Koproporfiriinogen  III  memasuki  mitokondria,  selanjutnya  diubah menjadi  protoporfirinogen.  Dari  15  kemungkinan  isomer  hanya  satu  yang
dibentuk, yaitu protoporfirinogen IX. Proto porfirinogen IX dioksidasi oleh enzim protoporfirinogen  oksidase  menghasilkan  protoporfirin  IX.  Oksidasi  ini
mengahasilkan  ikatan  rangkap  terkonjugasi  yang  merupakan  ciri  porfirin.  Tahap akhir pembentukan heme adalah pemasukan ion ferro ke dalam protoporfirin yang
dikatalisir oleh enzim ferrokatalase Murray et al, 2003.
Gambar 2.3. Biosintesis hemoglobin Murray et al, 2003
2.2.4. Pematangan eritrosit
Sel  matang  adalah  sel  yang  telah  berdiferensiasi  mencapai  tahap  saat  sel tersebut telah memiliki kemampuan untuk melaksanakan segala fungsi khususnya.
Proses  dasar  pematangan  adalah  sintesis  hemoglobin  dan  pembentukan  suatu badan  kecil,  berbentuk  bikonkaf  tanpa  inti,  yakni  eritrosit.  Selama  pematangan
eritrosit,  terjadi  beberapa  perubahan  besar.  Volume  sel  berkurang,  dan  anak  inti mengecil  sampai  tidak  tampak  dengan  mikroskop  cahaya.  Garis  tengah  inti
berkurang dan kromatinnya tampak makin padat sampai inti terlihat piknotik dan akhirnya  didorong  keluar  dari  sel.  Terjadi  perubahan  jumlah  poliribosom  sifat
basofilik  berkurang  yang  diikuti  secara  bersamaan  oleh  peningkatan  jumlah
Universitas Sumatera Utara
hemoglobin  protein  asidofilik  di  dalam  sitoplasma.  Mitokondria  lain  berangsur menghilang.  Terdapat  tiga  sampai  pembelahan  sel  di  antara  proeritroblas  dan
eritrosit  yang  matang.  Perkembangan  eritrosit  semenjak  sel  pertama  yang  dapat dikenali  sampai  terjadinya  pelepasan  retikulosit  ke  dalam  darah  membutuhkan
waktu  sekitar  7  hari.  Hormone  eritropoeitin  dan  zat-zat  seperti  besi,  asam  folat, dan  sianokobalamin vitamin  B
12
penting untuk produksi eritrosit Juncqueira  L C  Carneiro J. H M Djauhari, 2003.
Gambar 2.4. Pematangan Eritrosit . Juncqueira L C  Carneiro J. H M Djauhari, 2003
2.2.5. Diferensiasi eritrosit
Diferensiasi  dan  maturasi  eritrosit  melibatkan  pembentukan  berturut- turut  proeritroblas,  eritroblas  basofilik,  eritrosit  polikromatofilik,  eritroblas
ortomatofilik normoblas, retikulosit, dan eritrosit. Sel  pertama  yang  dapat  dikenali  dalam  seri  eritroid  adalah  proeritroblas.
Proeritroblas adalah sel besar dengan kromatin berupa anyaman longgar, dan anak inti  yang  terlihat  jelas;  sitoplasma  sel  ini  bersifat  basofilik.  Tahap  selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
adalah  eritrosit  basofilik,  dengan  sitoplasma  basofilik  kuat  dan  inti  padat  tanpa terlihat anak intinya. Sifat basofilia kedua jenis sel ini desebabkan oleh banyaknya
poliribosom  yang  terlihat  dalam  sintesis  hemoglobin.  Selama  tahap  berikutnya poliribosom  berkurang  dan  sitoplasma  mulai  dipenuhi  hemoglobin.  Pada  tahap
ini,  pemulasan  menghasilkan  berbagai  warna  dalam  sel-eritroblas  kromatofilik. Pada  tahap  berikutnya,  inti  terus  memadat,  dan  tidak  ada  sitoplasma  basofilik,
yang  menghasilkan  suatu  sitoplasma  basofilik,  yang  menghasilkan  suatu sitoplasma  asidofilik-eritroblas  ortokromatofilik.  Pada  suatu  saat,  sel  ini
menjulurkan  suatu  rangkaian  penonjolan  sitoplasma  dan  mendorong  keluar intinya  yang  terbungkus  selapis  tipis  sitoplasma.  Sisa  sel  masih  mempunyai
sedikit  poliribosom  yang,  bila  dipulas  dengan  pewarna  “brilliant  cresyl  blue” pulasan  supravital,  akan  beragragsi  membentuk  jalinan  terpulas.  Inilah  sel
retikulosit, yang segera kehilangan poliribosomnya dan berubah menjadi eritrosit matang Juncqueira L C  Carneiro J. H M Djauhari, 2003.
Gambar  2.4.  Gambaran  eritrosit  normal  pada  mencit  dengan  pulasan  Giemsa Islamulhayati, Keman, S., Yudhastuti, R., 2005.
2.3. Madu