Tabel 5.9 : Distribusi perbedaan kemampuan psikomotor kelompok kontrol
dan kelompok intervensi pre-post test.
Variabel Mean
Difference P
t 95 Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Kemampuan psikomotor
pre-post kontrol dan
pre-post intervensi
2.72727 0.000
3.345 1.08195
4.37260
2. Pembahasan
2.1. Kemampuan kognitif pasien harga diri rendah Kemampuan kognitif pada kelompok kontrol tidak menunjukkan adanya
peningkatan sebelum dan setelah intervensi. Kemampuan kognitif pada pre- test sebanyak 8 orang berada pada kategori kurang baik dan 3 orang kategori
baik dan 8 orang pada ketegori kurang baik. Kemampuan kognitif post-test barada pada rentang yang sama karena pasien kelompok kontrol tidak
mendapat perlakuan apapun. Sementara kemampuan kognitif pada kelompok yang mendapat strategi
pelaksanaan komunikasi menunjukkan adanya peningkatan sebelum dan setelah intervensi. Kemampuan kognitif pada pre-test sebanyak 7 orang
berada pada kategori kurang baik dan 4 orang kategori baik. Sedangkan post-test pasien yang berada pada ketegori kurang baik mengalami
penurunan menjadi 2 orang dan 9 orang berada pada kategori baik. Data ini menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan kognitif pada kelompok
intervensi yang mendapat penerapan strategi pelaksanaan komunikasi dibanding kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan apapun.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan kognitif dalam meningkatkan harga diri pada kelompok intervensi meningkat secara signifikan setelah mendapat strategi pelaksanaan komunikasi
harga diri rendah dibanding kelompok kontrol yang tidak mendapat intervensi apapun. Sebelum mendapat strategi pelaksanaan komunikasi kemampuan kognitif
kelompok intervensi sedikit lebih tinggi dibanding kemampuan kognitif kelompok kontrol. Tetapi setelah mendapat strategi pelaksanaan komunikasi kemampuan
kognitif kelompok intervensi jauh lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Perbedaan peningkatan yang jauh lebih tinggi pada kelompok intervensi
disebabkan oleh karena adanya intervensi strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah sesuai standar sehingga peneliti melakukan asuhan lebih terarah dan
memberikan arahan kepada pasien sesuai dengan kemampuan yang diharapkan dimiliki pasien dalam meningkatkan harga diri. Intervensi yang dilakukan secara
konsisten dan terarah terkait dalam meningkatkan harga diri pada setiap pertemuan.
Kegiatan yang dilakukan pada sesi pertama pertemuan mulai dari mengidentifikasi dan menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
mendorong pasien untuk menyadari bahwa mereka merasa berguna karena masih memiliki kemampuan dan aspek positif, membantu pasien memilih kegiatan dan
melatih kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan kemampuan pertama pasien membuat pasien merasa bahwa masih ada kegiatan yang masih dapat dilakukan
yang semakin membuat pasien merasa berguna bagi lingkungannya hingga menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian semakin melatih
pasien dengan budaya berdisiplin dalam melakukan kegiatan yang telah dilatih dalam mengatasi masalahnya.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan kegiatan yang dilakukan pada sesi kedua pertemuan meliputi: kegiatan mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien mendorong pasien untuk
melakukan kegiatan lebih baik lagi dari sebelumnya, dilanjutkan dengan melatih kegiatan kedua menbuat pasien merasa semakin berarti bahwa mereka masih
memiliki kemampuan lain lagi hingga membuat jadwal pelaksanaan kegiatan harian yang mendorong mereka untuk berusaha lebih disiplin dan melakukan
kegiatan lebih baik dari sebelumnya. Dalam hal melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian pasien dibutuhkan peran peneliti untuk mengingatkan pasien.
Pengetahuan merupakan dasar dari perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan Notoatmodjo, 2008. Berdasarkan hal ini, penting untuk memberikan pengetahuan terlebih dahulu kepada pasien harga diri rendah tentang
harga diri rendah yang dialaminya dan cara untuk meningkatkan harga diri mereka dalam arti membuat pasien semakin merasa berarti untuk orang sekitar dan
lingkungannya melalui kegiatan yang dilatih sesuai dengan kemampuan yang berhasil dilakukan agar mereka tidak berlarut-larut dalam ketidakberartian
mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Purba 2008, bahwa salah satu cara dalam meningkatkan harga diri yaitu memberikan kesempatan untuk
berhasil.Sehingga berdasarkan hal tersebut pasien melakukan suatu tindakan psikomotor untuk mengatasi masalahnya.
Kemampuan kognitif dalam meningkatkan harga diri diawali dengan kemampuan pasien dalam menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki, menilai kemampuan yang masih dapat digunakan dan mampu menyusun jadwal kegiatan harian. Hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
hipotesis dapat diterima bahwa ada perbedaan kognitif dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah mendapat strategi pelaksanaan komunikasi pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Tabel 2.1: Distribusi kemampuan kognitif dalam meningkatkan harga diri
kelompok kontrol dan kelompok intervensi pre-post test.
Variabel Kategori
Pre-test Post-test
Kelompok Kontrol Kurang baik
8 8
Baik 3
3
Kelompok Intervensi
Kurang baik 7
2 Baik
4 9
2.2. Kemampuan psikomotor pasien harga diri rendah Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan psikomotor
pasien harga diri rendah kelompok intervensi setelah mendapat strategi pelaksanaan komunikasi. Hasil penelitian mebuktikan bahwa adanya perbedaan
yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan intervensi dengan nilai p = 0.000 p 0.05. Sebelum diberikan intervensi tingkat ketergantungan pasien adalah 8
orang tergantung dan 3 orang bantuan, tetapi setelah diberikan intervensi tingkat ketergantungan klien menjadi 5 orang bantuan dan ada 6 orang pasien yang
mencapai tingkat mandiri. Sedangkan kemampuan psikomotor pasien harga diri rendah pada kelompok
kontrol tidak menunjukkan peningkatan yang bermakna. Sebelum pre-test dan setelah intervensi dilakukan 7 orang mempunyai tingkat ketergantungan
tergantung, 3 orang pada tingkat bantuan dan 1 orang pada tingkat mandiri. Setelah dilakukan post-test tingkat ketergantungan pasien tidak menunjukkan
adanya peningkatan. Pada kelompok kontrol ternyata ada 1 orang yang mampu
Universitas Sumatera Utara
secara mandiri tanpa diberi intervensi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman berdasarkan persepsi sensori termasuk lama rawat.
Sebelum dilakukan intervensi kemampuan psikomotor lebih tinggi pada kelompok kontrol, tetapi setelah intervensi dilakukan kemampuan psikomotor
kelompok yang mendapatkan strategi pertemuan lebih tinggi. Berarti peningkatan kemampuan psikomotor lebih tinggi pada kelompok yang mendapatkan
intervensi. Rata-rata kemampuan psikomotor pada kedua kelompok masih berada pada tingkat tergantung dan bantuan, tetapi pada kelompok yang mendapatkan
strategi pertemuan ada 6 orang dari 11 orang yang mencapai tingkat mandiri. Pasien yang dapat mencapai tingkat mandiri terhadap kemampuan psikomotor
hanya 4 orang 36.4 dikarenakan sebagian besar pasien masih perlu diingatkan dan lebih disiplin untuk melakukan latihan sesuai jadwal yang telah dibuat.
Dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengubah kebiasaan pasien agar dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal pelaksanaan.
Kemampuan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri meliputi melatih dan melaksanakan kemampuan pertama, melatih dan melaksanakan
kemampuan kedua hingga melakukan kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan sesuai dengan jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah disusun.
Klien yang mengalami gangguan neurobilogis mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, merencanakan dan penurunan kemampuan menyelesaikan
masalah StuartLaraia, 2005. Berdasarkan hal ini penting membuat kegiatan yang terjadwal bagi klien untuk mengatasi masalahnya. Pola pertemuan perawat
pada intervensi asuhan keperawatan harga diri rendah membantu klien dalam
Universitas Sumatera Utara
pengambilan keputusan dan membantu klien membuat perencanaan untuk mengatasi masalah.
Peningkatan kemampuan psikomotor yang lebih tinggi pada kelompok yang mendapat intervensi disebabkan intervensi yang konsisten. Jadwal latihan
kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan yang dilakukan secara terjadwal dan evaluasi oleh peneliti terhadap pelaksanaan jadwal kegiatan mendorong klien
untuk lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan. Hal ini juga dipengaruhi oleh penguatan berupa pujian yang diberikan atas hasil yang telah dilakukan pasien
juga semakin memotivasi pasien dan membuat mereka merasa dihargai. Pola pertemuan yang terstruktur pada setiap pertemuan lebih membantu pasien
mencapai kemampuan yang dimilikinya. Evaluasi yang dilakukan pada setiap pertemuan juga membantu peneliti mengetahui sejauh mana kemampuan klien
dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki. Penguatan positif yang diberikan peneliti setelah mengevaluasi kemampuan
klien mendorong klien melakukan apa yang diharapkan dari klien untuk mengatasi masalahnya. Menurut Notoatmojo 2007, perilaku merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Pembentukan suatu pola tingkah laku dapat dilakukan dengan memberi ganjaran atau penguatan positif
segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Penguatan yang dapat menjadi alat ampuh membentuk tingkah laku yang diharapkan antara lain adalah
senyuman, persetujuan, pujian, dan hadiah. Penggunaan penguatan positif perlu dilakukan untuk memunculkan tingkah laku yang diinginkan Corey, 2008.
Evaluasi pada setiap awal pertemuan yang dilakukan peneliti diiringi dengan
Universitas Sumatera Utara
penguatan positif terhadap apa yang telah dilakukan klien lebih mendorong dan lebih memotivasi klien untuk melakukan apa yang telah diajarkan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa hipotesis dapat diterima bahwa ada perbedaan kemampuan psikomotor dalam meningkatkan
harga diri sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pelaksanaan
komunikasi harga diri rendah dapat meningkatkan kemampuan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri.
Tabel 2.2.: Distribusi kemampuan psikomotor dalam meningkatkan harga diri kelompok kontrol dan kelompok intervensi pre-post test.
Variabel Kategori
Pre-test Post-test
Kelompok Kontrol Tergantung
7 7
Bantuan 3
3 Mandiri
1 1
Kelompok Intervensi Tergantung
8 1
Bantuan 3
6 Mandiri
- 4
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam
meningkatkan harga diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:
1. Kesimpulan
1.1. Karakteristik pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
Sebanyak 10 orang kelompok intervensi dan 7 orang kelompok kontrol berada pada rentang usia 30-45 tahun, pendidikan terakhir mayoritas SMA,
agama kristen protestan dan suku Batak dengan perbandingan yang sama 5 orang. Dengan rata-rat lama rawat pasien kelompok intervensi 142 hari dan
kelompok kontrol 58 hari. 1.2. Perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien harga diri rendah
dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
Hasil uji statistik paired t-test kemampuan kognitif diperoleh nilap p = 0.104 dan p = 0.441 p 0.05 artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan
kognitif dan psikomotor yang signifikan antarapre-post test.
Universitas Sumatera Utara