BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal di Indonesia dewasa ini berkembang dengan baik yang dapat terlihat dari adanya sekitar 400-an perusahaan yang telah go public pada akhir
tahun 2009 dimana sebagian besar dari perusahaan go public tersebut menjadikan pasar modal sebagai suatu lembaga alternatif dalam menghimpun dana dari
investor untuk pengembangan perusahaan ke depannya. Salah satu instrumen keuangan pasar modal yang paling banyak digunakan
oleh perusahaan go public adalah saham. Saham merupakan selembar kertas yang berisi tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan terbatas. Keuntungan yang dimiliki investor yang menanam investasinya dalam bentuk saham dapat berupa capital gain kenaikan harga
saham dan dividen. Harga saham merupakan suatu nilai saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, dimana
perubahan harga saham ini banyak ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar modal. Oleh karena itu dapat dikatakan juga
bahwa harga saham emiten menunjukkan nilai penyertaan investor dalam perusahaan dan nilai perusahaan di mata masyarakat. Nilai suatu perusahaan dapat
diketahui dengan mengalikan harga saham emiten dengan jumlah lembar saham yang telah diterbitkan emiten. Kekuatan permintaan dan penawaran di pasar
modal yang mempengaruhi perubahan harga saham disebabkan oleh beberapa
Universitas Sumatera Utara
faktor eksternal seperti tingkat suku bunga, tingkat resiko, laju inflasi, kebijakan pemerintah, keadaan makro ekonomi, politik keamanan suatu negara. Sedangkan
faktor internal yang berpengaruh terhadap kekuatan permintaan dan penawaran ini adalah kinerja keuangan perusahaan bersangkutan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh investor dalam menentukan pilihan dalam berinvestasi saham. Kinerja umumnya
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Oleh karenanya analisis kinerja keuangan penting untuk dilakukan
oleh investor mengingat resiko dan jumlah dana yang akan diinvestasikan cukup besar. Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan informasi
keuangan yang berasal dari laporan keuangan emiten yang bersangkutan. Informasi keuangan ini haruslah akurat dan bebas dari salah saji agar dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam menentukan pilihan investasi. Contoh alat yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan
adalah analisis rasio keuangan. Melalui rasio-rasio keuangan ini, pemakai informasi keuangan dapat mengetahui kondisi dan posisi keuangan perusahaan,
serta kinerja ekonomis perusahaan di masa depan. Kemudian dengan mengasumsikan investor adalah pelaku yang rasional, maka aspek fundamental
akan menjadi dasar penilaian yang sangat berharga. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa nilai keseluruhan saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya
nilai intrinsik pada saat itu saja, namun juga merupakan harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan perusahaan di kemudian hari.
Kinerja keuangan bank yang baik umumnya akan meningkatkan nilai saham bank
Universitas Sumatera Utara
tersebut, dan sebaliknya apabila kinerja keuangan bank buruk maka hal ini akan mempengaruhi nilai saham bank tersebut karena hilangnya kepercayaan dari
investor. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur melalui rasio likuiditas yaitu loan to deposit ratio LDR, rasio kualitas aset yaitu non-peforming loan
NPL, rasio solvabilitas yaitu capital adequacy ratio CAR, rasio profitabilitas yaitu return on equity ROE dan earning per share EPS. Penggunaan rasio
keuangan diatas dinilai peneliti memiliki korelasi yang positif terhadap harga saham.
Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya Kasmir,2009:229. Rasio solvabilitas
bank diukur melalui rasio Capital Adequacy Ratio CAR. CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan
sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin besar CAR maka akan semakin besar daya tahan bank dalam
menghadapi penyusutan aset bank yang timbul karena adanya aset yang bermasalah. Jika CAR suatu bank tinggi, kepercayaan masyarakat terhadap bank
tersebut akan semakin besar sehingga akan meningkatkan nilai saham bank tersebut. Namun penelitian oleh Fanny 2009 dan Helena 2010 menunjukkan
bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Rasio kualitas asset diukur melalui rasio Non Performing Loan NPL. NPL
merupakan indikator penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
610PBI2004, semakin tinggi nilai NPL di atas 5 maka bank tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara
sehat. NPL yang tinggi akan menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba akan membuat investor menarik investasinya sehingga
harga saham akan turun. Namun penelitian oleh Fanny 2009 menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan Kasmir,2009:229. Rasio profitabilitas diukur melalui rasio Return On Equity ROE dan Earning Per Share EPS. ROE menunjukkan kemampuan
bank dalam menghasilkan laba kepada pemegang saham dengan menggunakan modal yang dimiliki. Semakin tinggi nilai rasio ROE maka akan semakin efektif
perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham. Laba yang tinggi kemudian akan meningkatkan harga saham bank. Penelitian oleh Juventus 2007
menunjukkan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun penelitian oleh Fanny dan Lina Surya Kie menunjukkan bahwa ROE tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan EPS merupakan ukuran yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba per lembar saham bagi pemiliknya pemegang saham. Semakin besar EPS suatu perusahaan, maka semakin menguntungkan dan
menarik investasi pada perusahaan tersebut. Semakin menguntungkan suatu investasi, maka semakin tinggi harga saham perusahaan tersebut. Namun
penelitian oleh Lina Surya Kie menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Universitas Sumatera Utara
Rasio likuiditas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat
ditagih Kasmir,2009:229. Rasio likuiditas diukur melalui rasio Loan to Deposit Ratio LDR. LDR menunjukkan perbandingan jumlah antara jumlah kredit yang
diberikan oleh bank terhadap dana yang diterima oleh bank. Semakin besar jumlah kredit yang diberikan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat
likuiditas bank yang bersangkutan, namun diharapkan bank akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi pula. Hal ini akan mempengaruhi penilaian investor
dalam mengambil keputusan investasinya sehingga hal ini akan mempengaruhi harga saham bank tersebut. Penelitian oleh Fanny 2009 menunjukkan bahwa
LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Helena 2009 yang
menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai 2007. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah 1 periode tahun penelitian dimana periode penelitian terdahulu adalah 2005 sampai 2007, sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan periode 2007 sampai 2009 dimana selama periode ini terjadi suatu krisis keuangan di Amerika Serikat yang berdampak pada pasar modal di
Indonesia yang sampai anjlok 41. 2 variabel independen yang digunakan penelitian terdahulu yaitu Cash Ratio CR, Return On Asset ROA, Capital
Adequacy Ratio CAR sedangkan variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan
Universitas Sumatera Utara
NPL, Return On Equity ROE, Earning Per Share EPS, dan Loan to Deposit Ratio LDR.
Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui sampai sejauh mana rasio-rasio keuangan yang dipilih peneliti akan mempengaruhi harga
saham pada periode dimana terjadinya suatu krisis keuangan yang berdampak terhadap pasar modal di Indonesia. Pemilihan rasio keuangan di atas juga
didasarkan atas suatu fenomena yang terjadi pada bank century atau sekarang bernama bank mutiara dimana pada tahun 2008 rasio CAR -22,29, rasio NPL
10,42, rasio ROE -981,63, rasio EPS -256,83, dan rasio LDR 93,16 yang kemudian membuat harga saham bank century jatuh dari Rp 68 pada tahun 2007
menjadi 1 sen rupiah per lembar saham ketika dibeli oleh Lembaga Penjamin Simpanan LPS.
Berdasarkan fenomena dan kondisi di atas serta adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian, menbuat peneliti tertarik untuk meneliti kemungkinan kinerja
keuangan akan mempengaruhi harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Oleh karena itu, peneliti akan menuangkannya di dalam sebuah
karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia BEI”
B. Perumusan Masalah