Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Keaslian Penulisan Judul skripsi ini adalah “ Analisa Hukum Pidana Tentang Membantu

Berdasarka penjelasan diatas, maka penulis akan melakukan studi analisa kasus pada memilih judul pembahasan : “ Analisa Hukum Terhadap Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan Tentang Membantu Melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang Analisa Putusan Pengadilan Tinggi Nomor : 743Pid2008PT-Mdn.”

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan hukum perdagangan orang di Indonesia 2. Bagaimana upaya penanggulangan perdagangan orang 3. Analisa kasus putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 743Pid2008PT- Medan

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peraturan-peraturan hukum perdagangan orang menurut Undang-Undang nomor 21 tahun 2007 2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan perdagangan orang 3. Analisa kasusu putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 743Pid2008PT- Medan

D. Manfaat Penulisan

Universitas Sumatera Utara Penulisan skripsi ini diharapakan dpat memberi manffat untuk : 1. Manfaat teoritis Penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan tindak pidana membantu perdagangan orang yang dewasa ini banyak terjadi. Dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum di Indonesia 2. Manfaat secara praktis Secara praktis,penulisan skripsi ini dapat memberikan pengetahuan tentang kasus-kasus tindak pidana perdagangan orang yang terjadi dewasa ini dan bagaimana upaya pencegahan sehingga kasus-kasus tindak pidana perdagangan orang tidak akan terjadi lagi. Dan juga sebagai pedoman dan masukan baik bagi aparat penegak hukum maupun masyarakat umum dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah dalam memberantas tindak pidana perdagangan orang.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Putusan Banding

Dalam huku m, banding artinya proses menentang keputusan hukum secara resmi. Prosedur banding, termasuk apakah seorang terdakwa memiliki hak banding, berbeda-beda di setiap negara. Di Indonesia banding diajukan di Pengadilan Tinggi yang terletak di ibukota provinsi. jika banding dimohonkan perkara menjadi mentah kembali. Banding Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh pihak yang berkepentingan pihak yang dikalahkan oleh putusan Pengadilan Negeri. Pihak yang mengajukan banding adalah pihak yang berkepentingan.Hal ini berarti,bahwa pihak yang dikalahkan yaituyang gugatantannya dititolak atau dikabulkan sebagian atau yang gugatannya tidak diterima atau ditolak.Banding untuk melengkapi bila putusan PN pengadilan Negeri itu salah atau kurang tepat dan menguatkan putusan PN jika putusan PN benar. Tenggang waktu banding adalah 14 hari semenjak pengumuman putusan PN. 2 Pengertian pidana dan tindak pidana Ada beberapa pengertian pidana menurut sarjana-sarjana yaitu : a Sudarto mengatakan yang dimaksud dengan pidana adalah “ Penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbutan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. 6 b Van Hamel menyatakan arti pidana atau straf adalah suatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas norma negara sebagai penanggung jawab ketertiban hukum umum bagi seorang pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut telah malanggar suatu perauran hukum yang harus ditegakkan. 7 6 Muladi dan Barda Nawawi Arief,Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 1992, hal 2 7 P.A.F.Lumintang, HukumPenitentier Indonesia, Bandung, 2002, hal 34 Universitas Sumatera Utara c Menurut Simon, pidana atau straf adalah suatu penderitaan yang oleh undang- undang pidana telah dikaitkan dengan pelanggaran terhadap suatu norma yang dengan suatu putusan hakim dijatuhkan bagi seseorang yang bersalah. 8 c Pidana dikenakan pada seseorang yang telah melakukan tindak pidana menurut undang-undang. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pidana mengandung unsur-unsur sebagai berikut : a Pidana pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan. b Pidana diberikan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai kekuasaan oleh yang berwenang. 9 Dalam rumusannya straffbaar feit adalah “tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannyadan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum”. 10 1. Untuk adanya suatu straafbaar feit diisyaratkan bahwa disitu terdapat suatu tindakan yang dilarang ataupun yang diwajibkan dengan undang-undang dimana pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban seperti itu telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum; Alasan dari Simons mengapa harus dirumuskan seperti diatas karena : 8 Ibid, hal 34 9 Muladi Barda Nawawi Arief, ibid,, hal 4 10 .S.T. Kansil Chistine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cetakan I, Jakarta; PT. Pradnya Paramita, 2004, hal.37 Universitas Sumatera Utara 2. Agar suatu tindakan seperti itu dapat dihukum maka tindakan itu harus memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan dengan undang- undang; 3. Setiap straafbaar feit sebagai pelanggaran terhadap suatu larangan atau kewajiban menurut undang-undang itu, pada hakikatnya merupakan tindakan melawan hukum atau suatu onrechmatige handeling. Sifat melawan hukum timbul dari suatu kenyataan bahwa tindakan manusia bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, hingga pada dasarnya sifat tersebut bukan suatu unsur dari delik yang mempunyai arti tersendiri seperti halnya dengan unsur lain. b Pengertian Tindak Pidana Dalam hukum pidana, istilah tindak pidana berasal dari hukum pidana Belanda yaitu: Starfbaar feit, demikian juga dalam Wvs Hindia Belanda, tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan stafbaar feit, Oleh karena itu, para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan istilah itu. Sayangnya sampai kini belun ada keseragaman pendapat. 11 a Pompe, Para ahli memberikan arti dari istilah terrsebut yaitu : 12 11 Adami Chazawi, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori, Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidanan, Raja Grafindo Persada, 2002, Hal 67 merumuskan Strafbaar feit adalah suatu pelanggaran kaidah penggangguan ketertiban hukum,terhadap nama pelaku , mempunyai kesalahan Universitas Sumatera Utara untuk pemidanaan adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin kesejahteraan umum, b Van Hamel 13 c Kepustakaan hukum pidana juga sering menggunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana, atau perbuatan pidana atau tindak pidana. merumuskan Strafbaar feit sama dengan yang dirumuskan Simons, hanya menembahkan dengan kalimat “ tundakan mana bersifat dapat dipidana 14 e Menurut Ruslan Saleh, menggunakan istilah perbuatan pidana, misalnya dalam bukunya yang berjudul “Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. 15 Bahwa ketika undang-undang memformulasikan berbagai bentuk tindak pidana serta unsur-unsurnya, maka dalam bagian umum pada suatu undang- undang dalam hukum pidana ,untuk menyatakan bersalah menurut hukum pidana menjatuhkan sanski pidana pada seseorang yang tidak memenuhi persyaratan umum tentu akan sulit. Tetapi tetap dapat mengandaikan sistem unsur-unsur perumusan tindak pidana pada pihak lain, sebagaimanan fiuraikan lebih lanjut melalui doktrin dan putusan-putusan pengadilan falam prateknya berfungsi dengan cukup baik sehingga tidaj menimbulkan banyak konflik 16 Analisa hukum pidana merupakan sebuah proses menganalisa ketentuan- ketentuan hukum pidana yang ada beserta segala sesuatu yang terkait didalamnya. 12 Pompe, Handboek vh Ned Strafrecht, hal 1 13 Van Hamel,Inleiding td Studies vh Ned Sr, dalam buku E,Y Kamter dan S.R Sianturi, hal 205 14 Bambang Poernomo,Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, 1985, hal 90 15 Ibid 16 Jan Remelink, Hukum Pidana, Gramedia, Jakarta, 2003, Hal 85. Universitas Sumatera Utara Ketentuan hukum pidana ini juga mempunyai pengertian yang berdekatan dengan sistem hukum dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan dalam arti sebagai suatu usaha guna mengendalikan kejehatan agar berada dalam batas-batas toleransi masyarakat 17 Salah satu aspek hukum pidana bermaksud melindungi kepentinganbenda hukum dan hak asasi manusia dengan merumuskan norma-norma perbuatan yang dilarang, namun dilain pihak hukum menerapkan sanksi pidanatindakan kepada pelanggar norma. Sifat paradoksal hukum pidana ini sering digambarkan dengan ungkapan yang sangat terkenal “ Perlindungan benda hukum melalui penyerangan benda hukum, oleh karena itu sering dikatakan, bahwa ada sesuatu yang menyedihkan dalam hukum pidana, sehingga hukum pidana sering dinyatakan sebagi “ pedang bermata dua”. . 18 17 Mardjono Reksodipotro, Hak Asasi Dalam Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Universitas Indonesia, 1977, hal 8 18 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum Pidana. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1998, hal 17 Hermien Hadiati Koeswadji, mengatakan bahwa fungsi hukum pidana dalam masyarakat yang sedang mengalami proses modernisasi atau proses berkembang erat kaitannya dengan kegunaan hukum dalam proses tersebut. Kegunaan itu pada a Membentuk hukum baru b Memperkuat hukum yang sudah ada Universitas Sumatera Utara c Memperjelas batasan ruang lingkup fungsi hukum yang sudah ada, Hal ini sangat bergantung pada hakikat dan fungsi hukum dalam masyarakat yang bersangkutan 19 Beberapa ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pradilan Umum, pada pasal 4 . Rumusan-rumusan yang diberikan para sarjanan tersebut tebtunya ada perbedaan satu sama lin, walaupun pada intinya memberikan suatu rumusan yang nenyatakan perbuatan itu merupakan perbuatan yang melawan hukum

3. Yang dimaksud Pengadilan Tinggi

Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Dua Atas Undang-Undang nomor 2 tahun 1986 Tentang Peradilan Umum yaitu: “Pengadilan adalah pengadilan negeri dan pengadilan tinggi di lingkungan peradilan umum.” Selanjutnya pada pasal 1 ayat 2 Undang-Undang nomor 49 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum menyatakan bahwa Hakim adalah hakim pada pengadilan negeri dan hakim pada pengadilan tinggi. 19 Hermien Hadiati Koeswadji, Perkembangan Macam-Macam Pidana Dalam Rangka Perkembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Adtya Bakti, 1995, hal 121 Universitas Sumatera Utara ayat 2 menyatakan bahwa :Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibukota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi Pada Bab III Undang-Undang nomor 2 tahun 1986, pasal 50 menyatakan bahwa Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidan dan perkara perdata di tingkat pertama. Pasal 51 ayat 1 Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan perkara perdata di tingkat banding. Perkara banding diajukan di Pengadilan Tinggi yang berkedudukan di ibukota Provinsi dimohonkan perkara oleh pihak yang berkepentingan atau pihak yang dikalahkan oeh putusan Pengadilan Negeri, tenggang waktu banding 14 hari sejak di putuskan oleh putusan Pengadilan Negeri.

4. Pengertian membantu melakukan

Berdasarkan fakta hukum pada pasal 4 jo pasal 10 Undang-Undang Tindak Pidana Perdagangan orang nomor 21 tahun 2007, yaitu membantu melakukan, memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : 1. unsur setiap orang 2. unsur membantu atau melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang 3. unsur membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi diluar wilayah negara Republik Indonesia. ad. 1. Unsur “setiap orang” Universitas Sumatera Utara Bahwa yang dimaksud dengan “setiap orang” adalah orang perseorangan atau korporasi yang melakukan tindak pidana perdagangan orang, bahwa yang tentang kemampuan bertanggung jawab ditegaskan dalam memorie van toelichting MvT, bahwa setiap orang secara historis kronologis merupaka subjek hukum yang dengan sendirinya telah melekat dengan kemampuan bertanggung jawab, kecuali secara tegas undang-undang menentukan lain, serta identitas lainnya sama dengan yang tersebut dalam surat dakwaan, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta dapat menjawab dengan tanggap. a.d. 2 Unsur membantu membawa Warga Negara Indonesia ke luar Wilayah Negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar Wilayah Negara Republik Indonesia ; Yang dimaksud dengan eksploitasi ialah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplatasi organ danatau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan Pasal 4 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang nomor 21 tahun 2007 menyatakan bahwa “ Setiap orang yang membawa orang Indonesia ke luar wilayah Republiik Indonesia dengan maksud untuk di eksploitasi di luar wilayah negara Republik Indonesia dipidana dengan penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana Universitas Sumatera Utara denda paling sedikit Rp 120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp 600.000.000,00 enam ratus juta rupiah. Memperhatikan dalam tindak pidana perdagangan orang, pasal 546 RUU KUHP Tahun 2006, jika dirinci terdiri dari 3 bagian yaitu: 1. Setiap orang yang melakukan: perekrutan, pengiriman, penyerah terimaan orang; 2. Dengan menggunakan: kekerasan atau ancaman kekerasan, penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfaatan posisi kerentanan, atau penjeratan utang; 3. Untuk tujuan: mengeksploitasi, atau perbuatan yang dapat tereksploitasi orang tersebut. 20 5 Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang Ada beberapa definisi mengenai pengertian perdagangan orang yang diatur dalam berbagai konvensi dan aturan- aturan lainnya yaitu : a Pasal 1 ayat 1 Bab I tentang Ketentuan Umum Undang Undang nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang menyebutkan “ Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangjutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, 20 www.usembassyjakarta.go.html , Departemen Luar Negeri AS: Laporan Mengenai Perdagangan Manusia, diakses Jumat, pada tanggal 9 Maret 2009 20.25 WIB. Universitas Sumatera Utara penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang terekspolitasi” b Menurut Traffiking Victims Protection Act TVPA, Undang- undang Perlindungan Korban Perdagangan Orang Amerika Serikat, menyebutkan perdagangan orang adalah: a perdagangan seks, dimana tindakan seks komersil diberlakukan secara paksa dengan cara penipuan, atau kebohongan atau dimana seseorang diminta secara paksa melakukan suatu tindakan sedemikian, belum mencapai usia 18 tahun atau b merekrut, menampung, mengangjut, menyediakan atau mendapatkan seseorang, untuk bekerja atau memberikan pelayanan melalui paksaan, penipuan atau kekerasan untuk tujuan penghambaan, penjerataan hutang atau perbudakan. 21 “Perdagangan orang adalah rekruitmen, transportasi, pemundhan, penyembunyian, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, posisi rentan, ataupun menerima bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut, untuk c Menurut Majelis Umum PBB nomor 49166 tahun 2000 bahwa: 21 httpwww.elsam.or.idweblog, diakses Minggu, 29 Januari 2012 15.00 WIB. Universitas Sumatera Utara kepentingan eksploitasi yang secara minimal termasuk ekspolitasi lewat prostitusi atau bentuk-bentuk ekspolitasi seksuallainnya, kerja atau peleyanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek lain yang serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ-organ tubuh.” 22 1 Adanya tindakan atau perbuatan, seperti perekrutan, transportasi, pemindahan, penempatan dan penerimaan orang. d Pasal 1 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara nomor 6 tahun 2004, tentang Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan danAnak, menyatakan bahwa: “Perdagangan manusia adalah tindak pidana atau perbuatan yang memenuhi salah satu perbuatan yang memenuhi salah satu unsur-unsur perekrutan, pengiriman, penyerahterimaan perempuan dan anak dengan menggunakan kekerasan, penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfaatan posisi rentan atau penjeratan hutang untuk tujuan dan atau berakibat mengeksploitasi perempuan dan anak” Dari definisi-defenisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur perdagangan orang adalah sebagai berikut” 2 Dilakukan dengan cara, menggunakan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaan lain, penculikan, tipu daya, penyalahgunaan kekuasaan, pemberian atau penerimaan pembayarankeuntungan untuk memperoleh persetujuan. 22 ACILS-IMC-USAID, Panduan Penanganan Anak Korban Perdagangan Manusia, Bandung: Lembaga Advokasi Hak Anak, 2003, hal 1 Universitas Sumatera Utara 3 Ada tujuan dan maksud yaitu untuk tujuan skspolitasi dengan maksud mendapatkan keuntungan dari orang tersebut. 23 Dari pengertian tindak pidana perdaangan orang dapat dirinci hal-hal penting sebagai berikut : 1 Bahwa tindak pidana perdagangan orang merupakan delik formal, karena mendeskripsikan tindakan yang dikategorikan sebagai tindak pidana perdagangan orang 2 Tindak pidana perdagangan orang dilakukan dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfataan posisi rentan atau penjeratan utang. 3 Sanksi yang diancam lebih berat dibandingkan dengan pasal 297 KUHP. Sanksi diancam dengan pidana minimal dan pidana maksimal termasuk denda 4 Kejahatan pada tahapan-tahapan tersebut bilamana belum dapat dikategorikan sbagai tarfiking, maka dapat diancam dengan pasal 295, 296, 297, dan 506 KUHP. 24

F. Keaslian Penulisan Judul skripsi ini adalah “ Analisa Hukum Pidana Tentang Membantu

Tindak Pidana Perdagangan Orang Analisa Putusan Pengadilan Tinggi Medan nomor : 743Pid2008PT-Medan.” 23 Ibid, hal 11 24 Penanganan Kasus-Kasus Trafiking Bersfektif Gender Oleh Jaksa dan Hakim, USAID, Malang: Penerbit IKIP, 2006, hal 41 Universitas Sumatera Utara Adalah membahas tentang putusan kasus tindak pidana membantu perdagangan orang. Sepengetahuan penulis, judul ini belum ada yang membahasnya, tidak ada kesamaan judul skripsi dengan judul-judul skripsi sebelumnya, dan apbila ternyata dikemudian hari terdapat juduk dengan pembahasan yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab terhadap skripsi ini.

G. Metode Penulisan

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 43 146

Analisa Hukum Pidana Terhadap Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan Tentang Membantu Melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Analisa Putusan Pengadilan Tinggi Medan No :743/pid/2008/PT-Mdn)

0 71 97

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139

Persepektif Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Tentang Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat Permanen

0 8 89