bagi kehidupan biota air. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang optimal setiap biota mempunyai batas toleransi yang berbeda beda. Secara umum, suhu
berpengaruh langsung terutama terhadap biota perairan berupa reaksi enzimatik pada organisme, namun tidak berpengaruh langsung terhadap struktur dan dispersi
hewan air. Pada daerah tropis termasuk Indonesia, suhu permukaan laut berkisar antara 28
o
C – 31
o
C dan pada daerah subtropis 15 C – 20
o
C Nontji, 1984 . Perubahan suhu dapat disebabkan adanya mesin pemanas dan pendingin,
atau akibat proses pengolahan limbah bahan organik oleh bakteri anaerob. Pembusukan anaerobik juga sebagian besar dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Jarang pembusukan terjadi didaerah titik beku, sedangkan tingkatan pembusukan terjadi kira-kira empat kali lebih besar pada suhu 27
o
C jika dibandingkan pada suhu 8
o
C. Air panas hasil buangan suatu industri akan meyebabkan penurunan oksigen terlarut. Sedangkan pembuangan air dingin dapat menyebabkan
terganggunya pertumbuhan mikroorganisme.
3. Kekeruhan
Kekeruhan dapat disebabkan karena adanya endapan, zat koloidal, zat organik yang terurai secara halus, jasad renik dan lumpur Mahida, 1992, serta
bahan bahan tersuspensi pada suatu bahan pencemar yang biasanya ditimbulkan oleh adanya bahan organik oleh buangan industri, debu, plankton atau organisme
lainnya. Nilai kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat penetrasi cahaya ke dalam air sehingga dapat mempengaruhi fotosintesis.
Selain itu kekeruhan akan mengganggu organ-organ pernafasan dan alat penyaring makanan dari organisme perairan yang dapat menyebabkan kematian
Wardoyo, 1981. Sampah industri dapat menambah sejumlah besar zat-zat organik yang menghasilkan kekeruhan. Air cucian dijalanan juga menambah kekeruhan,
semakin luar biasa kekeruhan semakin banyak limbahnya. Kekeruhan diukur dalam bagian-bagian persejuta dalam ukuran berat atau dengan milligram per liter, Namun
10
Universitas Sumatera Utara
ukuran tersebut umumnya terbatas pada air dan kadang kadang hanya dibuat untuk
limbah dan selokan. 4. Total Padatan Tersuspensi TSS
Total padatan tersuspensi merupakan materi atau bahan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan air terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang
dan komponen tersuspensi koloid Canter dan Hill, 1979 dalam Wardoyo, 1975. Total padatan tersuspensi terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-
jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa kedalam badan air. Masuknya padatan tersuspensi kedalam perairan dapat
menimbulkan kekeruhan
air. Menurut Mays 1996, Total Padatan Tersuspensi TSS adalah bahan-
bahan tersuspensi yang tertahan pada kertas saring millipore berdiameter pori 0,45
μm. Nilai total padatan tersuspensi merupakan salah satu parameter biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan
maupun di perairan. Total padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan mengurangi penetrasi
cahaya kedalam badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akan mengurangi pasokan
oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, secara langsung total padatan terlarut total dissolved solid yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan
karena tersaring oleh insang. Total padatan tersuspensi dapat memberikan pengaruh
yang luas dalam ekosistem perairan.
Menurut Fardiaz 1992, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya kedalam air, sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis
dan kekeruhan air juga semakin meningkat. Erosi tanah akibat hujan lebat dapat mengakibatkan naiknya nilai total padatan tersuspensi secara mendadak
Sastrawijaya,2000. Banyak mahluk hidup memperlihatkan toleransi yang cukup
11
Universitas Sumatera Utara
tinggi terhadap kepekatan total padatan tersuspensi, namun total padatan tersuspensi dapat menyebabkan penurunan populasi tumbuhan dalam air,hal ini
disebabkan oleh turunnya penetrasi cahaya kedalam air Connel dan Miller, 1995. Oleh karena itu penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis
perairan dan buangan domestik yang tercemar serta dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan.
Berdasarkan Kepmen-LH No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Total padatan tersuspensi sebesar 20 mg l.
5. Keasaman