Upaya Penanggulangan Perdagangan Orang

Anak-anak dikirim ke luar negeri dengan alasan training atau pelatihan ternyata dipaksa bekerja di hotel, restoran, di kapal nelayan dan jermal tanpa gaji dan waktu istirahat.yang cukup. 5 Penculikan Anak perempuan remaja diculik saat pulang sekolah lalu dibius dan dipindahkan untuk kemudian dilacurkan. 6 Pengantin pesanan Korban dijanjikan untuk dinikahkan dengan warga negara asing namun kemudian oleh suaminya dijadikan pembantu rumah tangga dan terkadang dilacurkan. 7 Kawin kontrak Korban kawin kontrak dan dieksploitasi sebagai prostitusi oleh suami atau keluarga terdekat, untuk memperoleh imbalan dan memperbaiki ekonomi keluarga.

C. Upaya Penanggulangan Perdagangan Orang

Pemerintah dalam mencegah terjadinya suatu tindakan kejahatan pedagangan orang dalam masyarakat dapat di tempuh melalui dua upaya, antara lain : 1. Upaya Penal antara lain: Universitas Sumatera Utara Dalam menggunakan secara penal, tidak lain dengan cara menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana materil, hukum pidana formal maupun melalui sietem peradilan pidana untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Tujuan tersebut dalam jangka pebdek adalah dengan memasyaraktkan kembaliresosialisasi pelaku tindak pidana, dalam waktu jangka panjang adalah untuk mencegah kejahatan yang merupakan tujuan akhir untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian, hukum disini berfungsi ganda yakni yang primer sebagai sarana penanggulangan kejahatan yang rasional, data yang sekunder: ialah sebagai sarana pengaturan tentang kontrol sosial sebagaimana dilaksanakan secara spontan atau secara dibuat oleh negara dengan alat pelengkapnya. Dengan demikian upaya hukum yang bersifat penal, menitik beratkan pada sifat represif sesudah kejahatan terjadi, memiliki keterbatasan dalam membatasi masalah-masalah sosial. Upaya ini merupakan suatu usaha yang paling tepat karena memuat suatu peraturan yang mencantumkan pemidanaan. Hukum pidana ini dikatakan karena 44 a. Sanski pidana merupakan suatu sanksi yang sangat dibutuhkan : b. Sanksi pidana merupakan sarana yang terbaik atau merupakan alat yang terbaik dalam menghadapi kejahatan ultimatum remedium c. Walaupun disatu sisi sanksi pidana merupakan penjamin yang terbaik, disatu sisi lain merupakan pengancaman utama terhdapa kebebasan manusia. 44 Imelda Simbolon, Tinjauan Victimologi terhadapPerlindungan Korban Kekerasan Dalam rumah Tangga, Medan, USU, 2006, hal 94 Universitas Sumatera Utara Tindakan-Tindakan hukum merupakan tindakan represif yang bersifat mengadili, menjatuhkan hukuman terhadap pelaku tindak pidana dengan tujuan memperbaiki keadaan. Hal ini dapat dilihat dari tiga teori hukuman, yaitu : 1. Teori Absolut, atau disebut juga teori pembalasan ini dipelopori oleh Kant Hegel yang menyatakan bahwa : a. Hukuman adalah suatu konsekuensi daripada dilakukannya suatu kejahatan b. Sehingga bersifat mutlak, semua perbuatan yang ternyata berlawanan dengan keadilan, harus menerima pembalasan Sedangkan menurut Leo Polak, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menjatuhkan hukuman, yaitu : a. Perbuatan yang dilakukan dapat dicela sebagai suatu perbuatan yang bertentangan dengan etika, yaitu bertentangan dengan kesusilaan dan tata hukum objektif b. Hukuman hanya boleh memperhatikan apa yang sudah terjadi, tidak boleh dijatuhkan dengan suatu maksud preventif c. Beratnya hukuman harus seimbang dengan beratnya delik Hal ini ditolak oleh Gerson W. Bawengan dengan alasan : 45 a. Tidak ada yang absolut di dunia, kecuali Tuhan Yang Maha Esa b. Pembalasan adalah realisasi dari emosi, pemberian pemuasan emosional kepada pemegang kekuasaan dan merangsang kearah sifat-sifat sadistis sentimentil 45 Syafruddin Husein, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Penanggulangannya, FH USU, 1999, hal 9 Universitas Sumatera Utara c. Tujuan hukuman dalam teori adalah hukuman itu sendiri 2. Teori Relatif Teori relatif ini disebut juga teori tujuan yakni hukuman itu adalah suatu cara untuk mencapai tujuan yang lain dari penghukuman itu sendiri. Tujuan hukuman tersebut, yakni : a. Untuk melindungi ketertiban b. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum c. Agar umumnya tidak melakukan kejahatan d. Agar tidak mengulangi perbuatan pelanggaran hukum lagi Disamping hal itu, hukuman yang memuat 2 sifat yaitu : a. Prevensi umum ialah orang akan menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan b. Prevensi khusus adalah untuk mencegah orang yang telah dijatuhi hukuman tidak memulai perbuatannya. 3. Teori Gabungan Hukuman hendaknya didasarkan atas tujuan pembahasan dengan mempertahankan ketertiban masyarakat yang ditetapkan dengan kombinasi dan menitikbertakan salah satu unsurnya, tetapi menghilangkan unsur yang lain maupun pada semua unsur yang telah ada. 46 Jika diperhatikan terhadap ketentuan hukum lebih dari cukup ketentuan tersebut untuk menjerat pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Apalagi sanksi yang mengancamnya juga sudah cukup menjanjikan untuk 46 Ibid, hal 10 Universitas Sumatera Utara membuat takut dan jera bagi pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga tersebut. Namun hal ini bergantung pada ”kesiapan sang Hakim” untuk mengimplementasikan ketentuan yang ada secara semaksimal mungkin untuk menentukan dan merumuskan hukum baru dengan berpedoman kepada ketentuan hukum yang sudah ada sebelumnya untuk menutupi kelemahan dan kekosongan hukum dari undang-undang yang berlaku demi tercapainya rasa keadilan dan kepastian hukum, terutama bagi korban. 47 1 Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan keluarga wajib mencegah terjadinya tindak pidana perdagangan orang. Upaya yang dilakukan dengan kebijakan Penal, pemerintah untuk mencegah perdagangan orang bersama-sama aparat instansi terkait, mulai aparat kelurahandesa, Imigrasi, Kepolisian, Penggerak Jasa Tenaga Kerja PJTKI, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM turut mengambil peran dalam upaya Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang TPPO, diatur pada pasal 57 KUHP yaitu: 2 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat kebijaksanaan, program, kegiatan dan mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan pencegahan dan penanganan masalah perdagangan orang. Yang dimaksud pemerintah penjelasan pasal 57 UU PTPPO adalah instansi yang menjalankan urusan antara lain adalah :Bidang pendidikan,.Pemberdayaan perempuan,Ketenagakerjaan.,Hukum dan HAM.,Komunikasi dan informasi.dll 47 Edi Yunara, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Berikut Studi Kasus, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005, hal 13 Universitas Sumatera Utara Pada pasal 57 2, Pemerintah membentuk gugus tugas yang beranggotakan wakil wakil pemerintah, penegak hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi dan peneliti akademisi Kordinasi antara penegak hukum dan instansi terkait dalam penanganan kasus perdagangan orang, tujuannya untuk melindungi korban dan mengakkan hukum, dan keadilan, pemerintah telah melakukan upaya-upaya antara lain: 1. Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 2008 pasal 17 tentang Pusat Pelayanan Terpadu, yang mengatur kepentingan pemulangan saksikorban, Menteri Luar negeri mewajibkan melakukan kordinasi dengan instansi ytrkait lainnya ata dengan Pemerintah Daerah. 2. Peraturan Menteri Luar Negeri pasal 18 nomr 9 tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Pelayanan di luar negeri 3. Pasal 52 UU PTTPO, PP nomor 9 tahun 2008, pemerintah wajib memberikan rehabilatsi kepada korban rehabilatsi kesehatan, rehabilatsi sosial, pemulangan,reintegrasi 4. Menerbitkan Peraturan Daerah nomor 6 tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan trafficking Perempuan dan Anak 5. Menerbitkan Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2005 tentang Rencana Aksi Penghapusan Perdagangan trafficking Perempuan dan Anak 6. Kerjasama dan koordinasi antar penegak hukum dalam penanganan kasus- kasus perdagangan orang tidak hanya dengan penegak hukum melainkan juga dengan organisasilembaga yang bergerak di bidang pendampingan korban. 7. Perlu Unit Pelayanan Khusus Perempuan dan Anak di Kepolisian, untuk melindungi saksikorban di setiap Provinsi, Kabupaten Kota wajib dibentuk Universitas Sumatera Utara ruang pelayanan khusus pada kantor kepolisian setempat guna melakukan pemeriksaan di tingkat penyidikan bagi saksikorban tindak pidana perdagangan orang 48 8. Kerjasama dan koordinasi dengan Rumah Sakit Bayangkara untuk melaksanakan visum dan membantu pemulihan kesehatan korban. 9. Menghubungi Lembaga Swadaya Masyarakat guna membantu penjidik dan pendampingan korban selama dalam proses penyidik 10. Hakim hendaknya berani untuk memberikan vonis hukuman yang berat kepada pelakutersangka untuk mengurangi tindak pidana perdagangan orang. 11. Segera mengamankan barang bukti, saksi-saksi sehingga membuat terangmengungkap kasus tersebut. 2 Upaya Non Penal antara lain : Untuk kebijakan Non Penal lebih bersifat tindakan pebcegahan untuk terjadinga suatu kejahatan, dengan faktor-faktor kondusif penyebab tindak pidana perdagangan orang yaitu : a. Sosialiasi Peraturan Daerah tersebut dan Peratutan yang berkaitan seperti prsedur bekerja di luar negeri kepada masyarakat b. Sosialiasai dan kampanya trafficking ke tokoh agama, masyarakat, organisasi masyarakat atau LSM secara langsung c. Penyebarluasaan informasi melalui postersi d. Dialog inter aktif baik langsung maupun melalui media 48 Pasal 45 UU Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Nomor 24 tahun 2007 Universitas Sumatera Utara e. Publikasi di berbagai acara dan media, baik secara himbauan, pendekatan, pelibatan hingga perlombaan f. Membuat pola koordinasi penanganan trafficking dan mengimplementasika g. Membentuk dan mengoperasikan Tim Pengendalian Pemberangkatan dan Pemulangan TKI h. Melakukan rapat-rapat koordinasi antar stakeholdersanggota Tim dalam rangka upaya pencegahan i. Melakukan kerjasama kegiatan dan memperkuat singergritas serta penyamaan persepsi untuk uapaya pencegahan j. Ceramah-ceramah agama yang melibatkan semua komponen masyarakat k. Mengadakan kegiatan-kegiatan seperti olahraga dan seni, maupun kegiatan positif lainnya Mendorong Daerah, Provinsi, Kabupaten dan pihak-pihak berwenang dalam pembantuan aktivitas keluar masuk orangbarang baik dijalur resmi maupun jalur non resmi Reintegrasi korban, yaitu : a. Penguatan terhadap korban b. Sosialiasasi kepada masyarakat dalam upaya penerimaan korban kembali ke masyarakatkeluarga c. Pendekatan terhadap keluarga korban untuk kesiapan keluarga menerima korban kembali d. Melakukan pemulangan korban ke daerah asal e. Melakukan kerjasama antar stakeholders dalam upaya reintegrasi korban Penataan masa depan korban, ialah : Universitas Sumatera Utara a. Pelatihan ketrampilan bagi korban b. Bantuan modal usahaperalatan c. Melakukan kordinasi dan kerjasama dalam upaya membantu korban untuk menata kehidupannya Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISA PUTUSAN PENGADILAN TINGGI

A. Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai No : 309Pid.B2008PN-TB

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 43 146

Analisa Hukum Pidana Terhadap Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan Tentang Membantu Melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Analisa Putusan Pengadilan Tinggi Medan No :743/pid/2008/PT-Mdn)

0 71 97

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139

Persepektif Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Tentang Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat Permanen

0 8 89