SEPSIS PADA INFEKSI HIV DAN KAITAN DENGAN STATUS NUTRISI

untuk memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respon yang berlebihan. Sedangkan IL-6 dapat bersifat sebagai sitokin pro- dan anti-inflamasi sekaligus. Penyebab sepsis paling banyak berasal dari stimulasi toksin, baik dari endotoksin gram - maupun eksotoksin gram +. Komponen endotoksin utama yaitu lipopolisakarida LPS atau endotoksin glikoprotein kompleks dapat secara langsung mengaktifkan sistem imun seluler dan humoral, bersama dengan antibodi dalam serum darah penderita membentuk lipopolisakarida antibodi LPSab. LPSab yang berada dalam darah penderita dengan perantaraan reseptor CD14+ akan bereaksi dengan makrofag yang kemudian mengekspresikan imunomudulator. 2,3 Pada sepsis akibat kuman gram +, eksotoksin berperan sebagai super-antigen setelah difagosit oleh monosit atau makrofag yang berperan sebagai antigen processing cell dan kemudian ditampilkan sebagai antigen presenting cell APC. Antigen ini membawa muatan polipeptida spesifik yang berasal dari major histocompatibility complex MHC, kemudian berikatan dengan CD4 2 + limposit Th1 dan Th2 dengan perantaraan T cell receptor TCR. Sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap sepsis maka limposit T akan mengeluarkan substansi dari Th1 yang berfungsi sebagai imunomodulator yaitu: IFN- γ, IL-2, dan macrophage colony stimulating factor M-CSF0. Limposit Th2 akan mengeluarkan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. IFN- γ meransang makrofag mengeluarkan IL-1ß dan TNF-α. Pada sepsis IL-2 dan TNF- α dapat merusak endotel pembuluh darah. IL-1ß juga berperan dalam pembentukan prostaglandin E2 PG-E 2,3 2 dan meransang ekspresi intercellular adhesion molecule-1 ICAM-1. ICAM-1 berperan pada proses adhesi neutrofil dengan endotel. Neutrofil yang beradhesi dengan endotel akan mengeluarkan lisosim yang menyebabkan dinding endotel lisis. Neutrofil juga membawa superoksidan radikal bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi mitokondria. Akibat proses tersebut terjadi kerusakan endotel pembuluh darah. Kerusakan endotel akan menyebabkan gangguan vaskuler sehingga terjadi kerusakan organ multipel. 2,3

2.2 SEPSIS PADA INFEKSI HIV DAN KAITAN DENGAN STATUS NUTRISI

2,3 Kejadian infeksi HIVAIDS saat ini terus meningkat, kerapuhan atau kelumpuhan sistem imun penderita HIV berdampak pada penurunan proteksi tubuh dalam menghalau mikroorganisme patogen meskipun memiliki virulensi rendah, bahkan kegagalan dalam Universitas Sumatera Utara pengendalian saprofit sehingga meningkatkan risiko infeksi sekunder. Konsekuensi infeksi pada individu imunokompromise adalah peningkatan kejadian sepsis berat. Berbagai faktor ikut menentukan terjadi dan progresivitas HIV dan AIDS ke sepsis. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor eksternal dan internal. Faktor internal yang sangat menentukan adalah faktor imun, status nutrisi dan proses apoptosis. Akibat intervensi HIV terhadap limposit T akan menyebabkan sistem imun terdesak ke posisi imunokompromise, akan terjadi kematian sel patologis, difus, dan dipercepat. Individu menjadi rentan terhadap infeksi sekunder dan potensial berkembang ke arah gradasi infeksi berat, sepsis, MODS, serta kematian. 6 Penurunan berat badan dan malnutrisi merupakan hal yang umum terjadi pada infeksi HIV atau AIDS, dan hal ini akan mengakibatkan percepatan progresivitas penyakit, meningkatkan morbiditas, dan mengurangi survival karena malnutrisi akan mempengaruhi imunitas. 6 9 Malnutrisi pada pasien infeksi HIVAIDS meliputi gejala-gejala sebagai berikut: penurunan berat badan; berkurangnya jaringan otot dan lemak sub kutan; defisiensi vitamin dan mineral; penurunan kemampuan imun; dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Status nutrisi yang jelek dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti: penurunan nafsu makan, asupan makanan yang rendah, infeksi kronis, malabsorbsi, gangguan metabolisme, katabolisme otot dan jaringan, demam, mual-muntah, diare, depresi, dan efek samping obat- obatan. Gangguan nutrisi pada pasien infeksi HIVAIDS menyebabkan defisiensi pada komponen makronutrient karbohidrat, protein, dan lemak dan mikronutrient vitamin dan mineral, hal ini akan berpengaruh terhadap survival pasien. 10 9,10 Hubungan antara infeksi HIVAIDS, malnutrisi, dan infeksisepsis dapat dilihat seperti pada gambar berikut. Gambar 2-1. Hubungan antara infeksi HIVAIDS, malnutrisi, dan infeksi. 10 Universitas Sumatera Utara

2.3 BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS DAN APLIKASI KLINIS