5.2. Pembahasan
Dari uji Kruskal-Wallis terhadap erythrocyte basophilic stippling, dijumpai perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok sehingga layak
dilakukan penelitian mengenai pengaruh madu terhadap jumlah erythrocyte basophilic stippling mencit.
Uji Mann-Whitney menunjukkan terjadi penurunan yang signifikan erythrocyte basophilic stippling mencit antara kelompok yang diberi timbal dan
madu K3 dengan kelompok yang hanya diberi timbal K2. Hasil- hasil tersebut sesuai dengan penelitian dari Ganiswara, et al 1995 dalam Nelma 2005,
dimana pada pematangan eritrosit, Pb menyebabkan defisiensi enzim G-6PD dan penghambatan enzim pirimidin-5’-nukleotidase sehingga terjadi akumulasi
degradasi RNA pyrimidine nucleotides serta ribosom eritrosit yang ditandai dengan ditemukannya basophilic Stippling terdapat bintik biru atau bintik
basofilik pada eritrosit. Hal ini menyebabkan turunnya masa hidup eritrosit. Pada penelitian ini ditemukan pada kelompok mencit yang diberikan perlakuan timbal
asetat 20mgkgBB secara intraperitoneal selama 2 hari. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Kurniawati 1996 menyebutkan bahwa penelitian larutan timbal dapat
menyebabkan kerusakan eritrosit Kurniawati, 1996. Hal ini juga didukung oleh penelitian Wahyuni, 2000 yang menyatakan pemberian larutan timbal dapat
menurunkan nilai volume padat eritrosit PCV packed cell volume. Selain itu, Pb juga memberikan dampak negatif bagi proses eritropoesis
maupun pematangan eritrosit. Pb yang berikatan dengan eritrosit menyebabkan eritrosit menjadi rapuh terjadi kerusakan membran sel, mengurangi eritropoesis,
mengurangi masa hidup eritrosit matang, dan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik Lu, 1995
Menurut ATSDR 2003, Pb menyebabkan 2 macam anemia, yang sering disertai dengan eritrosit berbintik basofilik. Dalam keadaan keracunan timbal akut
terjadi anemia hemolitik, sedangkan pada keracunan timbal yang kronis terjadi anemia mikrositik hipokromik, hal ini karena menurunnya masa hidup eritrosit
Universitas Sumatera Utara
akibat interfensi logam timbal dalam sintesis hemoglobin dan juga terjadi peningkatan korproporfirin dalam urin.
Disamping itu, seperti yang diungkapkan oleh National Board Honey 2005, salah satu kelebihan madu yaitu sebagai sumber antioksidan. Penelitian
menunjukkan bahwa madu kaya akan antioksidan. Jumlah dan kandungan antioksidan sangat tergantung pada sumber nektarnya. Madu yang berwarna gelap
seperti madu manuka terbukti memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi daripada madu yang berwarna terang seperti madu akasia Suranto, 2007 dalam
Dewi, 2010.
Ekstrak fenol dari madu telah dibuktikan memberikan efek inhibisi kepada kerusakan okisidatif yang diakibatkan oleh radikal bebas pada eritrosit. Selain itu,
flavonoid dari kandungan madu juga menghambat hemolisis yang diakibatkan oleh radikal-radikal bebas tertentu. Efek proteksi dari madu dikarenakan flavonoid
yang bersifat lipofilik berikatan dengan membran sel eritrosit, dan akan berfungsi sebagai pelindung terhadap radikal-radikal bebas Blasa, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan