Uji Reliabilitas Pengumpulan Data

6. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur Notoatmojdo, 2005. Uji validasi instrumen penelitian telah dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya salah satu dosen keperawatan Jiwa di Fakultas Keperawatan USU yang ahli dalam bidangnya. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal karena pemberian kuesioner hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen pada subjek studi Dempsey Dempsey, 2002.

7. Uji Reliabilitas

Kuesioner terlebih dahulu diuji tingkat reliabilitasnya sebelum digunakan dalam penelitian. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 pasien harga diri rendah diluar responden yang sebenarnya di rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan ruang Cempaka. Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner kemampuan kognitif diolah dengan menggunakan rumus KR-21 karena jumlah soal genap sebanyak 6 pertanyaan. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai = 0.878 sedangkan untuk uji reliabilitas kuesioner psikomotor dilakukan dengan teknik komputerisasi. Menurut Dempsey Dempsey 2002 dijelaskan bahwa uji reliabilitas internal untuk jenis kuesioner yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai adalah dengan menggunakan Cronbach Alpa.Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil 0.82, maka kuesioner dinyatakan reliabel. Menurut Polit Hungler 1997 suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih. Jadi dapat disimpulkan bahwa kuesioner dukungan Universitas Sumatera Utara keluarga dengan kepatuhan pasien minum obat yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

8. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data terdiri dari: 1. Persiapan a. Mendapat izin penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU. b. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi pendidikan ke tempat penelitian Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. c. Setelah mendapat izin dari RSJD Provsu Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. d. Menentukan calon pasien dengan bantuan status pasien dan laporan bulanan yang sesuai dengan kriteria yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti. e. Menjelaskan kepada perawat ruangan sebagai wakil responden pasien harga diri rendah mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah yang akan diberikan. f. Perawat ruangan yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan informed consent. Universitas Sumatera Utara g. Melakukan kegiatan pelatihan asisten peneliti dilakukan untuk menyamakan persepsi tentang penerapan strategi pelaksanaan komunikasi. 2. Pelaksanaan Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan pre-test, kemudian melakukan intervensi penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kelompok intervensi. Kemudian dilakukan post-test untuk menilai perubahan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri. a. Pretest Sehari sebelum dilakukan pre-test, peneliti melakukan pertemuan dengan tiga pasien kelompok kontrol yang dirawat di ruang Kamboja dan tiga pasien kelompok intervensi yang dirawat di ruang Mawar untuk melakukan kontrak pertemuan esok harinya agar mengikuti pre-test sekaligus meliput data demografi terkait dengan data pasien. Data demografi hasil wawancara dengan pasien akan divalidasi oleh peneliti dengan mengecek kembali data demografi pasien yang tertera di buku catatan status pasien untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan pasien dalam menyampaikan informasi terkait dengan gangguan jiwa yang dialaminya. Keesokan harinya maka pre-test dilakukan untuk melakukan penilaian kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri pasien. Universitas Sumatera Utara Pre-test selesai dilakukan selama 4 hari dengan sistem bertingkat artinya, pada hari pertama pre-test dilakukan untuk 3 orang kelompok kontrol dan 3 orang kelompok intervensi. Hal ini memudahkan peneliti untuk membandingkan kelompok kontrol dan kelompok intervensi agar perbandingan waktu antar pasien sama. Pre-test dilakukan secara perorangan pada setiap pasien dan berlangsung sekitar 30 menit untuk setiap orang. Pada hari yang sama setelah pre-test selesai dilakukan maka peneliti melakukan kontrak pertemuan untuk kelompok intervensi agar bersedia diberikan intervensi strategi pelaksanaan komunikasi sementara kelompok kontrol tidak karena tidak diberikan intervensi hanya saja pada tahap pelaksanaan tetap diobservasi oleh peneliti. Setelah pre-test selesai dilakukan, maka peneliti mengumpulkan data. Pada hari yang sama, peneliti juga melakukan kontrak seperti awal pada pasien yang ke 4 sampai ke 6 untuk masing-masing kelompok kontrol dan intervensi uuntuk melakukan pre-test sekaligus melakukan kontrak dengan pasien kelompok intervensi untuk menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi esok harinya sebagai hari pertama dimulainya intervensi. b. Pelaksanaan strategi pelaksanaan komunikasi Pelaksanaan dilakukan setelah peneliti dan atau asisten peneliti menyamakan persepsi tentang pemberian asuhan keperawatan jiwa dengan strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah melalui pelatihan asisten peneliti untuk mengobservasi Universitas Sumatera Utara apakah sudah atau belum dilakukan. Peneliti mengobservasi kegiatan yang dilakukan pasien hanya dalam jangka waktu satu minggu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan peneliti dengan pertimbangan ketersedian waktu yang ada. Pada tahap pelaksanaan, kelompok intervensi diberikan strategi pelaksanaan komunikasi. Setiap sesi menghabiskan waktu sekitar 30-40 menit per orang. Pada prosesnya, ada 4 orang pasien yang membutuhkan pengulangan 2 sampai 3 kali dengan hari yang berbeda pada sesi pertama dan 3 orang pada sesi kedua sehingga memakan waktu yang lebih banyak dibanding pasien lainnya. Akibatnya perhitungan observasi dimulai keesokan harinya setelah pasien benar-benar mampu melakukan setiap sesi dengan baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, peneliti tidak memberikan intervensi strategi pelaksanaan komunikasi hanya saja peneliti tetap mengobservsi kelompok kontrol. Pada pertemuan pertama, peneliti mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat dilakukan, membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan kemampuan pertama pasien , melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih, memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien dan menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Universitas Sumatera Utara Pada pertemuan kedua, peneliti mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih kemampuan kedua, menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. c. Posttest Setelah peneliti melakukan intervensi strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien selama seminggu , peneliti melakukan penilaian terhadap kemampuan dalam meningkatkan harga diri baik secara kognitif maupun psikomotor. Hasil yang diperoleh telah dianalisis untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi dalam meningkatkan harga diri setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi.

9. Analisa Data.