dan beberapa jauh suatu hubungan ada antara dua variabel (yang dapat diukur) atau lebih”. (Sumanto, 1990:6)
Berdasarkan penelitian di atas maka peneliti deskriptif korelasional adalah penelitian yang berusaha untuk menjelaskan/menggambarkan keadaan subyek atau obyek dengan menitikberatkan pada penjelasan hubungan-hubungan antar variabel.
(31)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Nur Irdrianto dan Bambang Supomo (1999:115) populasi adalah “sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan pendapat lain menyatakan populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono, 2001:72)
Adapun yang termasuk dalam populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Tabel 2: Jumlah Siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.
No. Kelas Jumlah siswa yang menjadi poulasi 1. 2. 3. 4. 5. Kelas X Kelas XI IPA Kelas XI IPS Kelas XII IPA Kelas XII IPS
37 orang siswa 17 orang siswa 19 orang siswa 20 orang siswa 28 orang siswa Jumlah 121 orang siswa
Sumber: Tata Usaha SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini jumlah populasi yang akan diteliti sebanyak 121 orang siswa dari seluruh populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilh menjadi sampel.
(32)
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang akan digunakan sesuai dengan pendapat: “Untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi,. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih”. (Suharsimi Arikunto, 2002:112)
Jumlah sampel yang akan ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 25%. Dengan demikian jumlah sampelnya adalah 25% x 121 = 30,25 dibulatkan menjadi 31 siswa.
Untuk lebih jelas mengenai jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Daftar jumlah siswa yang menjadi sampel di SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
No Kelas Jumlah Sampel (25%)
1 X 37 37 x 25% = 9,25 = 9
2 XI IPA 17 17 x 25% = 4,25 = 5
3 XI IPS 19 19 x 25% = 4,75 = 5
4 XII IPA 20 20 x 25% = 5
5 XII IPS 28 28 x 25% = 7
Jumlah 121 31
Sumber: Data Primer
(33)
C. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2004:32) mengemukakan bahwa variabel adalah objek penelitian/atribut atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Di dalam penelitian ini menggunakan variabel yaitu variabel bebas dan terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dilambangkan dengan X yaitu variabel penelitian yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas pada penelitian ini adalah kondisi keluarga (X1), kondisi sosial (X2), dan lingkungan sekolah (X3).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dilambangkan dengan Y yaitu variabel yang akan diukur untuk mengetahui pengaruh lain, sehingga sifatnya sangat tergantung pada variabel lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi belajar.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kondisi Keluarga
Kondisi keluarga adalah hubungan orang tua dan anaknya yang baik dalam suasana tipe kondisi ini terbagi menjadi tiga relasi yaitu ada yang penuh kasih sayang dan pengertian, ada yang terlalu keras, dan ada yang acuh tak acuh.
Adapun indikatornya sebagai berikut: a. Hubungan orang tua dengan anaknya
(34)
2. Kondisi sosial
Kondisi sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain serta hubungan saling berbalas respon dengan orang lain.
Adapun indikatornya sebagai berikut:
a. Hubungan siswa dengan teman sepermainannya b. Hubungan siswa dengan masyarakat
3. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak, berupa baik benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak, yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak-anak bergaul sehari-harinya.
Adapun indikatornya sebagai berikut: a. Hubungan antar guru dengan siswa b. Hubungan antar siswa dengan guru
4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.
Adapun indikatornya sebagai berikut: a. Tinggi
b. Sedang c. Rendah
(35)
E. Rencana Pengukuran Variabel
Mengukur variabel tentang Hubungan Antara Kondisi Keluarga Kondisi Sosial dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat diukur dari indikator dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel X1 adalah kondisi keluarga dapat diukur dengan 1) Berpengaruh
2) Kurang Berpengaruh 3) Tidak Berpengaruh
Variabel X2adalah kondisi sosial dapat diukur dengan 1) Berpengaruh
2) Kurang Berpengaruh 3) Tidak Berpengaruh
Variabel X3 adalah lingkungan sekolah dapat diukur dengan 1) Berpengaruh
2) Kurang Berpengaruh 3) Tidak Berpengaruh
b. Variabel Y adalah motivasi belajar dapat diukur dengan 1) Tinggi
2) Sedang 3) Rendah
(36)
Variabel hubungan antara kondisi keluarga, kondisi sosial, dan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa akan diukur dengan menggunakan angket. Teknik angket penelitian ini untuk mendapatkan data primer tentang hubungan kondisi keluarga, kondisi sosial, dan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa, maka akan dilakukan dengan menyebar angket yang berisikan item-item soal.
Bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup. Item soal memiliki alternatif jawaban yang masing-masing terdiri dari a, b, c, sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia. Adapun pemberian nilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan.
b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan. c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang diharapkan memiliki skor tertinggi yaitu dengan skor nilai 3, sedangkan yang terendah adalah jawaban yang tidak diharapkan di beri skor nilai 1.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Validitas yang digunakan sebagai berikut :
(37)
1. Teknik Pokok a. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Wawancara secara langsung kepada responden.
b. Angket
Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Sasaran angket adalah siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Teknik Penunjang a. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Wawancara secara langsung kepada responden.
b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang tertulis dan tercatat
(38)
baik dalam bentuk data kuantitatif dan validitasnya tidak diragukan lagi, yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Untuk uji validitas digunakan melalui control langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator variabel yang disesuaikan dengan maksud dan isi butir soal yang dilakukan melalui koreksi angket dengan konsultasi kepada pembimbing.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:160) “ reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik “.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji reliabilitas data adalah sebagai berikut:
1. Melakukan uji coba dengan menyebarkan angket kepada 10 orang diluar responden.
2. Hasil uji coba angket dikelompokkan dalam item.
3. Selanjutnya mengkolerasikan kelompok ganjil dan dengan rumus product moment, yaitu:
(39)
N y y N x x N y x xy rxy 2 2 2 2 Dimana:rxy : hubungan veriabel x dan y xy : product dari gejala x dan y x : variabel bebas
y : variabel terikat N : jumlah responden (Sutrisno Hadi, 1989:318)
Kemudian dicari reliabilitas dengan menggunakan rumus Sperman Brown agar diketahui seluruh koefisien seluruh item.
gg gg xy r r r 1 2 Dimana:rxy : Koefisien reliabilitas seluruh tes
rgg : Koefisien korelasi item ganjil dan genap (Sutrisno Hadi, 1981:37)
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi
0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang
(40)
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengidentifikasikan data, penyeleksi dan selanjutnya klasifikasi data kemudian menyusun data. Adapun tekniknya sebagai berikut: Pengujian keeratan hubungan dilakukan dengan menggunakan rumus yaitu:
B i K d Eij Eij Oij X 1 : :12 2
Keterangan :
2
= Chi Kuadrat
B
j I
= Jumlah baris
K
I j
= Jumlah kolom
ij
0
= Frekuensi pengamatan
ij
E
= Frekuensi yang diharapkan
Kriteria uji hipotesis= adalah H0 ditolak jika 2 hit < tab dengan signifikansi 5 % (Sudjana, 1992 : 280). Untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan tabel kontrol Chi Kuadrat, dengan kriteria uji : H1 diterima jika 2 hit ≥ 2 tab pada taraf signifikansi 5% N: 25. Untuk mengolah dan menganalisis data, akan digunakan teknik analisis data dengan merumuskan :
I = K
NR
(41)
Keterangan : I : Interval
NT : Nilai Tertinggi NR : Nilai Terendah K : Kategori
(Sutrisno Hadi, 1986 : 12)
Setelah itu maka dikelompokkan menggunakan rumus persentase, dengan rumus:
P= N
F
x 100%
Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah Frekuensi
N = Banyaknya Data
Untuk menguji keeratan maka digunakan rumus kontigensi sebagai berikut :
n
X x
C 2
2
Keterangan :
C : Koefisien Kontigensi 2
X : Chi Kuadrat n : Jumlah Sampel
(42)
Agar C diperoleh dapat dipakai untuk derajat asosiasi antara faktor-faktor diatas maka harga C dibandingkan koefisien maksimum yang biasa terjadi maka harga maksimum ini dapat dihitung dengan rumus:
m m
Cmaks 1
Keterangan :
m aks
C : Koefisien kontigen maksimum
m : Harga maksimum antara baris dan kolom 1 : Bilangan konstan
(Sutrisno Hadi, 1989 : 317)
Makin dekat harga c pada c maksimum maka makin besar derajat asosiasi antara variabel.
(43)
(44)
(45)
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data pembahasan, pengujian hipotesis yang dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka terdapat hubungan yang signifikan antara Kondisi Keluarga Kondisi Sosial dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis data sebagai berikut:
1. Kondisi Keluarga siswa berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa,
berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data di ketahui bahwa 5 orang siswa menjadi responden atau 16,13 % berkategori tidak berpengaruh. Sedangkan 12 orang siswa menjadi responden atau 38,70 % berkategori kurang berpengaruh kemudian 14 orang siswa menjadi responden atau 45,17 % berkategori berpengaruh. Dalam penelitian ini
berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa hitung lebih besar
dari tabel ( hitung ≥ tabel ), yaitu 57,83 ≥ 9,49 sehingga kondisi
(46)
2. Kondisi Sosial berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data diketahui bahwa 7 atau 22,58% responden berkategori tidak berpengaruh. Sedangkan 11 atau 35,58 % responden berkategori kurang berpengaruh. Kemudian 13 atau 41.94 % responden berkategori berpengaruh. Dalam penelitian ini berdasarkan hasil
analisis data yang diperoleh bahwa hitung lebih besar dari tabel ( 2
hitung ≥ 2 tabel ), yaitu 23,74 ≥ 9,49 sehingga kondisi sosial berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa.
3. Lingkungan Sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data diketahui bahwa 3 atau 9,68% responden berkategori tidak berpengaruh. Sedangkan 10 atau 32,26 % responden berkategori kurang berpengaruh. Kemudian 18 atau 58,06 % responden berkategori berpengaruh. Dalam penelitian ini berdasarkan hasil
analisis data yang diperoleh bahwa hitung lebih besar dari tabel ( 2
hitung ≥ 2 tabel ), yaitu 13,28 ≥ 9,49 sehingga lingkungan sekolah
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
4. Motivasi belajar siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan lebih dominan kekategori berpengaruh. Berdasarkan
hasil perhitungan dan pengolahan data diketahui bahwa hitung lebih
(47)
B. Saran
Setelah penulis melakukan, membahas dan mengambil kesimpulan hasil penelitian, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut:
1. Kepada seluruh para Orang Tua siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012, diharapkan untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan motivasi belajar anak, dengan cara memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak, menyediakan fasilitas belajar dirumah, membimbing anak belajar di rumah dan lain sebagainya, serta memperhatikan pergaulan anak di luar rumah sehingga anak tidak terpengaruh pada pergaulan yang negatif.
2. Kepada para siswa diharapkan agar dapat belajar lebih giat dan lebih aktif di dalam kegiatan belajar, para siswa juga diharapkan untuk dapat bersikap menjaga kondisi belajar di kelas dan senantiasa menjaga kebersihan dan keutuhan fasilitas belajar yang ada agar dapat menunjang kegiatan pembelajaran dengan baik.
3. Kepada seluruh dewan guru, diharapkan untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan motivasi belajar pada siswa, dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, serta kepada sekolah harus siap untuk menyediakan sarana belajar yang memadai dan yang dapat digunakan siswa dalam belajar, seperti penyediaan buku pelajaran yang lengkap di perpustakaan sekolah. Sehingga siswa dapat belajar dengan penuh semangat, sehingga siswa pun termotivasi untuk giat belajar.
(48)
HUBUNGAN ANTARA KONDISI KELUARGA KONDISI SOSIAL DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA SMA KARYA MATARAM KEC. MERBAU
MATARAM LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
NOVIA FRISCA PUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(49)
HUBUNGAN ANTARA KONDISI KELUARGA KONDISI SOSIAL DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA SMA KARYA MATARAM KECAMATAN
MERBAU MATARAM LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN
2011/2012
(Skripsi)
Oleh
Novia Frisca Putri
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(50)
MOTTO
Kita adalah pemantas diri kita sendiri
bagi keberhasilan yang kita inginkan
(51)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Holilulloh, M.Si. ...
Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ………...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003
(52)
Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA KONDISI KELUARGA KONDISI SOSIAL DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KARYA MATARAM KECAMATAN MERBAU
MATARAM LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : Novia Frisca Putri
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743032029
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Holilulloh, M.Si. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.
NIP 19610711 198703 1003 NIP 19820727 200604 1 002
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Pendidikan IPS Pendidikan PKn
Drs. H. Iskandar Syah, M.H. Drs. Holilulloh, M.Si.
(53)
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kondisi Keluarga Kondisi Sosial dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M.Thoha B.S Jaya, M.S. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
(54)
5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku Pembimbing I, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H selaku Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.
8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
9. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku pembahas II, terimakasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.
10.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
11.Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.
12.Ibu Lies S Endah, S.Pd selaku Kepala SMA Karya Mataram yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
13.Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMA Karya Mataram.
14.Siswa SMA Karya Mataram yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
(55)
motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Dan untuk ketiga Adikku tersayang, Ajo, Nata, Pon (Alm.), serta Kakak-kakak Sepupuku Usi, Wanda, Mamas, Atu Bay, Aci, Teteh, Cici, Mba Ocha, terima kasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang diberikan.
16.Keponakanku yang lucu Alya, Keysa, Ica, Ocha, Figo, Awan, Feca, semua keluarga besar yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku.
17.Untuk Budi Septiawan terima kasih untuk doa dan motivasinya, semoga kita sama-sama berhasil.
18.Seseorang yang telah memberikan warna dalam hidupku, mengajariku kebahagiaan, kesedihan, rasa sakit hati, seseorang yang namanya selalu kusebut dalam doa-doaku. Terima kasih atas segalanya.
19.Sahabat-sahabat terbaikku Dewi, Melya, Intan, Leny, Dina, Eza, Dian, Melinda dan Joe yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam kebersamaan kita.
20.Teman-teman PPKn angkatan 2007 reguler dan non reguler Irvan, Bang her, Andri, Febra, Yogi, Riyaldi, Heri, Topik, Ade, Masuni, Happy, Hastian, Slamet, Santi, Paulin, Merli, Mesi, Putri, Revi, Yuri, Riri, Rita, Dewi Kusuma, Fatma, Erda, Aini, Vanesa, Sri, Maryanto, Berta, Vera, Amri, Arzulka semuanya tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka
(56)
21.Teman-teman seperjuangan PPL Al Azhar 3 Bandar Lampung tahun 2011 (Ake, Dila, Fahmi, Hastian, Reni, Ria, Sufi, Yanti, Widya, dan Zeli) yang telah memberikan dukungan atas terselesaikannya skripsi ini.
22.Kakak tingkat serta Adik tingkat PPKn 2005-2011 baik reguler maupun mandiri, Genap maupun Ganjil terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda tawanya sehingga membuat hari-hari menjadi indah. 23.Teman-temanku, Doni, Mas Rudi, Mas Agus, Amta, Bobi, Rudi P, dll. 24.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,
(1)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Holilulloh, M.Si. ...
Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ………...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
(2)
Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA KONDISI KELUARGA KONDISI SOSIAL DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KARYA MATARAM KECAMATAN MERBAU
MATARAM LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : Novia Frisca Putri Nomor Pokok Mahasiswa : 0743032029
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Holilulloh, M.Si. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. NIP 19610711 198703 1003 NIP 19820727 200604 1 002 2. Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Pendidikan IPS Pendidikan PKn
Drs. H. Iskandar Syah, M.H. Drs. Holilulloh, M.Si. NIP 19571011 198703 1 001 NIP 19610711 198703 1003
(3)
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kondisi Keluarga Kondisi Sosial dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SMA Karya Mataram Kec. Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M.Thoha B.S Jaya, M.S. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
(4)
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku Pembimbing I, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H selaku Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.
8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
9. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku pembahas II, terimakasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.
10.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
11.Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.
12.Ibu Lies S Endah, S.Pd selaku Kepala SMA Karya Mataram yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
13.Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMA Karya Mataram.
14.Siswa SMA Karya Mataram yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
(5)
15.Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Edi Kuspriyanto dan Ibu Fariah terimakasih atas keiklasan, cinta dan kasih sayang, do’a, motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Dan untuk ketiga Adikku tersayang, Ajo, Nata, Pon (Alm.), serta Kakak-kakak Sepupuku Usi, Wanda, Mamas, Atu Bay, Aci, Teteh, Cici, Mba Ocha, terima kasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang diberikan.
16.Keponakanku yang lucu Alya, Keysa, Ica, Ocha, Figo, Awan, Feca, semua keluarga besar yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku.
17.Untuk Budi Septiawan terima kasih untuk doa dan motivasinya, semoga kita sama-sama berhasil.
18.Seseorang yang telah memberikan warna dalam hidupku, mengajariku kebahagiaan, kesedihan, rasa sakit hati, seseorang yang namanya selalu kusebut dalam doa-doaku. Terima kasih atas segalanya.
19.Sahabat-sahabat terbaikku Dewi, Melya, Intan, Leny, Dina, Eza, Dian, Melinda dan Joe yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam kebersamaan kita.
20.Teman-teman PPKn angkatan 2007 reguler dan non reguler Irvan, Bang her, Andri, Febra, Yogi, Riyaldi, Heri, Topik, Ade, Masuni, Happy, Hastian, Slamet, Santi, Paulin, Merli, Mesi, Putri, Revi, Yuri, Riri, Rita, Dewi Kusuma, Fatma, Erda, Aini, Vanesa, Sri, Maryanto, Berta, Vera, Amri, Arzulka semuanya tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka
(6)
maupun duka selama ini, semoga dengan selesainya kuliah kita bukan akhir dari kebersamaan kita. Terus semangat menuju kesuksesan!
21.Teman-teman seperjuangan PPL Al Azhar 3 Bandar Lampung tahun 2011 (Ake, Dila, Fahmi, Hastian, Reni, Ria, Sufi, Yanti, Widya, dan Zeli) yang telah memberikan dukungan atas terselesaikannya skripsi ini.
22.Kakak tingkat serta Adik tingkat PPKn 2005-2011 baik reguler maupun mandiri, Genap maupun Ganjil terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda tawanya sehingga membuat hari-hari menjadi indah. 23.Teman-temanku, Doni, Mas Rudi, Mas Agus, Amta, Bobi, Rudi P, dll. 24.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,