PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PKN SISWA SMP TUNAS DHARMA WAY GALIH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PKN

SISWA SMP TUNAS DHARMA WAY GALIH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

CAHYA MELATI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh kondisi lingkungan belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan TA 2012/2013 dan pengaruh minat belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan TA 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013. Untuk mengumpulkan data menggunakan teknik angket, yang ditunjang dengan wawancara dan dokumentasi. Data analisis menggunakan rumus Chi kuadrat.

Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi lingkungan belajar terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013 dan terdapat pengaruh yang signifikan antara minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013.


(2)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar untuk mengembangkan potensi siswa yang dilaksanakan di suatu tempat, salah satunya di sekolah. Sekolah sebagai salah satu pendidikan formal mempunyai peranan penting dalam membimbing, membina, mengarahkan perkembangan dan pendayagunaan potensi tertentu yang dimiliki siswa.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dirancang dan dijalankan secara profesional.

Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari motivasi belajarnya. Motivasi belajar pada diri siswa berbeda-beda, oleh karena itu


(3)

segala tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi siswa agar tujuan pembelajaran tercapai. Apabila siswa memiliki motivasi yang kuat dalam belajar maka siswa tersebut akan berhasil dalam proses pembelajaran, sebaliknya apabila siswa memiliki motivasi yang rendah, maka siswa tersebut tidak akan berhasil dalam proses pembelajaran.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa, yaitu berupa faktor dalam diri siswa tersebut (intenal) maupun faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah rendahnya minat belajar pada diri siswa. Minat belajar sangat dibutuhkan dalam diri siswa karena untuk menumbuhkan semangat atau untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar. Minat belajar pada diri siswa tumbuh dengan adanya dorongan dari dalam diri siswa tersebut. Minat belajar siswa tidak selalu stabil, melainkan selalu berubah. Oleh karena itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang telah ditentukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah faktor intern adalah sama yang ada pada diri seseorang baik jasmani maupun rohani, fisik maupun psikhis dan faktor ekstern adalah semua faktor yang ada di luar individu, yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah.

Rendahnya minat pada diri siswa mengakibatkan siswa tidak tekun menghadapi tugas, siswa tidak memiliki keinginan untuk sukses, siswa kurang memiliki keinginan belajar untuk memperoleh wawasan, siswa kurang memiliki motivasi berorientasi ke depan, siswa menganggap mudah


(4)

pelajaran, daya juang siswa lemah, dan siswa kurang simpatik terhadap guru yang mengajar.

Faktor dari luar diri siswa (eksternal) yang mempengaruhi motivasi belajar adalah kondisi lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan siswa sebab lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar siswa yang dapat menunjang kegiatan belajarnya. Lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap motivasi belajar terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga terdiri dari: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan sekolah terdiri dari: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan masyarakat terdiri dari: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Lingkungan belajar di sekolah meliputi sarana yang ada pada lingkungan sekolah, hubungan antara guru dengan siswa, dan hubungan antara siswa dengan siswa. Lingkungan belajar di sekolah menggambarkan adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Proses belajar yang banyak diperoleh siswa dituntut untuk pandai bergaul dan bersosialisai dengan teman bermain di sekolah. Interaksi antara siswa akan membawa proses pendewasaan diri yang tercipta secara


(5)

alami, seiring bertambahnya ilmu maupun banyaknya teman dari pergaulan yang semakin luas di sekolah.

Lingkungan belajar yang baik apabila lingkungan belajar yang memliki ketersediaan sarana atau prasarana yang memadai. Sarana belajar sangat dibutuhkan bagi setiap siswa. Dengan adanya sarana belajar yang mendukung di sekolah maka akan memudahkan siswa dalam belajar sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar.

Kondisi lingkungan belajar dan minat belajar sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Minat belajar siswa dapat tumbuh dalam lingkungan belajar dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai seratus.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kondisi lingkungan belajar dan minat belajar memiliki peranan penting terhadap motivasi belajar siswa. Dengan terciptanya kondisi lingkungan belajar yang baik dan adanya minat belajar yang tinggi dari dalam diri siswa maka motivasi belajar siswa akan meningkat sehingga proses belajar mengajar akan tercapai dengan baik. Selain itu, pihak sekolah harus memfasilitasi sarana belajar yang memadai agar tercapainya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan bahwa SMP Tunas Dharma Way Galih terletak di pertengahan area perkebunan karet, selain itu SMP Tunas Dharma Way


(6)

Galih terletak di lingkungan masyarakat yang kurang memperhatikan akan dunia pendidikan, dilihat dari banyaknya anak-anak di lingkungan tersebut yang putus sekolah. Kondisi sarana dan prasarana di SMP Tunas Dharma seperti ruangan kelas untuk belajar siswa masih kurang memadai sehingga jadwal belajarnya dibagi menjadi dua bagian, bagi siswa kelas VII masuk sekolah dipagi hari sedangkan bagi kelas VIII dan kelas IX masuk di siang hari. Di bawah ini diperoleh data sarana lingkungan belajar sebagai berikut:

Tabel 1. Sarana lingkungan belajar di SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013 No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Ruang Kelas 10 Ruang

2. LAB. IPA 1 Ruang

3. LAB. Komputer 1 Ruang

4. Ruang Perpustakaan 1 Ruang

5. Ruang UKS 1 Ruang

6. Ruang Kepsek 1 Ruang

7. Ruang Guru 1 Ruang

8. WC Guru 1 Ruang

9. WC Siswa 4 Ruang

10. Gudang 1 Ruang

11. Mushola 1 Ruang

12. Ruang Multimedia 1 Ruang

Jumlah 24 Ruang

Sumber : SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa sarana lingkungan belajar di sekolah sudah cukup baik. Namun, komponen-komponen di dalamnya seperti buku-buku di perpustakaan masih kurang lengkap. Selain itu peralatan-peralatan yang berada di laboratorium komputer maupun laboratorium IPA masih kurang lengkap.


(7)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PKn kelas VII bahwa diperoleh hasil bahwa motivasi belajar siswa kelas VII masih rendah dilihat dari proses pembelajaran pada saat di kelas. Berikut ini merupakan tabel hasil wawancara dengan guru PKn kelas VII terkait dengan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil wawancara dengan guru PKn kelas VII terkait dengan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013

Komponen-komponen Kuat Sedang Rendah Perhatian siswa dalam

pembelajaran

Keaktifan siswa dalam

pembelajaran

Ketekunan siswa dalam

belajar

Tanggung jawab siswa

Sumber: Guru mata pelajaran PKn kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih

Berdasarkan tabel di atas bahwa motivasi belajar PKn siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih masih tergolong rendah. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat guru menjelaskan pelajaran, siswa cenderung asik mengobrol dengan temannya pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa hanya duduk pasif tanpa bertanya apabila ada materi yang kurang paham dimengerti, selain itu siswa masih banyak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah sehingga tanggung jawab pada diri siswa masih rendah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji bagaimana pengaruh kondisi lingkungan belajar dan minat belajar


(8)

terhadap motivasi belajar PKn. Penulis akhirnya mencoba melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kondisi Lingkungan Belajar dan Minat Belajar Terhadap Motivasi Belajar PKn Siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Motivasi belajar siswa yang masih rendah. 2. Rendahnya minat belajar siswa.

3. Kondisi lingkungan belajar yang kurang baik.

4. Interaksi antara guru dengan siswa dalam pembelajaran satu arah yaitu guru ke siswa.

5. Kurangnya hubungan antara siswa dengan siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kondisi lingkungan belajar dan minat belajar siswa terhadap motivasi belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :


(9)

1. Apakah terdapat pengaruh kondisi lingkungan belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan TA 2012/2013?

2. Apakah terdapat pengaruh minat belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan TA 2012/2013?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan pengaruh kondisi lingkungan belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan TA 2012/2013.

b. Untuk menjelaskan pengaruh minat belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan TA 2012/2013.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menerapkan konsep, teori, prinsip dan prosedur ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada kajian PKn sebagai Pendidikan Kewarganegaraan. Karena penelitian ini untuk dilakukan untuk memperoleh informasi atau gambaran bagaimana pengaruh kondisi


(10)

lingkungan belajar dan minat belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa, sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap dunia pendidikan, khususnya bagi guru mata pelajaran PKn.

b. Kegunaan Praktis 1. Bagi guru

Untuk mengoptimalkan kualitas pengajaran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menumbuhkan minat yang ada pada diri siswa dan untuk selalu menumbuhkan interkasi yang baik antara guru dan siswa.

2. Bagi siswa

Untuk mengoptimalkan agar siswa lebih termotivasi dalam belajar khususnya mata pelajaran PKn dengan mengembangkan minat yang ada pada diri siswa serta dapat berinteraksi dengan baik antara siswa dengan guru maupun dengan siswa.

3. Bagi sekolah

Memfasilitasi sarana maupun prasarana guru dan siswa dalam meningkatan motivasi belajar. Menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik di sekolah.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Pendidikan Kewarganegaraan khususnya PKn, mengenai kondisi lingkungan belajar


(11)

dan minat belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa. Wilayah kajian PKn sebagai Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah guru PKn dan siswa di SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan.

3. Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa di SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan.

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMP Tunas Dharma Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

5. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik 1. Motivasi Belajar

1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam melakukan kegiatan. Kegiatan belajar akan maksimal apabila dengan adanya motivasi belajar yang kuat pada diri siswa. Dalam psikologi motivasi diartikan sebagai sesuatu kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:83)

“motivasi sebagai faktorinner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar.

Pengertian motivasi dikemukakan oleh James O.Whittaker yang

dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:205) “motivasi adalah kondisi -kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mancapai tujuan yang

ditimbulkan oleh motivasi tersebut”, sedangkan Sumadi Suryabrata yang dikutip oleh Djaali (2008:101) “motivasi adalah keadaan yang


(13)

terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan”.

Pengertian lain dikemukakan oleh Clifford T. Morgan yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:206) bahwa :

Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut ialah keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goal or ends of such behavior). Motivasi terjadi dengan siklus antara motif, tingkah laku instrumental dan tujuan.

Menurut Greenberg yang dikutip oleh Djaali (2008:101) “motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan

perilaku arah suatu tujuan”. Sedangkan menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M (2008:73) “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu:

a) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri settiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem

neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c) Motivasi akan dirangsang karena tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.


(14)

Kesimpulan dari pengertian motivasi belajar adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk melakukan suatu kegiatan yaitu belajar guna mencapai suatu tujuan tertentu.

1.2 Ciri-ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M (2008:83) siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan selalu memiliki tujuan yang jelas terhadap apa yang akan ia lakukan, untuk lebih jelasnya mengenai ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi yang tinggi adalah sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses).

d. Mempunyai orentasi kemasa depan. e. Lebih senang bekerja.

f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). g. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan apabila seorang siswa memiliki ciri-ciri motivasi pada penjelasan di atas maka siswa tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar


(15)

mengajar akan berhasil apabila siswa selalu tekun dan ulet dalam memecahkan suatu masalah dan hambatan dalam belajar secara mandiri.

1.3 Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M (2008:84) fungsi motivasi belajar ada tiga yaitu sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbuat sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat meberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.

Oemar Hambalik (2004:161) juga mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu :

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai perangah. Artinya menggerakkan


(16)

c. Motivasi berfungsi sebagai mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan atau perbuatan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:85-86) motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dam hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.

c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.

Pentingnya motivasi belajar pada guru adalah :

a. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas bermacam-macam.

c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran.

d. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, nampak jelas bahwa fungsi motivasi sebagai pendorong, penggerak sekaligus sebagai penggerak


(17)

perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan berbagai cara dan terutama berdasarkan atas kebutuhan siswa. Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran, ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menetukan apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran atau justru akan bersikap pasif.

1.4 Bentuk-bentuk Motivasi

Menurut Sardiman A.M (2008:92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar disekolah, yaitu :

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi siswa angka-angka itu merupakan motivasi yang kuat. Sehingga yang biasa dikejar siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.

b. Hadiah

Hadiah dapat diartikan sebagai motivasi tetapi tidak selalu karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik perhatian bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut.

c. Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan


(18)

individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerima sebagai tantangan segingga bekerja keras dengan mempertahankan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Memberi ulangan seperti juga merupakan sarana motivasi.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar semakin meningkat maka ada motivasi dalam diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Pujian ini merupakan suatu bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.


(19)

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan baik. j. Minat

Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar mengajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

1.5 Jenis Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M (2008-89) ada beberapa jenis motivasi, yaitu :

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.


(20)

Seorang siswa melakukan belajar karena didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2006:86) motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Motivasi primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif-motif dasar tersebut umumya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.

b. Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia.

Thomas dan Znaniecki yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:88) menggolongkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan:

1) Memperoleh keinginan baru. 2) Untuk mendapat respons.


(21)

3) Memperoleh pengakuan. 4) Memperoleh rasa aman.

Pendapat lain oleh Maslow yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:88-89) menggolongkan motivasi sekunder menjadi kebutuhan-kebutuhan:

1) Memperoleh rasa aman.

2) Memperoleh kasih sayang dan kebersamaan. 3) Memperoleh penghargaan.

4) Pemenuhan diri atau aktualisasi diri.

1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi psikologis siswa. Ada beberapa unsur yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yang dikemukakan oleh Dimyati dan Modjiono (2006:97) yaitu sebagai berikut :

a) Cita-cita dan aspirasi siswa. b) Kemampuan siswa.

c) Kondisi siswa.

d) Kondisi lingkungan siswa.

e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. f) Upaya guru dalam membelajarkan siswa.


(22)

Berikut ini uraian mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar :

a. Cita-cita dan aspirasi siswa

Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapaianya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

b. Kemampuan siswa

Keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Misalnya apabila seorang siswa sedang sakit, lapar, attau marah-marah akan mengganggu perhatiian belajar. Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.

d. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram,


(23)

tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut: (i) menyelenggarakan tata tertib sekolah, (ii) membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, (iii) membina belajar tertib pergaulan, dan (iv) membina belajar tertib lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusatt pendidikan pemuda yang lain. Guru profesional dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut.


(24)

Motivasi belajar dalam diri siswa dapat menumbuhkan aktifitas dan kreatifitas serta dapat menumbuhkan ketekunan dalam kegiatan belajar. Berkaitan dengan hal tersebut perlu diketahui ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

a. Kematangan

Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi. Apabila dalam pemberian motivasi itu tidak memperhatikan kematangan, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.

b. Usaha yang bertujuan

Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar.

c. Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi

Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi yangg lebih baik dikemudian hari. Prestasii yang rendah menjadikan siswa giat belajar guna memperbaikinya.

d. Partisipasi

Dalam kegiatan mengajar perlu diberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan


(25)

demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu.

e. Penghargaan dan hukuman

Pemberian penghargaan itu dapat membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja. Penghargaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.

2. Kondisi Lingkungan Belajar

2.1 Pengertian Lingkungan Belajar

Lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Lingkungan juga merupakan salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi belajar dan berdampak pada motivasi belajar yang ada pada diri siswa. Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja, sebab lingkungan merupakan bagian dari manusia khususnya bagi siswa untuk hidup berinteraksi dengan sesamanya.


(26)

Menurut Oemar Hambalik (2004:195) “lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada

setiap individu”. Sedangkan Wasty Soemanto (2006:80) mengemukakan

bahwa “lingkungan mencakup segala material dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun

sosio-kultural”. Lebih lanjut Wasty Soemanto mengemukakan definisi lingkungan secara fisiologis, psikologis dan sosio-kultural adalah sebagai berikut:

a. Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjarkelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani. b. Secara psikologis, lingkungan mencakup segala stimulasi yang

diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran, sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa: sifat-sifat genes, interaksi genes, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual.

c. Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan pengajaran, bimbingan dan penyuluhan, adalah termasuk sebagai lingkungan ini.


(27)

Menurut Wiji Suwarno (2006:39) “lingkungan belajar adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya proses pendidikan”. Sedangkan Hasbullah

mendefinisikan “lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga dan lain-lain)”. Pendapat lain dikemukakan oleh Muhammad Saroni (2006:82)

“lingkungan belajar sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar adalah lingkungan yang berasal dari luar dan dari dalam diri siswa yang dapat menunjang kegiatan proses belajar siswa.

2.2 Macam-macam Lingkungan Belajar

Lingkungan (environtment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar menurut Oemar Hambalik (2004:196) terdiri dari berikut ini:

a. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar maupun kelompok kecil.

b. Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya.

c. Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagi sumber belajar.


(28)

d. Lingkungan kultural mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan.

2.3 Fungsi Lingkungan Belajar

Menurut Oemar Hambalik (2004:196) suatu lingkungan pendidikan/pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi psikologis

Stimulus bersumber/berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons, yang menunjukkan tingkah laku tertentu. Respons tadi pada gilirannya dapat menjadi suatu stimulus baru yang menimbulkan resposns baru, demikian seterusnya. Ini berarti, lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu.

b. Fungsi pedagogis

Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembagga sosial. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis.

c. Fungsi instruksional

Program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran/pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru


(29)

yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan prasarana pengajaran, media pengajaran, dan kondisi lingkungan kelas (fisik) merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku siswa.

2.4 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar

Menurut Roestiyah dalam Situmorang yang dikutip dalam skripsi Erlina Nurmalia (2010:52), dikemukakan aspek-aspek yang mempengaruhi lingkungan belajar sebagai berikut:

a. Interaksi guru dengan siswa

Guru yang kurang interaksi dengan siswa secara intim menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Demikian juga siswa merasa jauh dari guru, maka akan segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Untuk itu sebagai seorang guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan tentang sistem konstitusional yang berlaku sekarang secara mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individu. Dengan adanya interaksi timbal balik anar guru dan siswa yang saling menguntungkan, maka proses belajar megajar berjalan lancar.

b. Hubungan antar siswa

Dalam meningkatkan belajar harus menampakkan hubungan kebersamaan diantara siswa. Siswa harus dapat bergaul berteman-teman dengan baik dan siswa harus dapat berinteraksi dengan baik dalam belajar.


(30)

c. Sarana belajar

Belajar juga memerlukan sarana secukupnya, jika sarana belajar yang dibutuhkan siswa tidak tercukupi, maka siswa tersebut terganggu belajarnya. Sebab sarana belajar yang memadai akan mendorong siswa bergairah dalam belajar.

d. Peraturan sekolah dan sanksi

Dalam proses belajar mengajar siswa perlu disiplin dengan peraturan sekolah, untuk mengembangkan motivasi yang baik. e. Interaksi dengan keluarga

Hubungan keluarga yang kurang imtim akan menimbulkan susana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat dalam melakukan belajar. Suasana yang menyenangkan akrab dan penuh kasih sayang akan memberikan semangat mendalam pada anak.

3. Minat Belajar

3.1 Pengertian Minat Belajar

Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah minat. Hal ini karena dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah untuk bosan dengan apa yang telah dipelajari sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Menurut Slameto (2010:180) mengatakan bahwa “minat adalah suatu


(31)

tanpa ada yang menyuruh”. Sedangkan Sardiman A. M. (2008:76)

berpendapat bahwa “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri”.

Pengertian lain dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2003:151) bahwa

“minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Sedangkan menurut

Hillgard dalam Slameto (2010:57) memberi rumusan tentang minat sebagai berikut “interest is persisting to pay attention and enjoy some activity or content”. Yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Dengan demikian minat belajar adalah sebagai ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari.

3.2 Klasifikasi Minat Belajar

Menurut Super dan Krites yang dikutip oleh Dewi Suhartini (2001:25) mengklasifikasikan miat menjadi empat jenis berdasarkan bentuk pengekspresian dari minat, yaitu:


(32)

a. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau aktivitas.

b. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu.

c. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan.

d. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.

Menurut Mohammad Surya (2007:122) menggolongkan minat menjadi tiga jenis berdasarkan sebab-musabab atau alasan timbulnya minat, yaitu:

a. Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar.

b. Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.

c. Minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa secara paksa atau dihapuskan.

3.3 Indikator Minat Belajar

Minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melalui kegiatan atau aktifitas yang berkaitan dengan minatnya. Sehingga untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendoroong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu.

Menurut Sukartini yang dikutip oleh Dewi Suhartini (2001:26) analisa minat dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu. b. Objek-objek atau kegiatan yang disenangi.

c. Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi.

d. Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu.


(33)

Menurut Slameto (2010:180) mengatakan bahwa:

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanipestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:132) mengungkapkan minat dapat diekspresikan anak didik melalui:

a. Pernyataan lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya. b. Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan.

c. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dapat dilihat dari bagaimana minatnya dalam melakukan aktivitas yang mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran serta perhatian yang mereka berikan. Jadi indikator minat yang digunakan dalam penelitian ini adalah keinginan untuk mengetahui sesuatu, kegiatan yang disenangi, jenis kegiatan dan usaha untuk merealisasikan.

3.4 Fungsi Minat Dalam Belajar

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.


(34)

Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid (1998:109-110) sebagai berikut:

a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.

Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.

b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.

Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.

c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.

Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka.

d. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan. Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati.

Berdasarkan uraian di atas bahwa minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar. Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun


(35)

belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar.

3.5 Upaya Menumbuhkan Minat Belajar

Menurut Tanner dan Tanner yang dikutip oleh Slameto (2010:181) mengungkapkan bahwa:

Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraika kegunaan bagi siswa di masa yang akan datang.

Menurut Rooijakkers yang dikutip oleh Slameto (2010:181)

“menumbuhkan minat-minat baru dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional

yang sudah diketahui kebanyakan siswa”. Sedangkan menurut Syaiful

Bahri Djamarah (2002:133) ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik, diantaranya sebagai berikut:

a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.

b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki annak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran.

c. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.


(36)

d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik.

4. Pendidikan Kewarganegaraan

4.1Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan berasal dari kata civics yang secara etimologis berasal dari kataa “civicus” (bahasa latin) sedangkan dalam bahasa Inggris “citizens” yang dapat didefinisikan sebagai warga negara, penduduk dari sebuah kota, sesama negara, penduduk, orang setanah air bawaan atau kaula.

Menurut Depdiknas (2003:3) pengertian Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

Pendidikan Kewarganegaraan (sebelumnya disebut PPKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam yaitu segi agama, sosial, kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Depdiknas (2006:49) memberikan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Azyumardi Azra Pendidikan Kewarganegaraan adalah

“pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warganegara serta proses demokrasi”. Sedangkan menurut Soedijarto “Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik


(37)

yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis”.

(Definisi PKn. 27 November 2012, 16:43. http://fazza-go.blogspot.com/2012/05/definisi-pendidikan-kewarganegaraan.html). Pengertian lain dikemukakan oleh Numan Somantri (2010:1) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah:

Program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sember pengetahuuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua yang kesemuanya itu diproses guna melatih siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, cerdas, berfikir kritis, demokratis, berkarakter cinta kepada bangsa dan negara Indonesia, dan berkepribadian sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

4.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Depdiknas (2006:49) mengemukakan bahwa tujuan umum PKn adalah mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik yang memiliki kompetisi sebagai berikut:

a. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.


(38)

b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan dunia

secara langsung atau tidak langsung sengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunkasi.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menyiapkan para siswa kelak sebagai warga masyarakat sekaligus sebagai warga negara yang baik, yang memiliki sikap demokratis, cerdas, terampil dan berkperibadian yang mantap daan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab dalam kemasyarakatan dan kebangsaan.

4.3Materi Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan paradigma baru PKn, Depdiknas (2006:49) mengeluarkan standar isi materi PKn sebagai berikut :

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara serta sikap positif terhadap NKRI.

b. Norma, hukum dan persatuan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan internasional.

c. Hak Asasi Manusia (HAM), meliputi : hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan


(39)

internasional hak asasi manusia, pemajuan, perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia.

d. Kebutuhan Warga Negara, meliputi : hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara, meliputi : proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama serta konstitusi yang pernaha ada di Indonesia. f. Kekuasaan dan politik, meliputi : pemerintah dea dan kecamatan,

pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani serta sistem pemerintahan.

g. Pancasila, meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari serta Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi, meliputi : globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional serta mengevaluasi globalisasi.


(40)

4.4Karakteristik Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Guru memiliki karakteristik:

1. Mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupannya sebagai warga Negara.

2. Mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME. 3. Bersikap terbuka dan tanggap terhadap dampak perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.

4. Tanggap terhadap permasalahan serta kebutuhan masyarakat akan layanan pendidikan.

5. Mampu mengembangkan dan meningkatkan pendidikan dasar sesuai dengan tuntutan perubahan dalam masyarakat.

6. Memiliki pengertian yang sahih mengenai konsepkonsep serta kaidah-kaidah ilmiah yang mendasar.

7. Mampu berpikir ilmiah.

8. Memiliki pengertian yang sahih mengenai substansi ilmiah bidang keahliannya.

9. Mampu menata dan mempresentasikan substansi ilmiah bidang keahliannya berdasarkan prinsipprinsip pedagogic untuk mencapai kadar ketecernaan yang tinggi dalam pembelajaran.


(41)

11.Memiliki dorongan kuat untuk secara terusmenerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang relevan.

12.Memiliki wawasan kependidikan yang tepat sebagai acuan dasar dalam menyikapi serta melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. 13.Mampu memahami serta menghargai kehidupan emosional dan

akademik siswa.

14.Mampu merancang, mengimplementasikan dan menilai proses serta hasil program pembelajaran.

15.Mampu memanfaatkan hasil penilaian program pembelajaran untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu program pembelajaran berikutnya melalui refleksi professional.

16.Mampu memecahkan permasalahan pendidikan melalui penelitian.

Beberapa kelemahan guru PKn dalam upaya memperkuat mutu dan proses pembelajaran:

1. Guru PKn tidak bertindak sebagai fasilitator.

2. Guru PKn lebih banyak cenderung tampil sebagai pendidik yang dapat mengembangkan secara terintegrasi dimensi intelektual, emosional dan sosial.

3. Guru PKn cenderung bertindak sebagai pemberi bahan pembelajaran.

4. Guru PKn belum dapat melakukan pengelolaan kelas secara optimal.


(42)

5. Guru PKn belum berkiprah secara langsung terencana membentuk kemampuan berpikir dan sistem nilai peserta didik.

6. Guru PKn lebih banyak bertindak sebagain pengajar sehingga belum banyak bertindak sebagai panutan.

7. Guru PKn belum secara optimal memberikan kemudahan bagi para peserta didik.

Karakteristik model pembelajaran PKn:

1. Guru sebagai fasilitator untuk terjadinya proses pembelajaran yang oleh siswa melalui pengembangan potensi berpikir dan nilai.

2. Guru sebagai pendidik memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mengembangkan potensi intelektual, emosional dan sosial peserta didik.

3. Guru PKn memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

4. Guru PKn memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas.

5. Guru PKn mampu bertindak sebagai ilmuan pendidik yang dapat mengembangkan semangat berpikir ilmiah pembelajaran peserta didik.

6. Guru PKn sebagai panutan terutama dalam pengembangan nilai-nilai.

7. Guru PKn sebagai motivator sehingga tumbuh semangat ingin belajar.


(43)

Prinsip pembelajaran pendidikan ips/pkn yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mengembangkan pembelajaran:

1. Menyadari bahwa skema kognitif,salah konsep atau teeori-teori yang naïf yang dimiliki siswa senantiasa akan dibawanyake dalam kelas.

2. Lebih memperhatikan pada adanya sudut pandang yang berbeda-beda dari siswa.

3. Membantu siswa mengeksplorasi, menggenerate, memantapkan, mengelaborasi, dan merefleksi ide-ide konsep siswa.

4. Merancang pembelajaran yang bersifat inkuiri sistimatik yang dapat mengakitkan ataumenjembatani kesenjangan yang terjadi antara konsep siswa dengan dengan konsep yang diharapkan oleh kurikulum.

5. Mempedomani siswa dengan berbagai konsepkonsep arahan,atau mendorong siswa agar berhasil mencapai pengertian baru atau dalam merestrukturisasi skema konsepnya.

6. Melakukan tukar pikiran dan proses-proses meta kognitif, sehingga siswa dapat melakukan refleksi terhadap proses yang terjadi, titik kunci keputusan yang diambil, ataubagaimana mereka mendapatkan kemantapan pengertian terhadap topik-topik tertentu. 7. Mengelaborasi skema mereka dengan membantunya melihat kaitan

antara apa yang telah mereka ketahui dengan bidang-bidang kajian dan permasalahan yang terdapat di dalam pendidikan.


(44)

(http://www.scribd.com/doc/16840572/Karakteristik-Model-Pembelajaran-Pkn, pada 27 November 2012, 18:46)

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan studi yang akan dilakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Erlina Nurmalia, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr. H. Wahidmurni, M. Pd., Ak. Tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS MAN Malang 1”.

Pada penelitian tersebut berisi tentang prestasi pendidikan siswa menjadi ukuran bagi keberhasilan belajar yang telah ditempuh oleh siswa. Tingkat keberhasilan siswa ditinjau dari seberapa tinggi siswa tersebut dapat meraih prestasi dalam belajarnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi dan menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa jika tidak mencukupi pemenuhannya dan pada akhirnya menghambat dan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Bila ditinjau dari luar diri siswa (faktor ektern) terdapat dua faktor yang secara garis besar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dua faktor tersebut adalah fasilitas belajar dan lingkungan belajar siswa yang juga menjadi variabel dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh antara fasilitas belajar yang ada terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS di MAN Malang 1, pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS di MAN Malang 1, serta pengaruh fasilitas dan lingkungan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS di MAN Malang 1. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini


(45)

adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional, yaitu penelitian yang dilakukan untuk antara dua variabel atau lebih yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket yang digunakan untuk mengetahui fasilitas dan lingkungan belajar yang dipersepikan siswa. Intrumen yang juga digunakan adalah dokumen yang digunakan untk mengetahui prestasi belajar siswa. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil regresi linier berganda menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh dari variabel fasilitas belajar terhadap prestasi belajar yang ditunjukkan dengan thitung = -2,312 < ttabel = 1,991. Tidak terdapat pengaruh dari variabel lingkungan belajar terhadap prestasi belajar yang ditunjukkan dengan thitung = -3,336 < ttabel = 1,991. Terdapat pengaruh positif variabel fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar yang ditunjukkan dengan Fhitung = 38, 123 > Ftabel = 3,695. Kesimpulannya bahwa tidak ada pengaruh dari failitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS di MAN Malang 1, tidak ada pengaruh dari lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS MAN Malang 1, ada pengaruh positif signifikan dari fasilitas dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS MAN Malang 1.

C. Kerangka Pikir

Kondisi lingkungan belajar adalah kondisi lingkungan yang berasal dari luar dan dari dalam diri siswa yang dapat menunjang kegiatan proses belajar siswa. Kondisi lingkungan belajar dapat berpengaruh terhadap motivasi


(46)

belajar siswa, karena dengan kondisi lingkungan belajar yang baik maka siswa lebih termotivasi dalam belajar di sekolah sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

Minat belajar adalah sebagai ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari. Dalam hal ini minat berpengaruh terhadap motivasi belajar. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga tepat apabila minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses pembelajaran akan berjalan lancar apabila diserati dengan minat.

Kondisi lingkungan belajar dan minat belajar sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Minat belajar siswa dapat tumbuh dalam lingkungan belajar dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai seratus.


(47)

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat ditarik kerangka pikir sebagai berikut :

D. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritik yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh antara kondisi lingkungan belajar terhadap motivasi belajar Pkn Siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan.

2. Terdapat pengaruh antara minat belajar terhadap motivasi belajar Pkn Siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan.

Kondisi Lingkungan Belajar

(X1) 1. Secara fisiologis 2. Secara psikologis 3. Secara sosio-kultural

Minat Belajar (X2)

1. Suka atau tidak suka 2. Memperhatikan atau tidak memperhatikan 3. Keikutsertaan individu

Motivasi Belajar (Y)

1. Tekun menghadapi tugas

2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Lebih senang bekerja 4. Senang mencari dan


(48)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Dengan menggunakan metode penelitian korelasional ini penulis ingin memaparkan data-data dan menganalisis data secara objektif serta menggambarkan pengaruh kondisi lingkungan belajar dan minat belajar terhadap motivasi belajar Pkn siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Menurut Sukardi (2008 : 166) penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menen.tukan, apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih.

B. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian pada hakikatnya merupakan suatu persiapan yang bersifat sistematis dengan maksud agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah peneliti rencanakan. Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis laksanakan secara garis besar adalah sebagai berikut:


(49)

1. Persiapan Pengajuan Judul

Pada tanggal 14 November 2012 penulis mengajukan judul penelitian kepada Pembimbing Akademik yang terdiri dari dua alternatif judul. Dua judul penelitiaan tersebut salah satunya disetujui dan kemudian diajukan kepada Ketua Program Studi PKn dan disetujui sekaligus ditentukan Pembimbing Utama yaitu Dr. Irawan Suntoro, M.S. dan Pembimbing Pembantu yaitu Yunisca Nurmalisa, S. Pd., M. Pd.

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah mendapat surat izin penelitian pendahuluan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Lampung dengan Nomor 7352/UN26/3/PL/2012 maka penulis melakukan penelitian pendahuluan di SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan.

Kegiatan penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum tentang Pengaruh Kondisi Lingkungan Belajar dan Minat Belajar Terhadap Motivasi Belajar PKn Siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditujunjang dengan beberapa literatur serta arahan dari dosen pembimbing.

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Rencana penelitian diajukan untuk mendapatkan persetujuan dilaksanakannya seminar proposal penelitian skripsi, proposal penelitian disetujui oleh Pembimbing II pada tanggal 21 Januari 2013 dan pada


(50)

tanggal 8 Febuari 2013 disetujui oleh Pembimbing I serta disahkan oleh Ketua Program Studi PKn FKIP Universitas Lampung.

Kegiatan seminar proposal dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2013, tujuannya adalah untuk mendapatkan masukan-masukan baik berupa saran maupun kritik untuk kesempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Setelah kegiatan seminar proposal penelitian, penulis melakukan perbaikan sesuai dengan saran-saran dan masukan dari para Pembahas seminar proposal penelitian tersebut.

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan alat pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis mempersiapkan angket yang akan diberikan kepada responden yang berjumlah 33 orang dengan jumlah pertanyaan sebanyak 34 item soal dengan 3 (tiga) alternatif jawaban. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan angket ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal tentang Pengaruh Kondisi Lingkungan Belajar dan Minat Belajar Terhadap Motivasi Belajar PKn Siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013 Mengkonsultasikan angket kepada Pembimbing I dan Pembimbing II.

b. Setelah angket tersebut disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II. Setelah itu peneliti mengadakan uji coba angket kepada sepuluh orang sebagai responden di luar sampel yang sebenarnya.


(51)

5. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian di lapangan dengan membawa surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dengan Nomor : 2260/UN26/3/PL/2013. setelah mendapat surat pengantar dari Dekan, selanjutnya penulis mengadakan penelitian yang dilaksanakan pada 8 April 2013, dalam pelaksanaan penelitian ini penulis melalui beberapa tahap yaitu:

a. Uji Coba Angket

Tahap pertama yang akan dilakukan yaitu uji coba angket kepada sepuluh orang responden diluar sampel. Uji coba angket ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat reliabilitas soal. Namun sebelum itu angket dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Pembimbing I dan Pembimbing II guna meminta persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan maka angket dapat disebarkan. Hasil uji coba angket yang telah diisi oleh sepuluh orang responden diluar sampel akan dikonsultasikan kembali kepada Pembimbing, lalu setelah dinyatakan cukup reliabel maka angket dapat dipergunakan untuk melakukan penelitian kepada responden yang sesungguhnya.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sudjarwo dan Basrowi


(52)

(2009:254) populasi adalah “keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi sasaran penelitian”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 3. Jumlah siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013 Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

VII A 19 23 42

VII B 21 20 41

VII C 20 22 42

VII D 20 22 42

Jumlah 80 87 167

Sumber : SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan 2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan Sugiyono (2009:118) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 % sehingga sampelnya 20 % × 167 = 33,4 (33).


(53)

Agar lebih jelas lihat tabel rincian sampel perkelas dibawah ini:

Tabel 4: Jumlah dan sebaran Sampel Siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013

No. Kelas Perhitungan

1. VII A 42 siswa x 20%= 8,4 2. VII B 41 siswa x 20%= 8,2 3. VII C 42 siswa x 20%= 8,4 4. VII D 42 siswa x 20%= 8,4 5. Jumlah 167 siswa x 20%= 33,4 = 33 Sumber : Hasil perhitungan proposional random sampling

Berdasarkan tabel di atas maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi, yaitu kondisi lingkungan belajar (X1) dan minat belajar siswa (X2).

b. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu Motivasi Belajar Siswa.

E. Definisi Konseptual dan Operasional 1. Definisi konseptual

Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah :

a. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk melakukan suatu kegiatan yaitu belajar guna mencapai suatu tujuan tertentu. Fungsi motivasi sebagai pendorong, penggerak


(54)

sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

b. Minat belajar adalah sebagai ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari.

c. Kondisi lingkungan belajar adalah kondisi lingkungan yang berasal dari luar dan dari dalam diri siswa yang dapat menunjang kegiatan proses belajar siswa.

2. Definisi operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Motivasi belajar adalah penilaian pada dorongan siswa untuk melakukan suatu kegiatan yaitu belajar guna mencapai suatu tujuan tertentu yang diukur melalui angket skala 3 Kuat, Sedang, Lemah (K, S, L), berdasarkan indikator :

1. Tekun menghadapi tugas. 2. Ulet menghadapi kesulitan. 3. Lebih senang bekerja.

4. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

b. Minat belajar adalah penilaian pada diri siswa tentang ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari yang diukur melalui angket skala 3 Berminat, Cukup Berminat, Kurang Berminat (B, CB, KB) bedasarkan indikator:


(55)

1. Suka atau tidak suka.

2. Memperhatikan atau tidak memperhatikan. 3. Keikutsertaan individu.

c. Kondisi lingkungan belajar adalah persepsi siswa terhadap kondisi yang dapat menunjang kegiatan proses belajar siswa yang diukur melalui angket skala 3 Baik, Cukup Baik, Kurang Baik (B, CB, KB) berdasarkan indikator:

1. Secara fisiologis. 2. Secara psikologis. 3. Secara sosio-kultural.

F. Rencana Pengukuran Variabel

Rencana Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indikator dalam penelitian ini yaitu:

1. Kondisi lingkungan belajar dalam hal ini diukur dengan (X 1) a. Secara fisiologis.

b. Secara psikologis. c. Secara sosio-kultural.

2. Minat belajar dalam hal ini diukur dengan ( X 2 ): a. Suka atau tidak suka.

b. Memperhatikan atau tidak memperhatikan. c. Keikutsertaan individu.


(56)

3. Motivasi belajar ( Y )

a. Tekun menghadapi tugas. b. Ulet menghadapi kesulitan. c. Lebih senang bekerja.

d. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

G. Teknik pengumpulan data 1. Teknik Pokok

1.1Teknik Angket

Menurut Sugiyono (2009:199) teknik angket adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. sasaran angket adalah siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan. Agar dapat memperoleh data yang tepat dan sesuai maka penelitian ini menggunakan angket tertutup.

Responden memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan subjek. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yang masing-masing mempunyai skor bobot berbeda-beda,yaitu:

1. Alternatif jawaban yang mendukung diberi skor 3. 2. Alternatif jawaban yang cukup mendukung diberi skor 2.


(57)

3. Alternatif jawaban yang tidak mendukung diberi skor 1.

2. Teknik Penunjang 2.1Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Wawancara secara langsung kepada responden.

2.2Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berasal dari data primer dan sumber skunder. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat dan mencari data bahan-bahan tertulis yang tercatat dalam bentuk data yang validitasnya tidak diragukan lagi. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pihak SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan.

H. Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu tindakan yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 211) bahwa “sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat diukur, apabila dapat diungkapkan data dari variabel yang hendak diteliti dengan tepat”.


(58)

Berdasarkan pendapat di atas validitas merupakan tingkat kepercayaan dan kekuatan instrumen penelitian yang dilakukan dengan indikator faktor. Untuk uji validitas dilihat dari logika validity dengan cara “judgement” yaitu dengan mengkonsultasikan kepada beberapa orang ahli penelitian dan tenaga pengajar di lingkungan FKIP UNILA. Dalam penelitian ini peneliti melakukannya dengan cara konsultasi kepada dosen pembimbing yang kemudian diambil revisinya.

2. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dinyatakan baik bila mempunyai tingkat reliabilitas yang baik pula yakni ketetapan suatu alat ukur. Dimana ketetapan ukur ini akan menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Pendapat Suharsimi Arikunto (2010 :221) bahwa reliabilitas adalah: ”Suatu instrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik”.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Menyebarkan angket dan tes untuk uji cobakan kepada 10 orang di luar responden

b. Untuk menguji reliabilitas angket dan tes digunakan teknik belah dua atau ganjil genap

c. Mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi Product Moment yaitu :

                  

N N N ) y ( y ( ) x ( x ) y )( x ( -xy r 2 2 2 2 XY Keterangan:


(59)

X = Skor gejala X

Y = Skor gejala Y

N = Jumlah sampel

(Suharsimi, 2010 : 331)

4. Untuk menentukan reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown, yaitu:

rxy =

rgg rgg

1 ) ( 2

Keterangan :

rxy : Koefisien reliabilitas seluruh tes

rgg : Koefisien korelasi item x dan y

(Sutrisno Hadi, 1989: 294).

5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai berikut:

0,90 - 1,00 = Reliabilitas tinggi.

0,50 - 0,89 = Reliabilitas sedang.

0,00 - 0,49 = Reliabilitas rendah.


(60)

Adapun hasil dari uji coba angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden di luar Sampel Untuk Item Ganjil (X).

No. Item Ganjil Skor

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 1. 2 3 2 2 2 2 1 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 36

2. 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 40

3. 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 39

4. 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 43

5. 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 2 35

6. 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 43

7. 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 40

8. 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 40

9. 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 38

10. 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 36

Jumlah 390

Sumber: Data Analisis Uji Coba Angket

Dari data tabel 5 diketahui ∑ X = 390 yang merupakan hasil penjumlahan

hasil skor uji coba angket kepada 10 orang di luar responden dengan indikator item ganjil. Hasil penjumlahan ini akan dipakai dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y) untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitian.


(1)

faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Harga C maksium ini dapat dihitung dengan rumus :

C maks M

M 1

Keterangan :

C maks : koefisien kontigensi maksimum.

M : harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kreteria uji hubungan “ makin dekat harga C pada Cmaks, makin besar derajat asosiasi antara faktor”. (Sutrisno Hadi, 1986 : 317)


(2)

119

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kondisi lingkungan belajar dan minat belajar terhadap motivasi belajar pkn siswa SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013 maka dapat diambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi lingkungan belajar terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini karena kondisi lingkungan belajar siswa kelas VII di SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan sudah baik, baik secara fisiologis, secara psikologis, dan secara sosio-kultural sehingga membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas VII SMP Tunas Dharma Way Galih Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini karena siswa sudah memiliki minat belajar yang kuat pada mata pelajaran PKn, yang salah satunya siswa sudah menyukai mata


(3)

sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada Kepala Sekolah

a. Untuk selalu bersikap tegas dan profesional kepada guru dan siswa. b. Untuk selalu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang baik. 2. Kepada Guru

a. Untuk selalu memberikan motivasi dan dukungan yang kuat kepada siswa agar siswa lebih giat dan tekun lagi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b. Untuk bersikap tegas dan profesional kepada siswa yang melanggar aturan dan tata tertib yang ada di sekolah.

c. Untuk selalu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

2. Kepada Orang Tua

a. Untuk dapat memperhatikan anaknya dalam kegiatan sehari-hari, khususnya dalam kegiatan belajar di rumah.

b. Untuk dapat memberikan dukungan dan motivasi yang kuat terhadap anak.


(4)

121

3. Kepada Siswa

a. Untuk dapat menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab kepada diri sendiri, bersikap disiplin, religius dan peduli terhadap orang lain b. Untuk dapat lebih termotivasi dalam belajar.

c. Untuk menjadi generasi penerus bangsa yang aktif, kritis, dan berguna bagi bangsa dan negara


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka cipta

Depdiknas. 2003. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Depdiknas. 2006. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Depdiknas. Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. Fadlisyah. 2009. Karakteristik Model Pembelajaran PKn.

http://www.scribd.com/doc/16840572/Karakteristik-Model-Pembelajaran- Pkn. diunduh 27 November 2012, 18:46.

Fazza. 2012. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan.

http://fazza-go.blogspot.com/2012/05/definisi-pendidikan-kewarganegaraan.html. diunduh 27 November 2012, 16:43

Hambalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Bumi Aksara. Hasbullah. 2001. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam). Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Kusnandar. 2008. Guru Profesional (Implementasi kutikulum tingkat satuan pendidikan/KTSP dan sukses dalam sertifikasi guru). Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Nurmalia, Erlina. 2010. Pengaruh Fasilitas Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi Ips Man Malang 1. Malang. Skripsi Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim Malang. Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. Alfabeta.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.


(6)

Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Somantri, Noman. 2010. Metode Belajar Civics. Jakarta. Erlangga. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Suhartini, Dewi. Minat Siswa Terhadap Topik-Topik Terhadap Mata Pelajaran Sejarah Dan Faktor-Faktor Yang Melatarbelakanginya: Studi Deskriptif Terhadap Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri Di Kota Bogor. (Tesis). Magister Pendidikan Ilmu Sosial. UPI.

Sukardi.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta. Bumi Aksara.

Surya, Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung. Pustaka Bani Quraisy.

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya. Wahid, Abdul. 1998. “Menumbuhkan Minat dan Bakat Anakdalam Chabib Toha (eds), PBMPAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar


Dokumen yang terkait

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP UTAMA 3 BANDAR LAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 81

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP UTAMA 3 BANDAR LAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 20 77

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 80

PENGARUH KEADAAN EKONOMI KELUARGA, MINAT BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP WIYATA BHAKTI NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 18 1

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, CARA GURU MENGAJAR, DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 89

PENGARUH MINAT DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 85

PENGARUH BUDAYA MEMBACA DAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 79

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR MELALUI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 15 106

PENGARUH MOTIVASI DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 15 93

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PKN SISWA SMP TUNAS DHARMA WAY GALIH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 72