perkebunan, dapat pula masuk ke dalam kriteria ini asalkan ruas jalannya terbuka bagi lalu lintas umum.
e. Ruas jalan utama antar kabupaten bisa dimasukkan apabila tidak ada jalan
negarapropinsi yang memadai untuk jalur tersebut. 2.
Mengeliminasi ruas jalan negarapropinsi yang berada di wilayah kabupaten karena penanganannya tidak termasuk ke dalam program penanganan jalan
kabupaten. 3.
Berdasarkan kedua tahapan tersebut maka akan diperoleh ruas-ruas jalan strategis untuk ditangani, yaitu 1 Pargaulan–Bahal Imbalo, 2 Siabaksa-
Bakkara, 3 Siborboron – Bonan Dolok, 4 Onan Ganjang – Bonan Dolok, 5 Pangungkitan – Parlilitan, 6 Parbotihan – Pulo Godang, 7
Gonting Bulu - Simangaronsang 4.
Kemudian ruas-ruas jalan strategis yang ditentukan tersebut di atas ditentukan prioritas penanganannya dengan menggunakan metode AHP.
3.4. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab tujuan penelitian bagaimana menentukan prioritas penanganan jalan-jalan strategis di Kabupaten Humbang Hasundutan maka dilakukan
dengan metode AHP. Berdasarkan pengolahan data dengan metode AHP ini, selanjutnya diperoleh ranking urutan prioritas penanganan jalan-jalan strategis di
Kabupaten Humbang Hasundutan.
Bentuk umum dari model AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah AHP untuk analisis rasio manfaat-biaya benefit cost ratio. Analisis rasio manfaat -
biaya dilakukan dengan membandingkan prioritas manfaat menyeluruh terhadap prioritas biaya menyeluruh Mulyono Sri, 1996. Hasil perbandingan prioritas
manfaat menyeluruh terhadap prioritas biaya menyeluruh inilah selanjutnya digunakan untuk menentukan ranking prioritas penanganan jalan. Karena dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis rasio manfaat – biaya, maka dalam penelitian ini dibentuk model 2 dua hirarki. Hirarki pertama adalah hirarki yang
berhubungan dengan evaluasi manfaat benefit dari ruas jalan terpilih sesuai dengan kriteria yang digunakan dan hirarki kedua adalah hirarki yang berhubungan dengan
evaluasi biaya cost. Kemudian, kriteria manfaat yang digunakan untuk menetapkan prioritas
penanganan jalan-jalan strategis di Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri atas 4 empat sub-kriteria, yaitu;
1. Kemudahan Aksesibilitas antar Daerah KAD
2. Peningkatan Hubungan antar Daerah PHD
3. Kelancaran Transportasi Barang dan Orang KTBO
4. Penghematan Waktu Tempuh PWT
Secara lebih jelas Hirarki Evaluasi Manfaat dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kriteria biaya yang digunakan untuk menetapkan prioritas penanganan jalan-jalan
strategis di Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri atas 3 tiga sub-kriteria, yaitu;
1. Biaya Investasi BI
2. Biaya Operasional dan Perawatan Jalan BOP
3. Biaya Penanganan Lingkungan BPL
Secara lebih jelas Hirarki Evaluasi Biaya dapat dilihat pada Gambar 3.2
Kemudahan Aksesibilias
Antar Daerah
Peningkatan Hubungan
antar Daerah
Kelancaran Transportasi
Barang dan Orang
Penghematan Waktu
Tempuh
Pargaulan ‐ Bahal
Imbalo Siabaksa
‐ Bakkara Siborboron
‐ Bonan Dolok
Bonan Dolok ‐ Onan
Ganjang Pangungkitan
‐ Parlilitan
Parbotihan ‐
Pulogodang Gonting
Bulu ‐ Simangaronsang
MANFAAT
Tingkat 1 : Fokus Tujuan
Tingkat 2 : Kriteria
Tingkat 3 : Alternatif
Gambar 3.1. Hirarki Evaluasi Manfaat
BIAYA INVESTASI
BIAYA OPERSIONAL
DAN PERAWATAN
BIAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
Pargaulan ‐ Bahal
Imbalo Siabaksa
‐ Bakkara Siborboron
‐ Bonan Dolok
Bonan Dolok ‐ Onan
Ganjang Pangungkitan
‐ Parlilitan
Parbotihan ‐
Pulogodang Gonting
Bulu ‐ Simangaronsang
B I A Y A
Tingkat 1 : Fokus Tujuan
Tingkat 2 : Kriteria
Tingkat 3 : Alternatif
Gambar 3.2. Hirarki Evaluasi Biaya
Tahapan analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Persiapan data yaitu pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian dianalisis sehingga dapat menentukan kriteria dan sub kriteria dari model hirarki dengan
tujuan fokus adalah `penentuan prioritas penanganan jalan-jalan strategis di Kabupaten Humbang Hasundutan yang berguna untuk mengetahui urutan-urutan
data yang akan dinilai. Tahapan ini merupakan tahapan Decomposition Process. 2.
Untuk mendapatkan skor penilaian terhadap ruas jalan terpilih terhadap tiap sub kriteria dan kriteria, dilakukan penyebaran kuesioner terhadap responden
ahlikapabel dengan cara angket. Angket yang diperoleh merupakan jawaban tertulis dari responden ahli atas daftar pertanyaan kuesioner yang telah disebar.
Angket yang disebar kepada 15 lima belas responden ahli. Responden ahli pada penelitian ini adalah responden yang bekerja pada bidang perencanaan,
pengawasan dan pelaksana proyek jalan. 3.
Selanjutnya adalah membuat matriks perbandingan berpasangan pairwise comparation matrix untuk seluruh kriteria dan sub-kriteria dengan angka-angka
yang telah didapat dari data responden. Di dalam proses matriks perbandingan berpasangan dinilai tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat
tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Tahapan ini merupakan tahapan Comparative Judgement Process.
4. Langkah berikutnya adalah melakukan proses sintesa, dimana setiap matriks
perbandingan berpasangan untuk setiap tingkat dicari eigen vectornya untuk mendapatkan local priority dan akhirnya didapatkan persentase prioritas
menyeluruh. Tahapan ini merupakan tahapan Synthesis of Priority Process. 5.
Selanjutnya adalah uji konsistensi yaitu hasil dari setiap local priority untuk setiap kriteria dan sub-kriteria diuji dengan cara sebagai berikut:
a. Mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan vektor preferensi
local priority untuk setiap kriteria dan sub kriteria sehingga diperoleh suatu matriks kolom.
b. Kemudian mencari
max yaitu dari pembagian hasil matriks kolom dengan matriks kolom local priority untuk setiap kriteria dan sub kriteria lalu
dijumlahkan dan dicari rata-ratanya. c.
Kemudian mencari Indeks Konsistensi Consistency index, CI yang dihitung dengan rumus seperti berikut:
CI =
1 -
n n
- max
Dimana n = jumlah item yang dibandingkan. d.
Kemudian mencari Consistency Ratio CR dengan rumus: CR =
RI Index
y Consistenc
Random CI
Dimana RI adalah indeks konsistensi dari matriks komparasi pasangan yang degenerate secara acak.
CR = harganya tidak boleh lebih dari 10 , jika perlu maka matriksnya harus direvisi. Tahapan ini merupakan logical Consistency Process
6. Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan prioritas-prioritas ruas jalan-jalan
f f
- f
‡”
1 n
2 n
o k
i
strategis yang berkenaan dengan setiap kriteria dan sub-kriteria prioritas tertinggi. Kemudian dijumlahkan masing-masing baris ruas jalan tersebut untuk
memperoleh urutan prioritas menyeluruh dari seluruh ruas jalan. Untuk menjawab permasalahan kedua, yaitu untuk mengetahui implikasi
prioritas penanganan Jaringan Jalan Strategis terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Humbang Hasundutan berdasarkan indikator kemudahan aksesibilitas anatr
daerah, peningkatan hubungan antar daerah, kelancaran transportasi barang dan orang, penghematan waktu tempuh, dilakukan analisis Chi- Square, dengan rumus:
X
2
= di mana:
X
2
= Chi Kuadrat f
o
= Frekwensi yang diobservasi f
n
= Frekwensi yang diharapkan Nilai X
2
hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan nilai X
2
tabel pada α =
0.05. 3.5.
Definisi Operasional Variabel
Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Penanganan jalan adalah kegiatan yang terdiri dari pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan berkala dan rutin.
2. Prioritas adalah hal- hal yang harus didahulukan ataupun yang diutamakan
3. Jalan strategis adalah jalan yang memiliki kepentingan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jalan yang lain, baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah berdasarkan aspek ekonomi.
4. Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial
ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah.
5. Kelancaran aksesibilitas antar daerah adalah kemudahan untuk mengakses
sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan antara wilayah satu dengan wilayah yang lainnya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain
ketersediaan jaringan jalan, pola tata guna lahan dan topografi. 6.
Peningkatan hubungan antar daerah adalah konsep yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas, sinergis dan saling menguntungkan
terutama dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas wilayah 7.
Kelancaran transportasi barang dan orang dapat dilihat berdasarkan banyak tidaknya gangguan samping, gangguan akibat kondisi jalan dan tindakan
pengereman pada saat berkendara. 8.
Penghematan waktu tempuh dapat dilihat dari kecepatan kendaraan konstan sesuai dengan kecepatan rencana jalan.
9. Biaya Investasi meliputi biaya yang dikeluarkan mulai dari perencanaan jalan
sampai dengan selesainya pekerjaan konstuksi. 10.
Biaya Operasional dan Pemeliharaaan meliputi biaya pemeliharaan periodik dan pemeliharaan rutin jalan.
11. Biaya Pengendalian Lingkungan meliputi biaya pengurangan emisi gas buang,
tingkat kebisingan dan biaya pengelolaan lingkungan lainnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN